Jakarta, CNN Indonesia -- Di dunia kuliner, lobster bukanlah makanan sembarangan. Harga seporsi lobster tidaklah murah, jadi ini bukan makanan yang bisa dengan mudah disantap semua orang. Selain itu, untuk chef sendiri, mengolah lobster adalah tantangan tersendiri.
Namun, ada kemungkinan sebentar lagi mengolah dan menyantap lobster akan jadi semakin sulit. Bisa jadi karena harganya yang akan semakin mahal, tapi mungkin juga karena semakin langka serta sulitnya mendapatkan bahan baku ini.
Maine lobster atau lobster yang hidup di laut sekitar perairan Maine ini menjadi korban dari kenaikan iklim global di bumi. Peneliti dari University of Maine Darling Marine Center and Bigelow Laboratory for Ocean Sciences menemukan bahwa habitat dan kelangsungan hidup lobster tersebut mulai terancam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mengungkapkan bahwa bayi-bayi lobster harus berjuang keras untuk bisa bertahan di lingkungan laut yang mulai memanas. Temperatur laut di Maine meningkat lima derajat dibanding temperatur dingin normalnya.
Temperatur tinggi sebenarnya akan membantu bayi lobster ini untuk berkembang lebih cepat. Tapi di sisi lain, rasio kematian bayi lobster juga lebih tinggi dibanding dengan air yang dingin.
Mengutip
The Daily Meal, berdasarkan
Nature World News, efek peningkatan suhu global ini sudah mulai terasa di New England bagian selatan. Di area Cape Cod, pada tahun 2013 lalu, tangkapan lobster menurun jadi 3,3 juta pon (1,5 kg). Padahal di tahun 1997, jumlah tangkapannya bisa mencapai 22 juta pon (9 juta kg).
"Sudah ada penurunan total di dekat Rhode Island. Dan kami tahu perairan sudah semakin panas," kata Jessica Waller, salah satu penulis studi.
Studi ini dianggap sangat penting karena ilmuwan mulai memahami efek dari pergeseran suhu laut serta perubahan iklim yang cepat. Peneliti memprediksi pemanasan global akan menyebabkan kepunahan beberapa spesies mahluk hidup dan kelangkaan produk seperti gandum, kopi, dan juga bir.
(chs)