Jakarta, CNN Indonesia -- Enam dari sebelas orang yang meninggal dalam kasus pembunuhan Pulomas meninggal karena kekurangan oksigen. Mereka disandera perampok sadis dalam kamar mandi sempit berukuran 1,5 meter x 1,5 meter pada Selasa (27/12) pagi.
Masalah kekurangan oksigen mungkin terlihat sepele dibandingkan dengan penyakit kelas berat lainnya. Namun kenyataannya, kekurangan oksigen tak bisa disepelekan begitu saja.
Dalam istilah medis, kekurangan oksigen dikenal dengan nama hipoksia. Dalam kondisi tersebut, suplai oksigen ke jaringan berada di bawah level standar yang tidak bisa memenuhi kebutuhan tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam kasus hipoksia, darah (hemoglobin) tidak akan bisa mengikat oksigen dan tak bisa menyalurkannya ke organ lain," kata dr. Jeffry Tenggara Sp.PD, Dokter Ahli Penyakit Dalam dari MRCCC Siloam Semanggi kepada CNN Indonesia, Kamis (29/12).
"Beberapa organ butuh oksigen untuk bisa bekerja, salah satunya otak. Ketika suplai oksigen ke otak rendah maka kinerja otak akan terganggu, misalnya bisa jadi pusing."
Jeffry menambahkan bahwa jika suplai oksigen ini tak segera dipenuhi, maka lama-kelamaan jaringan otak akan rusak perlahan-lahan. Otak tak akan bisa bertahan tanpa oksigen dalam waktu lama.
"Kemampuan seseorang bertahan setelah mengalami kerusakan otak akibat kekurangan oksigen akut adalah empat jam," ucapnya.
Hanya saja, lamanya seseorang bisa bertahan dalam kondisi kekurangan oksigen akut ini tidak selalu sama. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hal ini, di antaranya adalah ketahanan fisik seseorang dan juga ketersediaan oksigen dalam tempat tersebut.
"Dalam kasus pembunuhan di Pulomas ini, saya membayangkan kamar mandinya kecil dan tidak ada sirkulasi udara, jadi ketersediaan oksigennya sangat terbatas dan harus dibagi untuk 11 orang," katanya.
"Biasanya saja, jika di kamar mandi ada exhaust fan dan dipakai untuk mandi satu orang, kalau terlalu lama bisa meninggal juga."
Jeffry mengatakan, dalam kasus Pulomas ini selain terbatasnya jumlah oksigen di udara, kepanikan juga memperparah kondisinya.
"Dalam semua hal panik akan memperparah penyakit, termasuk mempercepat tubuh mengambil oksigen dari udara."
Ketika terjadi kekurangan oksigen, langkah pertolongan pertama adalah dengan pemberian oksigen. Namun dalam kondisi berat, alat bantu napas akan diberikan kepada penderita.
Reaksi tubuh manusia terhadap kekurangan oksigenJeffry mengungkapkan bahwa sebenarnya ada dua kasus kekurangan oksigen. Kasus pertama adalah kekurangan oksigen kronis dan yang ke dua adalah kekurangan oksigen akut.
"Kekurangan oksigen kronis ini sebenarnya sering dialami manusia karena kondisi penyakit tertentu, misalnya asma," kata Jeffry.
Dalam kasus kekurangan oksigen kronis, tubuh manusia 'sudah terbiasa' mengalami suplai oksigen yang terbatas. Akibatnya, tubuh lama-kelamaan bisa menyesuaikan diri.
Selain itu dalam kasus kronis, oksigen dalam darah turun perlahan-lahan sehingga tubuh sudah dalam kondisi siap.
"Sedangkan dalam kasus Pulomas, kekurangan oksigen yang terjadi sudah akut."
Kekurangan oksigen akut ini terjadi secara mendadak karena lingkungan yang tak bisa dikendalikan. Perubahan yang mendadak ini akan menyebabkan suplai oksigen yang menurun drastis saat tubuh tidak siap. Kondisi ini akan menyebabkan perubahan zat kimia dalam darah.
Selain itu, suplai oksigen yang terbatas juga akan melumpuhkan dan menyebabkan kerusakan otak. Jika tak segera ditangani, hal ini bisa menyebabkan kematian.
(chs)