Jakarta, CNN Indonesia -- Para peneliti Amerika Serikat mengatakan bahwa sebuah virus umum yang ada di bayi dapat memicu alergi seumur hidup terhadap gluten dan menyebabkan penyakit celiac.
Penyakit celiac merupakan alergi makanan yang mencegah tubuh menyerap beberapa nutrisi, dalam hal ini adalah gluten atau protein yang ditemukan pada banyak biji-bijian seperti gandum.
Celiac dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan kecil usus dan tidak dapat disembuhkan. Penderita hanya dapat menerapkan diet bebas gluten guna mencegah kambuhnya penyakit ini.
Namun dalam sebuah penelitian yang dirilis dalam jurnal
Science, para peneliti menemukan peluang pemberian vaksin berpeluang mencegah celiac di masa depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir
AFP, hal ini didasarkan percobaan yang dimulai dengan menggunakan tikus dan dibuktikan melalui penelitian pada manusia di skala yang lebih besar.
"Studi ini jelas menunjukkan bahwa virus yang tidak secara klinis menujukkan gejala penyakit tetap dapat berpengaruh buruk pada sistem imun dan menjurus ke arah penyakit autoimun, khususnya penyakit celiac," kata Bana Jabri, direktur penelitian di University of Chicago Celiac Disease Center yang ikut dalam penelitian tersebut.
Studi itu menemukan bahwa virus di usus bernama reovirus dapat membuat sistem imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap gluten. Gluten dikenal sebagai protein yang sulit dicerna.
Hasil menunjukkan ketika virus tersebut diberikan pada tikus memicu respon gangguan sistem imun dan kehilangan toleransi saluran pencernaan seperti mulut terhadap gluten..
Virus tersebut menyebabkan lonjakan antibodi yang dapat meninggalkan 'bekas permanen' pada sistem imun yang memicu tahapan lebih lanjut dari respon autoimun tersebut.
Kebanyakan bayi mengonsumsi sereal yang mengandung gluten pertama mereka pada usia sekitar enam bulan. Pada saat itu, sistem kekebalan tubuh bayi lebih rentan terhadap virus.
"Selama tahun pertama kehidupan, sistem imun masih mematangkan diri, sehingga bagi seorang anak dengan latar belakang genetis tertentu, menerima virus tertentu saat itu dapat meninggalkan luka yang memiliki konsekuensi jangka panjang," kata Jabri.
"Itu sebabnya kami percaya bahwa ketika sudah ada lebih banyak penelitian, masyarakat akan mungkin memikirkan apakah anak-anak berada dalam risiko tinggi atas berkembangnya penyakit celiac sehingga perlu divaksinasi," lanjutnya.
(end)