Ger, Rumah 'Berbulu Domba' dari Mongolia

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Rabu, 30 Nov 2016 10:32 WIB
Ger, tenda khas suku nomaden telah digunakan masyarakat Asia Tengah, termasuk di Mongolian, sejak 3000 tahun lalu, dan terus lestari hingga kini.
Ger kini bisa juga dinikmati di Tanjung Lesung, Banten, yang jadi lokasi Pusat Kebudayaan Mongol pertama di Asia Tenggara. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)
Tanjung Lesung, CNN Indonesia -- Jika Suku Padang punya Rumah Gadang dan orang Jawa punya Joglo, Suku Mongol punya Ger.

Hanya saja, Ger tidak berbentuk rumah, melainkan tenda.

Ger berasosiasi lekat dengan warga Mongol. Bahkan hingga kini, masyarakat Mongolia modern pun masih menggunakan Ger di berbagai aspek kehidupan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ger dalam bahasa Mongol berarti rumah, meskipun bentuknya tenda,” kata Duta Besar Mongolia untuk Indonesia, Battsetseg Shagdar, saat berbincang santai dengan CNNIndonesia.com di Tanjung Lesung, Banten, beberapa waktu lalu.

Sejak era prasejarah, dataran Asia Tengah yang kini dikenal dengan nama Mongolia, sudah dihuni suku-suku yang hidup nomaden atau berpindah-pindah. Tenda, tentu sudah jadi bagian dari kehidupan mereka.

Sejarah mencatat, Ger atau kerap juga disebut yurts, telah digunakan masyarakat Asia Tengah sejak 3000 tahun lalu. Bahkan, sejawan Yunani, Herodotus, pernah menulis tentang tenda unik ini dalam catatannya.

Dia mendeskripsikan tempat tinggal bangsa Scythians, suku yang berpindah-pindah menggunakan kuda di kawasan utara Laut Hitam sekitar tahun 600 Sebelum Masehi.

Namun, baru di bawah kekuasaan Genghis Khan, di abad ke-13, warga Mongolia menjadikan Ger sebagai identitas nasional.

Hingga saat ini, sekitar 30 persen warga Mongolia atau sekitar 1 juta orang, yang masih menggunakan Ger sebagai rumah.

Ger umumnya berbentuk lingkaran dengan tiang-tiang terbuat dari anyaman kayu yang diselimuti kain felt atau wol tebal dari bulu kambing. Setiap Ger punya pintu utama dan bagian atap yang disebut ‘mahkota’.

Kain penutup di atap Ger bisa dengan mudah dibuka atau ditutup, guna kelancaran aliran udara. Saat felt sepenuhnya menutupi Ger, maka udara dalam tenda akan sangat hangat. Itulah sebabnya Ger lebih sering digunakan di musim dingin.

Ger punya beberapa ukuran, tergantung jumlah dinding kayu yang digunakan. Ger terbesar terdiri dari delapan dinding kayu dan berukuran luas 20 meter persegi. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)Ger punya beberapa ukuran, tergantung jumlah dinding kayu yang digunakan. Ger terbesar terdiri dari delapan dinding kayu dan berukuran luas 20 meter persegi. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)

Kain wol penutupnya sendiri, dipersiapkan selama musim panas.

“Sepanjang musim panas, suku nomaden di Mongolia akan mencukur bulu domba kemudian memintalnya menjadi benang dan merajutnya menjadi kain untuk menutup Ger,” papar Konsultan Kedutaan Besar Mongolia Enkhtaivan Dashnyam.

Kendati strukturnya terlihat masif dan rumit, sebenarnya Ger sangat mudah dibongkar dan dipasang.

“Mendirikan Ger hanya butuh waktu satu jam dan membongkarnya lebih cepat lagi, hanya 30 menit,” terang Enkhtaivan.

Dia juga menjelaskan, umumnya, Ger punya jumlah dinding genap. “Yang paling besar, punya 8 dinding, luas dalamnya sekitar 20 meter persegi dan bisa menampung satu keluarga terdiri dari 4-5 orang,” paparnya.

Ger umumnya dipindahkan menggunakan kuda atau unta. “Biasanya dibutuhkan 4 unta untuk memindahkan satu Ger yang beratnya bisa mencapai 100 kilogram,” tambah dia.

Bukan hanya bagian luar Ger yang unik. Bagian dalamnya pun tak kalah cantik. Kayu-kayu penyangga Ger selalu dihias dengan pola-pola khas suku Mongol.

Adapun Ger yang dibangun di Tanjung Lesung, punya kayu penyangga berwarna oranye yang dipercantik gambar geometris berwarna-warni. Selain gambar, kayu-kayu Ger juga dihias ukiran etnis.

Guna menjaga kehangatan di musim dingin, di bagian luar Ger biasanya dilengkapi perapian dari besi, serta beberapa meja dan kursi kecil untuk bercengkerama.

Tiang penyangga Ger yang dihiasi lukisan berwarna-warni, jadi corak tersendiri yang membuat tenda khas Mongolia itu semakin unik. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)Tiang penyangga Ger yang dihiasi lukisan berwarna-warni, jadi corak tersendiri yang membuat tenda khas Mongolia itu semakin unik. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)

Tren Baru

Jika bagi masyarakat Mongolia, Ger masih dianggap sebagai tempat tinggal utama dan pusat aktivitas keluarga, di berbagai tempat di dunia, Ger menjadi tren baru.

Di acara pernikahan, Ger jadi tenda pesta.

Destinasi wisata pun menjadikan Ger sebagai daya tarik baru saat berkemah. Sebutannya, glamping atau glamorous camping.

Turis tidak perlu lagi repot membawa peralatan berkemah, termasuk tenda, saat ingin berwisata ke gunung atau bukit.

Mereka hanya tinggal datang dan menikmati alam.

Di dalam tenda besar, terdapat tempat tidur, sofa, hingga karpet yang menggantikan sleeping bag, dan memastikan kenyamanan selama menginap.

Bahkan, volume pencarian ‘glamping’ di mesin pencari internet terus meningkat. Dalam setahun, kata ‘glamping’ bisa dicari hingga 3 juta kali.

“Ger saat ini sudah menjadi tren, baik di dunia wisata, dekorasi pesta hingga interior rumah,” kata Enkhtaivan.

“Banyak orang-orang Eropa yang memilih berwisata membawa Ger, atau menyontek tata interior Ger untuk diterapkan di rumah mereka.”

[Gambas:Youtube]
(les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER