Jakarta, CNN Indonesia -- Sepekan lagi, tepatnya pada 31 Agustus 2016, desainer Indonesia siap mengikuti pameran Collection Premiere Moscow (CPM) di Rusia.
Pameran yang akan berlangsung hingga 3 September 2016 ini didukung sepenuhnya oleh Kementerian Perindustrian bersama Badan Ekonomi Kreatif, Garuda Indonesia Airlines, dan Kementerian Perdagangan.
Ini merupakan partisipasi pertama Indonesia dalam pameran bertaraf internasional ini telah diselenggarakan sebanyak 25 kali dalam kurun 13 tahun. CPM sendiri bersifat
business-to-business, yang berarti para pembeli adalah pelaku sektor industri tekstil, seperti butik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Achmad Sigit Dwiwahjono selaku Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian, menjelaskan, "Indonesia nantinya akan mendapat
booth berukuran 54 meter persegi. Nanti akan ada
fashion show dan pameran."
"Ada sekitar 19 ribu lebih
buyers. Nanti
booth Indonesia ada di Premium Hall,
which is kalau
straight buyers biasanya langsung menuju ke Premium Hall," tambah Lily Halim, selaku
event organizer dan perwakilan dari IGEDO.
Indonesia boleh bangga dengan keikutsertaannya di pameran internasional ini, namun, terdapat satu kendala yang dialami oleh Indonesia, yaitu bahasa. Beruntung, Indonesia dibantu oleh R.E.D Agency, agensi lokal yang bertempat di Moskow.
"Jadi kita konsultasi dengan mereka, selera masyarakat Rusia seperti apa, mereka juga bisa memilih
buyers mana yang cocok dengan desain yang mana," kata Lily.
Nantinya, terdapat empat label yang dibawa Indonesia untuk terbang ke Moskow, yaitu Itang Yunasz Ready to Wear, Alleira Batik, Ardistia New York, dan Warnatasku. Tak sembarangan, ke-empat label ini terpilih setelah melalui beberapa proses seleksi.
"Proses seleksi dimulai dari tahun lalu. Ini diseleksi sesuai pasar yang ada di sana," ujar Amy Wirabudi selaku konsultan dan PR Fashion.
Ia menambahkan, "Kemudian kami buat
list dari semua label dan dikirim ke CPM. Lalu mereka pilih mana yang sesuai pasar mereka. Kemudian mereka pilih 11 label dari 20 yang sudah kami kirim. Dari 11 itu, kami
approach satu-satu, dan dapet empat label."
Pemilihan empat label ini pun dirasa tepat oleh Amy. Pasalnya, kombinasi label-label tersebut terbilang bagus.
"[Label ini bagus] karena ini
fashion craft, di mana keunikan Indonesia itu ada di
crafting, pekerjaan tangan. Dari situ, ada sebuah nilai yang harganya enggak bisa disamakan dengan
ready to wear biasa," tambah Amy.
Menurutnya, seni
crafting ini terwakili oleh Alleira Batik. "Namun, karena harga Alleira Batik yang relatif mahal, makanya kita cari yang harga murah dan
ready to wear, yaitu punya Itang Yunasz."
Sedangkan Ardistia New York akan mewakili Indonesia dari segi desain yang memiliki konsep
city look. Terakhir dari Warnatasku, akan membawa karya dengan sentuhan etnik Indonesia.
Sentuhan Indonesia di Negeri Beruang MerahSebuah kebanggaan tersendiri yang dirasakan oleh Itang Yunasz dan Ardistia, setelah berhasil membawa nama Indonesia ke kancah fesyen internasional.
Saat ditemui usai konferensi pers Fashion Craft Indonesia Ready to Wear, baru-baru ini, Itang menjelaskan desain-desain yang akan ia bawa ke Negeri Beruang Merah.
"Ada 24
looks, kurang lebih ada sampai 40-an
pieces. Ini terdiri dari
dress, jacket, long coat, outer, legging, skirt, pants, kulot,
baggy pants, gamis, pokoknya semua yang mewakili tren fesyen 2017," ujar Itang.
Tak lupa, ia juga memberikan sentuhan Indonesia bertema Jawa-Sumatra di desain-desain yang ia bawa.
Ia menjelaskan, "Jadi Jawa saya tetap ambil sentuhan Sawunggaling. Itu diperlunak lagi dengan sentuhan bunga-bunga, karena dunia kan sedang menggandrungi bunga, burung. Nah, burung yang ada di Indonesia itu, kita punya satu burung yang punya kekuatan, namanya Sawunggaling."
Nantinya, Sawunggaling tersebut ia terjemahkan ke dalam beberapa koleksinya, seperti gamis. Sedangkan untuk sentuhan Sumatera, Itang akan mengambil motif Tapis Lampung.
"Karena Lampung lah yang paling dekat dengan Jawa. Warnanya pun juga memang kuat dengan koleksi fesyen 2017 nanti, seperti warna keemasan,
burgundy, ataupun
nude."
Berbeda dengan Itang, Ardistia justru membawa desain yang lebih urban. "Ada 12
looks.
Brand kita di sini sudah didesain untuk global. Jadi memang yang kita bawa ke Rusia ini yang
timeless, modern, global, dan memang yang
best seller items, plus
masukin koleksi Spring/Summer 2017," katanya.
Di pameran CPM tersebut, Ardistia menjelaskan bahwa konsep yang dibawa akan mencerminkan
inclusiveness dan
interchangeable.
"Jadi gampang untuk di-
mix and match, urban,
versatile, gitu, jadi bisa buat
work dan
weekend," katanya. "Gaya hidup yang dinamis tapi tetap keren."
Sedangkan untuk sentuhan Indonesia yang dibawa Ardisita, tidak ia munculkan di busana yang dipamerkan. "Aku bahan-bahannya pake bahan dari Indoensia. Jadi walaupun bukan secara
print ada Indonesia-nya, tapi semua
locally produced di sini," paparnya.
Baik Itang maupun Ardistia pun yakin bahwa desain yang mereka bawa bisa menarik perhatian dunia. Itang memaparkan bahwa setelah ia terdaftar sebagai bagian dari pameran tersebut, terdapat 100 hingga 200 pelaku bisnis fesyen yang mengiriminya
e-mail."[Mereka] sudah mulai
ngecek-ngecek apa yang saya bikin. Ini berarti kan ada peluang. Masa sih dari seribu atau lima ratus atau seratus itu enggak ada order?" katanya.
Itang, Ardisitia, Alleira Batik, dan Warnatasku nantinya akan berada di Moskow selama sepuluh hari. Empat hari akan digunakan untuk
trade show, satu hari untuk
fashion show, dan hari lainnya akan dijamu oleh pihak KBRI untuk beberapa kunjungan.
(vga/vga)