Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai bentuk usaha pengembangan industri pariwisata, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali menggelar sebanyak 80 festival di perbatasan (
crossborder festival) pada tahun ini.
Dari puluhan
crossborder festival yang akan diselenggarakan, hampir setengahnya akan diselenggarakan di Batam dan Bintan, kawasan Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Singapura.
Sedangkan 20
crossborder festival akan diselenggarakan di beberapa kawasan Kalimantan Barat, yang berbatasan dengan Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisanya akan diselenggarakan di beberapa kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan dengan Timor Leste.
Sejumlah rangkaian acara sudah disiapkan untuk memeriahkan
crossborder festival. Tak hanya dangdut dan kuliner lokal, ternyata ada juga kegiatan olah raga.
"Untuk acara festival, akan disesuaikan dengan kegemaran masyarakat maupun wisatawan setempat," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana di Jakarta, Rabu (26/1).
Salah satu contohnya di Bintan, yang akan diselenggarakan turnamen olahraga seperti golf dan perahu naga. Sementara itu di Batam akan diselenggarakan bazar.
Baik di Bintan dan Batam,
crossborder festival akan digelar dua minggu sekali.
Sementara di NTT, akan diselenggarakan lomba pacuan kuda sebulan sekali.
Sedangkan di Kalimantan Barat, festival perbatasan akan diisi pertunjukan musik setiap bulan sekali.
"Di perbatasan Kalimantan Barat ini musik dangdut punya penggemar banyak sekali, tahun lalu wisatawan dari Kuching, Malaysia, banyak yang datang untuk menonton dangdut," kata Pitana.
Dengan mengandalkan
crossborder festival, Kemenpar membidik jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke daerah perbatasan sebanyak 3 juta orang pada tahun ini.
Target tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan realisasi sebanyak 2 juta orang wisman pada tahun lalu.
Banyak kritik yang menganggap kalau wisatawan yang datang ke perbatasan bukanlah wisatawan, melainkan masyarakat sekitar yang memang beraktifitas melalui kawasan tersebut setiap harinya.
Menanggapi hal tersebut, Pitana mengklaim, jutaan wisman yang mengunjungi daerah perbatasan pada tahun lalu adalah wisatawan yang sesuai dengan definisi Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO).
Menurut UNWTO, wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan di luar tempat tinggalnya untuk tujuan apapun, asalkan tidak untuk mencari penghidupan di tempat yang dituju. Selain itu, wisatawan juga bukan orang yang bertujuan menetap permanen selama setahun.
"Untuk mencapai target 3 juta wisman tahun ini, bukan tak mungkin bila festival yang digelar realisasinya lebih dari 80," kata Pitana.
(ard)