Dua Warga Sumsel Diduga Terinfeksi HPV

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Kamis, 19 Jan 2017 08:31 WIB
Dua orang warga Sumatera Selatan diduga terinfeksi HPV (Human Papilimavirus). Keduanya diduga terinfeksi virus tersebut dan sudah memasuki stadium tiga.
Dua orang d Sumatera diduga terjagkit virus VHP(Pexels/Wesley Wilson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua orang warga kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan diduga terinfeksi HPV (Human Papilimavirus). Keduanya diduga terinfeksi virus tersebut dan sudah memasuki stadium tiga.

Saat ini keduanya sudah dirujuk ke rumah sakit di kota Palembang.

"HPV merupakan virus yang menyebabkan kutil di berbagai bagian tubuh," kata dokter Puskemas daerah, Delia Yusfarani, dikutip dari Antara.
Dia menambahkan virus ini bisa menular pada pasangan suami-istri. Salah satu penyebab virus ini adalah karena perilaku pergaulan bebas dan seringnya berganti pasangan seksual.

Penyebaran virus ini adalah lewat hubungan seksual. Hubungan yang tak benar akan menyebabkan kanker di alat reproduksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini pasien sudah dirujuk ke rumah sakit dengan rujukan BPJS di kota Palembang. Tidak ada stok vaksin HPV di puskesmas. Selain itu harganya juga mahal."

"Rata-rata sebesar 33 orang meninggal karena kanker serviks di Indonesia, dan di Jakarta kurang lebih berkisar di angka tersebut karena ini terkait aktivitas hubungan seks. Kalau hubungan seksualnya benar tidak ada masalah, namun bila mereka tidak aman maka kemungkinan tertular ini tinggi," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmadi Priharto.

"Upaya pencegahan hanya berupa tidak berhubungan seks sembarangan dan melakukan vaksinasi," kata Koesmadi.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2013 mencatat 330 ribu kasus kanker di Indonesia, dan kasus kanker serviks termasuk terbesar. Data WHO sendiri menyatakan, dua dari 10 ribu wanita di Indonesia menderita kanker serviks.

"Karena HPV ini disebabkan oleh virus, maka pencegahannya adalah dengan vaksinasi. Pemberian di atas 14 tahun akan membuat biaya menjadi lebih tinggi, lagipula menurut Riskesdas 2010, pernikahan anak di Indonesia antara 15-19 tahun sebesar 47 persen. Kalau tidak diberikan sebelum usia tersebut, Indonesia bisa kecolongan, ini agar anak terproteksi," kata Adrijono. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER