Jakarta, CNN Indonesia -- Bersantap di tengah sawah di Ubud, Bali, tentu sudah biasa. Namun bersantap sembari melihat sang juru masak beraksi di panggung kuliner agaknya istimewa. Ini lah tawaran dari Manisan, restoran baru di Hotel Alaya di Jalan Hanoman.
Ide menghadirkan panggung kuliner atau
culinary theatre ini datang dari pegiat kuliner William Wongso. Beberapa bulan sebelum Manisan resmi dibuka, bertepatan dengan Ubud Food Festival, digelar acara masak
lawar, semacam salad, bersama Gusti Ngurah Darta, juru masak masakan tradisional khas Bali.
“Lawar yang ini ditambah daun belimbing. Kalau di antara kami, orang Bali, menderita kencing manis, maka lawarnya harus ada daun belimbing,” kata Darta sembari mengolah lawar, tak ubahnya membuat urap. Mengingat cita rasa daun belimbing agak pahit, ia menambahkan sedikit gula.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak butuh waktu lama bagi Darta untuk membuat beberapa varian lawar. Para pengunjung Manisan antusias mencicipi cita rasanya yang segar dan nikmat. Dalam waktu singkat, lawar yang disajikan di atas meja segera ludes. Darta pun beraksi lagi di panggung kuliner, membuat lawar 'ronde' ke-dua.
 Para pengunjung Manisan, Ubud, berebut lawar, salad khas Bali, yang baru saja dibuat oleh juru masak Darta. (CNN Indonesia/Vega Probo) |
Tentu saja, bukan hanya menu Bali yang dipertunjukkan di panggung kuliner Manisan. Menurut Jimmy Gunawan, CEO Alaya International Management (AIM), nantinya Manisan juga menghadirkan juru masak dari daerah lain di Indonesia: Padang, Bandung, Pontianak, Ambon, dan lain-lain.
“Yang pasti, kehadiran juru masak tamu rutin, minimal setahun sekali di Manisan,” kata Irma Wardani, Corporate Marketing Communications Manager, kepada CNNIndonesia.com, tentang agenda panggung kuliner di restoran bergaya Joglo, rumah elegan khas Jawa Tengah, yang menyediakan 128 kursi.
Momen bersantap di restoran yang buka pada pukul 11 siang hingga 11 malam ini jadi semakin mengesankan, lantaran para pengunjung tak hanya diperkenankan untuk memilih bahan baku dan menu makanan kesukaan saja, melainkan juga musik favorit untuk diputar selama mereka bersantap.
Menu yang ditawarkan Manisan mencerminkan kebinekaan. Untuk hidangan pembuka, antara lain tersedia pilihan Tuna Naniura Batak (Sumatra Utara), Ayam Pongpongan (Bali). Lalu, untuk sup, antara lain ada Pindang Ikan Palembang (Sumatra Selatan), Binte Biluhuta Gorontalo (Sulawesi Utara).
Pilihan menu nasi dan mi pun tak kalah beragam, antara lain ada Nasi Goreng William Wongso (Sumatra Barat), Mi Aceh, dan Laksa Udang (Jawa Peranakan). Tertarik menu serba panggang? Pilih saja, ragam jenis ikan plus bumbu favorit, dari Tombur Aceh sampai Sambal Matah Bongkot (Bali).
Ingin makanan yang lebih mengenyangkan? Pesan saja Nasi Tumpeng Manisan (Sumatra Utara), Ayam Kodok (Jawa Peranakan) dan Nasi Liwet Solo (Jawa Tengah). Tersedia juga aneka sate, dari Sate Babi Orob (Bali), Sate Klopo (Madura) sampai Sate Maranggi Purwakarta (Jawa Barat).
Untuk minuman, tersedia ala tradisional—beras kencur dan kunyit asem, juga minuman sehat Kombucha sampai minuman beralkohol. Harga makanan dan minuman di Manisan relatif terjangkau, antara Rp50 ribu sampai Rp600 ribu, sepadan untuk momen istimewa mencicipi kebinekaan cita rasa khas Nusantara.
 William Wongso, pegiat kuliner, yang menggagas panggung kuliner di mana juru masak dari berbagai daerah beraksi menyajikan masakan khas Nusantara di Manisan, Ubud. (CNN Indonesia/Vega Probo) |
[Gambas:Youtube] (vga/vga)