Haute Couture dan Bunga Kertas Franck Sorbier

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Rabu, 01 Feb 2017 12:00 WIB
Franck Sorbier mempersembahkan koleksi yang terinspirasi dari bunga dan kertas. Koleksinya menjadi salah satu yang terbaik di pekan Paris Haute Couture.
Koleksi Franck Sorbier di Paris Haute Couture yang terinspirasi dari bunga dan kertas. (AFP/Patrick Kovarik)
Jakarta, CNN Indonesia -- Eksentrik jadi kata pertama yang terlintas saat melihat sosok Franck Sorbier. Wajahnya dihiasi janggut dan kumis tebal, ditambah kacamata bulat yang membuat penampilannya semakin khas.

Selain itu, burung parkit hijau peliharaannya yang selalu bertengger di bahu, membuat orang-orang tak mudah melupakan Sorbier.

Tapi, bukan hanya soal penampilan yang menjadikan Sorbier seorang singularis. Sebagai couturier, level tertinggi dalam dunia rancang busana, Sorbier tidak pernah mengecewakan tamu undangannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koleksi terbarunya di panggung Paris Haute Couture membuktikan hal itu.

Sorbier, yang telah mempersiapkan koleksinya selama lebih dari empat bulan, mulai Oktober lalu, mempersembahkan kemewahan, eksotisme, dan seni dalam selimut berwarna emas.

Tidak sembarang orang bisa menyaksikan langsung show Sorbier di Paris. Alih-alih mengeluarkan undangan eksklusif bagi tamu-tamu khusus, Sorbier justru menjual kursi kepada publik yang ingin menyaksikan pertunjukkannya.

Tahun ini, sekaligus merayakan ulang tahun rumah modenya yang ke-30, Sorbier berkolaborasi dengan Mulhouse Museum of Fabric Printing. Keduanya menghadirkan koleksi yang terinspirasi dari flora dan kertas.

“Semua bunga yang saya gunakan terinspirasi dari lukisan dan foto dari abad ke-19 yang saya temukan di arsip museum,” kata Sorbier, dikutip CTV News.

“Jadi bisa dikatakan, gaun-gaun ini modern sekaligus bersejarah karena sumber materialnya berusia lebih dari 100 tahun, namun motifnya dicetak menggunakan mesin modern.”

Dia juga menjelaskan, koleksinya tidak begitu saja dibuat. Rancangan idiosinkratisnya itu bermula dari goresan pensil di atas kertas yang menjadi dasar siluet gaun. Kemudian, siluet itu diwujudkan dalam bentuk tiga dimensi secara manual, selama empat bulan pengerjaan.

Seperti di musim sebelumnya, Franck Sorbier juga menciptakan gaun untuk anak-anak dan menampilkannya di atas runway.Seperti di musim sebelumnya, Franck Sorbier juga menciptakan gaun untuk anak-anak dan menampilkannya di atas runway. (Foto: Dok. Istimewa/Fandi Stuerz)
Menggunting, menjahit, mengelim, semua dilakukan dengan tangan. Seluruh detail rumit dan proses kompleks diawasi langsung oleh Sorbier, dan Lady, sang burung parkit.

Hasilnya adalah pertunjukkan selama 15 menit yang membuat tamu undangan mendesah dan kagum.

Di venue fashion show yang sengaja di tata intim, Sorbier menghadirkan koleksinya satu-persatu. Bunga dan kertas yang menjadi inspirasi, tergambar kuat. Motif-motif floral jadi benang merah seluruh koleksi, sementara tekstur kertas yang tipis dan cenderung rapuh, terasa lewat permainan kain.

Soal warna, Sorbier menampilkan ragam warna tanah, dari coklat hingga keemasan yang mencipta nuansa mewah, tanpa kehilangan kesan artistik.

Oleh karena itu, wajar jika Sorbier terus mendapat tempat di panggung Haute Couture, sejak pertama kali ‘dibaptis’ dengan gelar tersebut pada 2005.

Soal pengalaman, Sorbier cukup mumpuni. Desainer kelahiran tahun 1969 itu, pertama kali mempresentasikan rancangannya pada 1987, dengan menimba pengalaman di Chantal Thomass dan Thierry Mugler.

Kemudian, departemen store premium seperti Bergdorf Goodman, Neiman Marcus dan Seibu mulai meliriknya. Bahkan tahun 1995, Cartier mendapuknya untuk merancang koleksi musim dingin di sebuah venue mewah, 'Carrousel du Louvre'.

Tahun 1996, Sorbier diundang menjadi anggota French Federation of Couture and Ready-To-Wear, dengan mengantongi dukungan dari Jean-Paul Gaultier dan Sonia Rykiel. Koleksi couture pertamanya dipresentasikan pada 1999 dan rumah modenya mendapat predikat prestisius Haute Couture pada 2005. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER