REKOMENDASI KULINER

Terpesona Kentalnya Mi Kari Ayam Legendaris Singapura

Resty Armenia | CNN Indonesia
Jumat, 10 Feb 2017 19:16 WIB
Singapura tak cuma punya laksa dan seafood nikmat. Saat berkunjung ke negara ini cicipilah semangkuk mi kari ayam legendaris yang murah meriah.
Warung Heng Kee menyajikan mi kari ayam Singapura yang legendaris (CNN Indonesia/Resty Armenia)
Jangan harap bisa menemukan tempat duduk kosong di depan warungnya saat makan siang tiba. Tay Khang Huat menuturkan, warungnya selalu penuh sesak pembeli pada jam makan siang. Tak jarang, ia menemukan pembeli yang datang dari Indonesia, terutama asal Jakarta dan Surabaya.

Meski legendaris dan terkenal, warung ini tak mematok harga jual yang super mahal. Seporsi mi kari ayam ini dijual dengan harga S$5 atau sekitar Rp55 ribu untuk porsi kecil, dan S$7,5 atau sekitar Rp83 ribu untuk porsi jumbo.

"Kami tidak pernah menghitung berapa mangkuk terjual setiap harinya. Yang jelas, seluruh kari pasti habis sebelum jam tutup kami," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap harinya warung ini buka mulai pukul 09.30-17.00 waktu setempat. Namun kenyataannya mi kari ayamnya selalu habis sekitar pukul 15.00.

Warung ini didirikan oleh Tay Young. Namun tiga tahun lalu, dia meninggal dalam usia 68 tahun. Warung ini pun kini dijalankan oleh generasi ke-duanya. Anak Tay Young Heng, Tay Khang Huat, meneruskan bisnis ayahnya ini bersama ibunya yang sudah cukup renta, Then Pow Cheng (70).

Tay Khang Huat bertugas untuk menyiapkan dan meracik seluruh mi kari yang dijual. Sementara Then Pow Chen melayani pembayaran dan mengangkat mangkuk-mangkuk bekas dipakai pembeli yang berserakan di meja, lalu mencucinya. Keduanya terkadang dibantu oleh paman Tay Khang Huat yang juga sudah sangat tua, sehingga hanya bisa membereskan tugas yang tidak terlalu berat.

Ia bercerita, ayahnya pernah mengungkapkan bahwa warungnya pertama kali dibuka di Synagogue Street tepatnya pada Hari Kemerdekaan Singapura, 9 Agustus.

"Saya ingat ayah berkata bahwa dia membuka warungnya pertama kali tepat pada Hari Kemerdekaan Singapura, 9 Agustus. Tapi dua atau tiga tahun sebelum 1965 [tahun kemerdekaan Singapura], jadi mungkin sekitar 1963 atau sebelumnya. Satu atau dua tahun sebelum kemerdekaan. Saya yakin warung ini sudah berumur hampir 50 tahun," ujarnya saat berbincang dengan CNNIndonesia.com beberapa saat lalu.

"Saat itu hujan sangat lebat dan pada saat itu kami belum berbentuk warung, hanya kereta dorong. Tapi bahkan di hari pertama, mi kari kami habis terjual."

Tay Khang Huat kini telah memiliki seorang putra. Namun, ia mengaku tidak yakin apakah akan mewariskan warung ini kepada putra semata wayangnya itu. Menurutnya, sejauh ini anaknya belum menunjukkan ketertarikan untuk meneruskan usaha turun-temurunnya.

"Saya tidak bisa berkata bahwa saya ingin mewariskan ini kepadanya, ini tergantung pada putra saya apakah dia tertarik atau tidak. Karena tertarik adalah satu hal, dan ingin meneruskan adalah hal lain," katanya.

Tay Khang Huat mengungkapkan, dirinya telah mengikuti ayahnya berjualan selama lebih dari 20 tahun. Meski demikian, ia mempelajari seluruh resep mi kari racikan ayahnya dengan serius baru sekitar 10 tahun yang lalu.

"Memasak bukan hanya soal resep, bukan soal seseorang meminta Anda melakukan hal itu. Anda harus melakukan hal itu sendiri, harus mencicipi dengan lidah anda sendiri, harus merasakan tekstur dan segalanya. Semakin banyak kesalahan yang Anda lakukan, semakin Anda bisa memasak dengan cita rasa sempurna," ujarnya.

(chs/chs)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER