Jakarta, CNN Indonesia -- Obat bukan satu-satunya cara untuk menghilangkan sakit. Bagi orang Indonesia, beberapa 'penyakit' ringan seperti sakit kepala sampai pegal masih bisa disembuhkan dengan pijatan ringan.
Sejarah mencatat bahwa sebenarnya pijat sendiri adalah aktivitas tertua yang dilakukan manusia untuk mengatasi stres dan lelah.
Dalam buku terapi pijat Jordy Becker, pijat atau
massage berasal dari Arab yaitu
Mash (menekan dengan lembut). Ada juga yang mengatakan
massage berasal dari bahasa China,
massein yang berati menggosok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massage juga dianggap berasal dari bahasa Perancis,
mosser yang berati meremas.
Dikutip dari berbagai sumber, merunut sejarah, beberapa negara ternyata memiliki catatan sejarah yang tua dan panjang tentang pijat. Di Mesir, catatan gambar dinding tentang pijat ditemukan di dinding makam seorang dukun di Saggara Mesir pada 2330 Sebelum Masehi.
China, negara yang populer dengan pengobatan ini pun memiliki catatan terapi pengobatan lewat pijat sejak dinasti Kaisar Kuning atau Huangdi (2697-2597 Sebelum Masehi).
Sumber lain mengungkapkan bahwa pijat sudah tertulis dalam kitab Kong Fou yang ditulis sekitar 2700 Sebelum Masehi. Berbagai gerakan pijat ini diciptakan dari penggabungan antara keahlian, metode medis tradisional, seni bela diri, dan spiritual. Metode pijat China sendiri mengajarkan bahwa penyakit timbul karena ketidakseimbangan energi dalam tubuh.
Pijat dianggap mampu mengembalikan keseimbangan energi dengan laju yang harmonis, sehingga tubuh bisa mengembalikan kesehatannya sendiri dengan alami tanpa bantuan obat-obatan.
Pijat atau
massage juga berkembang di kalangan umat Hindu India. Kitab suci Hindu AyurVeda sudah memperkenalkan pijat sejak 1800 Sebelum Masehi.
Selain itu, pijat juga berkembang di Yunani sejak abad 5 Sebelum Masehi.
Ada beberapa bukti di Yunani yang menunjukkan bahwa Socrates, Plato, Herodictus sangat menyukai pijatan. Bahkan Hippocrates sang ahli pengobatan Yunani menuliskan dalam bukunya soal pijat.
"Pijat mampu melemaskan sendi yang kaku dan menyatukan organ tubuh (patah tulang) melalui gosokan yang kuat," tulis Hippocrates dalam bukunya. Saat itu dia menyarankan ahli pengobatan untuk menguasai teknik pijat demi meringankan penyakit pasiennya.
Hippocrates juga menambahkan bahwa seorang dokter harus memiliki keterampilan dalam banyak hal, lebih-lebih dalam menggunakan pijat. Dia bahkan menggunakan istilah anaptripsis untuk mempraktikkan pijat menuju arah jantung.
Dinasti kekaisaran Romawi kuno juga percaya pada manfaat pijat untuk kesehatan. Galen, ahli pengobatan Romawi menggunakan teknik untuk mengobati luka fisik gladiator yang cedera. Dia juga menggunakan terapi pijat ini untuk mengatasi sakit kepala yang diderita Julius Cesar.
Di era tersebut, tak semua orang bisa menikmati pijat dan tak semua orang bisa memijat. Oleh karenanya, banyak orang yang tak segan memberi hadiah khusus bagi orang yang bisa memijatnya dengan baik seperti yang dilakukan Pliny, seorang filsuf.
Kaisar Hadrianus pernah memberikan hadiah seorang budak pijat kepada serdadunya setelah melihat dia menggosok-gosokkan tubuhnya ke tembok.
Pijat di IndonesiaDi Indonesia sendiri, pijat juga sudah dikenal sejak zaman dahulu. Bahkan relief abad 8-9 Sebelum Masehi di Candi Borobudur dan Prambanan pun sudah menggambarkan raja dan ratu yang dipijat oleh dayang-dayangnya.
