Jakarta, CNN Indonesia -- Pejabat tinggi China mengatakan negara tersebut berupaya memperbaiki cara dalam melakukan transplantasi organ. Selama ini, negara itu menggunakan organ para tahanan yang dihukum sebagai bahan transplantasi.
Huang Jiefu, pejabat China yang berwenang dalam transplantasi, mengatakan hal tersebut dalam konferensi yang dihadiri hampir 80 dokter, aparat penegak hukum, dan perwakilan organisasi pemerintah serta non-pemerintah di Vatikan, baru-baru ini.
Melansir
Reuters, perubahan cara transplantasi ini dianggap Huang bukan upaya China untuk berkelit dan menutupi tindakan di masa lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China sedang berusaha memperbaiki cara dan terus meningkatkan sistem pemberian dan transplantasi organ secara nasional," kata Huang, mantan wakil menteri kesehatan sekaligus direktur program transplantasi China.
Pada 2015, China secara resmi mengakhiri penggunaan organ dari tahanan yang dieksekusi atau ditahan dalam prosedur transplantasi.
"Hal ini bukan untuk menutupi masa lalu, tetapi agar suara China didengar dan untuk memperkenalkan program baru negara ini kepada dunia," kata Huang.
Namun, kelompok advokasi Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH) mengatakan tidak ada bukti praktik pemberian organ secara paksa yang dilakukan China telah berakhir.
"Tanpa transparansi, kebenaran dari reformasi yang diserukan itu hanya semu belaka," kata direktur eksekutif DAFOH, Torsten Trey.
Trey juga mengatakan mereka yang melanggar akan pemaksaan donasi organ patut diminta pertanggungjawaban.
Di sisi lain, Huang mengatakan China serius dalam pemberian hukuman kepada pelanggar hukum. Salah satunya berupa menahan puluhan orang dan menutup 18 lembaga medis yang memaksa pasien.
Namun Huang memohon dunia bersabar karena program baru itu masih dalam tahap pertumbuhan.
"Reformasi transplantasi China adalah perjalanan yang sulit," katanya. "Selama kami bergerak maju, China akan menjadi negara terbesar untuk transplantasi organ dengan cara etis"
DAFOH juga mengkritik Vatikan karena mengundang Huang. Menurut DAFOH, kedatangan China dapat mencederai tujuan dari konferensi penerapan medis secara etis tersebut.
Namun, Vatikan punya pandangan berbeda. Kepala Akademi Kepausan bidang Ilmu Pengetahuan, Monsignor Marcelo Sanchez Sorondo, mengatakan partisipasi Huang dalam pertemuan itu bisa membantu mendorong reformasi.
(end/ard)