Paris, CNN Indonesia -- Pertunjukkan Haute Couture di Paris tidak melulu diadakan di sebuah gedung besar, lengkap dengan
runway dan kursi untuk para tamu. Beberapa desainer memilih untuk mengadakan sebuah presentasi intim alih-alih
show mewah.
Memang terasa lebih ‘kecil’. Namun, kelebihannya, tamu undangan bisa lebih bebas dan lebih lama mengamati karya sang desainer, seperti yang dilakukan Stephane Rolland.
Memasuki ruang presentasi, tidak ada nuansa megah
fashion show seperti Dior atau Chanel. Sebaliknya, di Xinhua Gallery, 85 rue du faubourg saint-honoré, yang menjadi venue Rolland, terdapat sebarisan patung berbusana menarik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, Rolland menyebut bahwa dia terinspirasi banyak seniman dari berbagai era, mulai Michaelangelo, Rodin, hingga Brancusi. Dari situ, Rolland menciptakan ragam gaun malam dengan siluet meliuk-liuk yang begitu mewah.
Seni selalu menjadi benang merah koleksi Rolland, yang sangat mengagumi karya seni.
“Sudah lama saya ingin menampilkan karya di galeri seni,” ujarnya, kepada
CNNIndonesia.com.
Oleh karena itu, wajar bila gaun-gaun kreasinya pun ditampilkan bagaikan patung-patung dalam sebuah pameran.
Selama presentasinya itu, Rolland tidak banyak bicara. Dia memang tidak terlalu suka diwawancara. Karenanya, waktu beberapa menit yang dia berikan di sela-sela presentasi, begitu berharga.
Dia sempat bercerita soal pematung asal Rumania, Constantin Brancusi, yang sangat mempengaruhi karyanya kali ini. Pengaruh itu bisa terlihat dari rok Coupole yang terinspirasi patung
Pasarea in vazduh atau burung di luar angkasa, karya Brancusi yang terjual hingga US$27,5 juta tahun 2005.
Lainnya, ada gaun putih berbahan
wool crepe menyerupai marmer Carrara, yang memiliki konstruksi layaknya gerhana.
 Tahun ini, Rolland terinspirasi seniman dari berbagai era, mulai Michaelangelo, Rodin, hingga Brancusi. (Foto: Fandi Stuerz for CNNIndonesia.com) |
Rolland mengangguk soal potongan asimetris yang mendominasi koleksinya.
“Brancusi dengan gaya patungnya yang ovoid, membuat saya terinspirasi untuk menghadirkan anatomi tubuh manusia dengan presisi, namun dalam bungkus yang asimetris,” ujarnya.
Dia kemudian menjelaskan, koleksinya menggambarkan kelahiran, dari bentuk sederhana hingga wujud akhir yang monumental. “Kain gazar dan faille berubah menjadi hidup, dengan tudung yang melambangkan mahkota atau halo, simbol kesempurnaan.”
Hal itu terlihat pada gaun berbahan sutera faille dan gazar, semburat tulle di bagian bahu sebuah setelan putih, dres ketat berbahan anyaman dari kulit yang dihiasi kristal di setiap silangannya, serta sebuah gaun panjang berwarna hitam dengan kerudung yang langsung menjadi sorotan utama pengunjung, saat memasuki galeri.
Bukan hanya gaun hitam itu saja yang mencuri perhatian, Rolland secara jenius menempatkan koleksi gaun berpotongan sederhana, namun tetap terasa mewah.
Salah satunya gaun merah monumental bergaya victorian, lengkap dengan
petticoat, serta ekor yang begitu panjang.
 Koleksi Haute Couture Spring/Summer 2017 Rolland menjadi salah satu karyanya yang terbaik, mengawinkan kekuatan struktur, garis, dan potongan asimetris. (Foto: Courtesy Stephane Rolland) |
Berbeda dengan gaya
haute couture wearable yang disuguhkan Dior, Chanel atau Armani Prive, koleksi Rolland lebih tepat dikenakan menghadiri sebuah grand ball ataupun karpet merah.
Efek dramatis yang ditimbulkan gaun-gaun Rolland akan membuat semua orang menatap, dan juga menepi memberi tempat.
Koleksi Haute Couture Spring/Summer 2017 Rolland menjadi salah satu karyanya yang terbaik. Dengan piawai dia merekonstruksi tubuh wanita, menjadi terlihat panjang, ramping dan indah.
Sementara penggunaan bahan chiffon, gazar dan organza, yang menjadi favorit Rolland, mencipta kedalaman dan simbolisasi kemewahan feminin sang couturier. Sekali lagi, Rolland berhasil mengawinkan kekuatan struktur, garis, dan potongan asimetris dengan kelembutan dan keanggunan dalam balutan seni tingkat tinggi.
(les)