Pijat tradisional Indonesia sendiri dipercaya dipengaruhi unsur pengobatan dan penyembuhan dari India dan China. Teknik pijat ini diperkenalkan oleh para pedagang minyak wangi dari India, Arab, dan China yang datang ke Indonesia.
Selama kerajaan Majapahit, teknik pijat China berkembang ke arah refleksiologi dan juga akupuntur.
Berbagai varian pijat yang dianggap sempurna untuk kesehatan, kecantikan, dan relaksasi pun bermunculan. Pada awal abad 19, Per Henry King menciptakan Swedish Massage yang terkenal.
Kini dalam perkembangannya, pijat ternyata bukan hanya dikenal untuk mengobati berbagai penyakit tapi juga sekadar untuk relaksasi dan kecantikan.
Secara naluriah, menginginkan tubuh yang bugar setelah lelah beraktivitas adalah keinganan semua orang. Hal inilah yang lantas mendasari munculnya bisnis pijat di Indonesia.
Meski sebenarnya pijat memiliki banyak manfaat, namun masyarakat Indonesia nyatanya lebih paham manfaat pijat sebagai sebuah teknik pemberi relaksasi.
Melalui survei yang dilakukan CNNIndonesia.com secara online, sekitar 73 persen beranggapan pijat adalah sarana relaksasi. Sedangkan yang beranggapan bahwa pijat lebih banyak bermanfaat untuk kesehatan adalah 14 persen, dan 8 persen lainnya menganggap pijat memberi kesenangan. Uniknya, lima persen lainnya mengaku tak tahu apa manfaat pijat.
Di Indonesia sendiri, bisnis pijat seperti layaknya sebuah tren. Banyak tempat yang seolah menawarkan jasanya untuk memberi pijatan yang menyegarkan tubuh. Berbagai spa dan salon berlomba-lomba menawarkan beragam jenis pijatan dengan iming-iming kesehatan serta kebugaran.
Bukan cuma salon dan spa khusus yang menawarkan pijat. Penyedia layanan jasa pijat pun menjamur. Sebut saja beragam panti pijat rumahan kecil yang tersebar di Jakarta, praktik pemijat rumahan, alat pijat di pelataran mal, sampai pijat online.
Sebenarnya pijat bisa dilakukan sendiri di rumah, tak harus menggunakan penyedia jasa pijat. Kreativitas bangsa Indonesia menghadirkan sebuah alternatif alat pijat untuk meringankan gejala lelah dan sakit pada area tertentu.
Selain menggunakan tangan, beberapa alat pijat tradisional berbahan dasar kayu pun diciptakan dalam beragam bentuk. Misalnya sandal refleksi yang memiliki tonjolan untuk menyentuh titik saraf di kaki, alat pijat roll kaki, alat pijat segitiga, sampai kerikan batok.
Seiring zaman dan teknologi yang makin berkembang, pijat kini juga memanfaatkan berbagai teknologi yang ada. Sebut saja kursi pijat listrik, pijat kaki, dan lainnya. Alat-alat tersebut dimanfaatkan sebagai sebuah alternatif pijat ringan yang lebih praktis.
Meski demikian, bagi banyak orang, jasa tukang pijat masih tak akan tergantikan oleh adanya alat-alat pijat modern tersebut. Salah satu buktinya adalah masih ramainya panti-panti pijat tuna netra yang mengunggulkan teknik serta pelayanan pijat seluruh tubuh dan juga pijat tradisional Cimande seperti milik Haji Naim.
Survei CNNIndonesia.com juga mengungkapkan bahwa ada waktu-waktu tertentu yang jadi pilihan orang Indonesia untuk pijat. Survei menyebut bahwa rata-rata orang Indonesia akan pijat di saat mereka mengalami pegal atau keseleo (42 persen).
Sekitar 39 persen lainnya akan pijat di saat mereka merasa butuh dipijat, sementara hanya empat persen yang menetapkan pijat sebagai aktivitas rutinnya. Sekitar 15 persen lainnya mengaku tidak pernah pijat.