Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia adalah salah satu negara yang masih dibelit masalah gizi. Berdasarkan Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk 17 negara yang memiliki masalah gizi serius.
Salah satu efek dari masalah kekurangan gizi di Indonesia adalah stunting, atau tubuh terlalu pendek. Data Riset Kementerian Kesehatan mencatat balita Indonesia yang mengalami stunting di 2015 sebanyak 29,6 persen. Dan, sebagian kalangan menanggap kemiskinan sebagai "biang keladi" masalah gizi, termasuk stunting.
Namun, pandangan itu dibantah Prof.Dr. Hardinsyah, Guru Besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor. Menurutnya, kemiskinan bukan akar dari masalah gizi di Indonesia.
"Sebab pemerintah mengklaim orang miskin di Indonesia hanya 10 persen. Sedangkan penderita masalah gizi, seperti stunting, justru diatas 10 persen," ujarnya dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Rabu (8/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Pusat Statistik (BPS) memang mengklaim jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun lalu sebesar 10,6 persen. Namun faktanya, jumlah penderita beberapa masalah gizi justru berada di atas angka 10 persen.
"Jadi banyak juga orang yang tidak miskin atau punya daya beli, namun menderita masalah gizi," ujar Hardinsyah.
Lalu, bagaimana cara paling tepat mengatasi masalah gizi di Indonesia?
Hardinsyah mengatakan, penyuluhan terus-menerus perlu dilakukan, terutama pada masyarakat yang punya daya beli tersebut. Tugas ini paling cocok dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat, akademisi atau aktor non pemerintah lainnya.
Sedangkan, pemerintah lebih baik fokus menangani para penderita gizi buruk dari kalangan miskin melalui beragam program bantuan sosial.
"Jadi tugas lembaga masyarakat atau akademisi yang paling layak melakukan penyuluhan terus menerus pada masyarakat yang punya daya beli, agar masalah gizi ini tertanggulangi," katanya.
(sys)