Jakarta, CNN Indonesia -- Pelukan dan tangis mewarnai pelabuhan Christchurch, Selandia Baru, saat ratusan turis yang terisolasi selama gempa, akhirnya dievakuasi menggunakan kapal perang HMNZS Canterbury, Kamis (17/11).
Terdapat setidaknya 450 orang turis yang turun dari kapal tersebut.
Mereka merupakan kelompok terakhir yang dievakuasi akibat gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang South Island, Senin (14/11) lalu. Terdapat setidaknya 1000 orang yang terperangkap akibat bencana tersebut, sementara dua diantaranya tewas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Mereka masih sedikit syok,” kata Komandan Kapal Simon Rooke, saat diwawancara
Radio NZ.
Rooke menambahkan, para turis itu dievakuasi dari Kaikoura, lokasi yang mendapat guncangan terparah.
“Kini mereka sudah berada di tempat yang aman untuk pertama kalinya setelah 24 jam terjebak. Setidaknya kini mereka bisa sedikit santai,” tutur Rooke.
“Beberapa orang masih terlihat sangat diam, sementara beberapa lainnya mulai tampak bersemangat. Ada yang bercerita macam-macam, banyak pelukan dan ucapan terimakasih.”
Mengutip
AFP, kehadiran HMNZS Canterbury di Kaikoura bagaikan sekoci penyelamat bagi para turis yang terjebak. Pasalnya tidak ada kendaraan yang bisa mencapai lokasi tersebut dikarenakan longsor besar yang memotong jalan dan jalur kereta. Sebagian lainnya dievakuasi menggunakan helikopter, Rabu (16/11) kemarin.
Sebelumnya, para turis mancanegara itu datang ke Kaikoura demi melihat paus, yang menjadi atraksi utama lokasi tersebut.
Demi mengevakuasi warga dan turis, beberapa kapal perang dari Amerika Serikat, Kanada dan Australia juga ikut berlabuh dan turun tangan memberi bantuan. Selain menjadi sarana evakuasi, mereka juga mengirimkan bantuan logistik serta obat-obatan.
Gempa di Kaikoura itu merupakan guncangan alam terbesar kedua, yang pernah terjadi di Selandia Baru dan menimbulkan kerusakan parah.
Guncangan besar itu menghancurkan jalan dan jalur kereta. Gempa itu juga memicu terjadinya longsor yang membutuhkan waktu lama untuk dibersihkan.
Menteri Transportasi Selandia Baru Simon Bridges mengatakan, biaya perbaikan bisa mencapai miliaran dolar.
“Longsor yang terjadi sangat masif. Dibutuhkan banyak pembersihan dan pembangunan kembali,” kata dia.
Belum AmanBridges mengatakan, South Island belum sepenuhnya aman bagi turis untuk kembali datang. Padahal, akhir tahun umumnya menjadi momen puncak kunjungan.
Terlebih, gempa tektonik tersebut mengubah topografi dasar laut di beberapa tempat. Hal itu berarti, atraksi memonton paus bisa jadi tidak bisa lagi dilakukan di dekat Kaikoura. Padahal wisata adalah sumber pendapatan utama Kaikoura.
Di sisi lain, warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan pun bisa jadi kehilangan sumber rejeki.
“Jika kita tidak bergerak cepat, banyak sumber ekonomi rakyat yang akan hilang,” ujar Menteri Pengembangan Ekonomi Steven Joyce.
Sebanyak 2000 gempa susulan, diantaranya berkekuatan 6 SR masih terus terjadi dan menunda dilakukannya perbaikan.
Guncangan juga terasa hingga kota-kota lain di Selandia Baru, termasuk di Wellington yang berjarak 250 km dari Kaikoura.
Selandia Baru termasuk daerah rawan gempa tektonik. Lokasinya yang terletak di bibir Pasifik membuatnya masuk dalam lingkaran ‘Cincin Api’ yang berisiko terkena getaran tektonik hingga 15 ribu kali dalam setahun.
(les)