Jakarta, CNN Indonesia -- Terletak di dasar Gunung Koya, di kota kecil Kudoyama, Wakayama, Jepang, sebuah kuil Buddha bernama Jison-in berdiri. Dari luar, kuil ini tak tampak berbeda dengan kuil-kuil lainnya di Jepang. Tapi pemandangan lain akan ditemukan saat melangkahkan kaki ke dalam.
Sebagai situs spiritual, Jison-in memiliki memasang dekorasi yang tak lazim. Di beberapa sisi kuil tergantung busa-busa yang melekat ke sebuah papan. Busa tersebut membentuk payudara wanita.
Busa itu dibungkus dengan kain putih, ditambah manik-manik atau kancing di bagian tengah sebagai lambang puting payudara. Tak hanya itu, dilansir dari
Amusing Planet, busa berbentuk payudara tersebut juga ada yang dibuat dari ukiran balok kayu serta lukisan di atas lempengan kayu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Annan, kepala kuil Jison-in, mengatakan bahwa tradisi yang tak lazim ini dimulai ketika seorang dokter datang untuk mendoakan pasiennya yang tengah berjuang melawan kanker payudara.
Dokter itu pun meminta kepada penjaga kuil agar bisa menempatkan simbol payudara sebagai bentuk penghormatan pada sang pasien. Permohonan itu kemudian disetujui, dan rupanya dengan cepat kabar itu menyebar ke masyarakat.
Orang-orang dari seluruh Jepang wistawan dari seluruh dunia yang datang ke kuil tersebut, mengirimkan doa untuk semua masalah kesehatan yang tengah melanda ibu, anak perempuan, istri, atau saudara perempuan mereka.
Mereka berdoa agar kerabat mereka diberikan kesehatan pada kehamilannya, dan dijauhkan dari kanker. Bahkan, mereka juga berdoa agar ASI yang dihasilkan bisa melimpah.
Selama bertahun-tahun, orang-orang tersebut telah menggantungkan ribuan dekorasi payudara di kuil. Dekorasi itu pun kini bisa dibeli langsung di kuil.
Kuil Jison-in awalnya didirikan sebagai pintu gerbang menuju gunung suci, Gunung Koya atau Koyasan, pada abad ke-9. Kuil didirikan oleh Kobo Daishi sebagai pemuka agama yang paling berpengaruh di Jepang dan selaku pendiri Shingon Buddhism.
Sang ibu datang ke komplek Gunung Koya dan memutuskan untuk tinggal di Jison-in. Saat itu perempuan dilarang untuk masuk ke kawasan pegunungan tersebut.
Legenda mengatakan bahwa Kobo Daisihi memutuskan untuk turun dari gunung selama sembilan kali setiap bulannya. Itulah arti harfiah dari Kudoyama:
nine times mountain.
Kini, Jison-in berfungsi sebagai tempat pendaftaran administratif untuk melakukan pendakian ke atas gunung, dan juga sebagai titik awal untuk berziarah ke Koyasun.
 Foto: CNN/Pongpat Patumsuwon |
(meg)