Jakarta, CNN Indonesia -- Prosedur persalinan secara bedah atau Caesar di era modern banyak dilakukan oleh ibu yang akan melahirkan karena tidak ingin merasakan rasa sakit saat proses persalinan terjadi. Namun peneliti menemukan bahwa proses persalinan ini membawa dampak jangka panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Harvard TH Chan School of Public Health menemukan bahwa bayi yang lahir melalui proses Caesar, memiliki peluang menjadi obesitas 15 persen lebih tinggi saat anak-anak, dibandingkan bayi yang dilahirkan secara normal.
Selain itu, penelitian yang dipublikasikan dalam
JAMA Pediatrics edisi September ini juga menemukan bahwa individu yang lahir secara Caesar, 64 persen lebih gemuk dibanding saudara mereka yang lahir secara normal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prosedur persalinan secara Caesar tanpa diragukan adalah prosedur penyelamatan nyawa dalam banyak kasus," kata Jorge Chavarro, professor nutrisi dan penulis senior penelitian tersebut seperti yang dilansir dari laman resmi
Harvard TH Chan School of Public Health."Namun bedah Caesar juga diketahui memiliki risiko untuk ibu dan bayi yang baru lahir. Penemuan kami menunjukkan risiko obesitas pada anak patut menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan," lanjutnya.
Peneliti melakukan kajian analisis terhadap data selama 16 tahun mencakup 22 ribu anak dalam kegiatan Growing Up Today Study (GUTS). Penelitian tersebut meminta responden untuk menjawab kuisioner setiap tahun atau dua tahun sekali dari 1996 hingga 2002.
Para ilmuwan memperhatikan indeks massa tubuh (IMT) responden dari waktu ke waktu dan keterkaitan mereka dengan proses kelahiran para responden. Data proses kelahiran diperoleh dari Nurses Health Study II. Selain itu, gaya hidup ibu, termasuk faktor obesitas, kebiasaan merokok, usia melahirkan, dan lokasi tempat tinggal, juga menjadi tambahan data.
Tambahan lainnya, riwayat proses kelahiran Caesar ibu juga menjadi perhatian para ilmuwan. Atas pengamatan ini, para peneliti menemukan individu yang lahir normal pada ibu yang sebelumnya melahirkan secara Caesar, 31 persen lebih kecil kemungkinan mengalami kegemukan dibandingkan mereka yang lahir secara Caesar pada ibu dengan riwayat melahirkan Caesar.
"Saya mengira penemuan ini, khususnya yang menunjukkan perbedaan dramatis risiko obesitas antara kelahiran Caesar dan saudaranya yang lahir secara normal, menunjukkan bukti kuat dan nyata keterkaitan kelahiran Caesar dan obesitas di masa anak-anak," ujar Chavarro.
"Ini karena, dalam kasus yang bersaudara, banyak faktor yang berpotensial memainkan peran dalam kasus obesitas termasuk gen, yang sebagian besar sama antar saudara, terkecuali jenis kelahiran mereka."
Faktanya, angka kelahiran dengan Caesar terus meningkat. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada 2013, proporsi kelahiran melalui bedah caesar di Indonesia sebesar 9,8 persen.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan angka persalinan caesar tertinggi, yaitu 19,9 persen. Selanjutnya diikuti oleh Kepulauan Riau, Bali, dan Yogyakarta. Riskesdas juga menunjukkan sebanyak 25 persen persalinan Caesar dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan tinggi.
Sebelumnya sudah ada sejumlah studi yang menyatakan ada kaitan nyata antara kelahiran Caesar dengan obesitas. Namun, studi tersebut tidak mendapatkan perhatian yang cukup karena jumlah responden kecil atau tidak memiliki data rinci.
(les)