IDAI: Semua Negara di Dunia Lakukan Imunisasi

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Selasa, 30 Agu 2016 08:32 WIB
Jika vaksin dikatakan berbahaya, maka tidak mungkin negara-negara di dunia melakukan imunisasi.
Jika vaksin dikatakan berbahaya, maka tidak mungkin negara-negara di dunia melakukan imunisasi. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/Spt/16)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus vaksin palsu yang marak belakangan ini menyisakan keraguan, bahkan ketakutan, bagi banyak pihak terutama orang tua.

Apalagi media sosial juga tak kalah gencar menyebarkan informasi keliru soal vaksin yang dibiakkan di anjing. Lebih parah lagi, soal vaksin palsu ini kemudian disangkutpautkan dengan upaya konspirasi untuk melemahkan Indonesia.

Ketakutan masyarakat memang beralasan. Namun menurut Soedjatmiko, dokter spesialis anak, sebenarnya masyarakat berhak mendapat kejelasan informasi dan bertanya langsung kepada petugas kesehatan seperti dirinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Pasien boleh dan berhak menanyakan apa pun tentang vaksin, termasuk harga," kata Soedjatmiko saat menjadi salah satu narasumber acara CNNIndonesia.com Lunch at Newsroom, pada Senin (29/8).

"Dan dalam pemberian vaksin," dokter anggota Satgas Imunisasi Nasional Ikatan Dokter Anak Indonesia ini menambahkan, "biasanya dokter pun memberi kesempatan pasien untuk bertanya ke apotek karena dokter juga tak hafal masalah harga vaksin karena berbeda-beda."

Namun terkait banyaknya rumor yang beredar, mulai dari berbahaya, beracun, dan lain-lain, Soedjatmiko menegaskan, "Semua negara melakukan imunisasi." Menurutnya, imunisasi bermanfaat mencegah penyakit berbahaya dan kematian. Jika vaksin dikatakan berbahaya, maka tidak mungkin negara-negara di dunia melakukan imunisasi.


Soedjatmiko menyadari bahwa banyaknya rumor simpang siur yang beredar disebabkan ketidaktahuan masyarakat, kecenderungan menyukai berita sensasional, dan dugaan kesengajaan oleh pihak yang tak ingin anak Indonesia diimunisasi.

Maka dari itu, Soedjatmiko mengharapkan, masyarakat semakin berhati-hati dan lebih peduli dengan cara menambah pengetahuan tentang vaksin dari pihak yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sebenarnya, masing-masing ibu sudah diberikan buku panduan imunisasi oleh petugas kesehatan baik di Puskesmas atau Posyandu, atau rumah sakit. Namun masih banyak yang belum mengerti tentang vaksin dan jenis yang diberikan kepada anak mereka.


Soedjatmiko menyadari, memang tidak mudah bagi awam untuk memahami secara mendetail vaksin apa saja yang patut diberikan kepada anak. Namun cara paling mudah adalah bertanya kepada dokter saat konsultasi atau pemberian vaksin, mulai dari jenis, fungsi, serta efek samping yang mungkin muncul serta penanganannya.

Selain mendorong para orang tua untuk menepis beragam isu aneh terkait imunisasi, Soedjatmiko dan dokter anak lain berpesan kepada orang tua untuk tetap memenuhi kebutuhan imunisasi pada anak.

"Demam setelah vaksinasi itu wajar, sama seperti kepedasan setelah makan cabai," kata Soedjatmiko. "Kalau demam, ya beri obat penurun panas, itu masih aman. Kalau lebih dari tiga hari, baru datang kembali ke dokter."

(end/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER