Lenny Agustin, di Antara Kebaya, Kain Perca dan Keluarga

Rahman Indra | CNN Indonesia
Sabtu, 22 Apr 2017 16:25 WIB
Perancang busana yang juga ibu dari tiga anak ini tetap konsisten mengolah kebaya, dan bermimpi suatu hari nanti kain tradisional Indonesia akan mendunia.
Perancang busana yang juga ibu dari tiga anak ini tetap konsisten mengolah kebaya, dan bermimpi suatu hari nanti kain tradisional Indonesia akan mendunia. (Foto: CNN Indonesia/Rahman Indra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah-tengah deretan rak kebaya rancangannya, tubuh Lenny Agustin hampir tak kelihatan. Ia tenggelam di antara baju-baju. Hanya rambut pendek dengan warna mencolok penuh warna pelangi itu yang sekilas tampak bergerak berpindah tempat.

“Nanti pilih yang ini ya, kebaya yang warna terang dan kuat ini, jumlahnya 200 kebaya,” ujar Lenny pada karyawannya singkat sembari terus menyajarkan pandangan dari satu kebaya ke lainnya.

Mengenakan mini dress hitam dan sepatu kets, dengan lincah ia berpindah dari satu rak, ke rak lain. Perempuan kelahiran Surabaya, 1973 itu memilih beberapa kebaya dari koleksi rancangan di butiknya di bilangan Setiabudi, Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Akan ada Festival Kebaya di Banyuwangi selama dua hari, bertepatan dengan hari Kartini gelarannya,” ujar dia menjawab lugas, begitu selesai memilih kebaya, pada Selasa (18/4).

Ditemui di butik disela-sela kesibukannya, Lenny hampir tak berhenti bergerak. Ia harus mengangkat telpon, memilih baju, ke lantai dua di ruang kerjanya, atau beranjak ke lantai tiga butik di mana terdapat ruang workshop para penjahit, pembuat pola dan karyawannya bekerja.

Setelah sempat berhenti dari aktivitasnya itu, Lenny mulai bercerita soal kebaya.

Kata dia, busana tradisional yang identik dengan sosok Kartini itu memang menjadi salah satu rancangan utamanya sejak menjajak karier sebagai perancang busana. Ia memodifikasi dan memadupadankannya sedemikian rupa hingga menghasilkan penampilan yang muda dan kekinian.

Kata dia, mengolah busana dan kain tradisional Indonesia itu telah menjadi konsep rancangannya sejak awal. Pada koleksi yang ia beri tajuk Controverchic pada 2007 misalnya, ia bermain dengan padupadan kebaya serta memakai kain tradisional seperti batik Pekalongan, batik Cirebon, batik Jogja, tenun Sumba, tenun Padang, dan tenun Riau.

Aku melihat budaya Indonesia bisa dikemas lebih ringan, jadi suatu karya yang muda, segar, dinamis juga enak dilihat.

“Dalam desain busana, ada kebebasan bereksperimen, dan aplikasi banyak hal, seperti kombinasi kebaya encim dan kebaya modern dengan padupadan celana pendek dari tenun, atau rok tutu penari balet,” papar dia.

Pada peragaan busana tunggalnya 10 tahun lalu itulah Lenny untuk kali pertama menghidupkan kembali kebaya Kartini, serta kebaya kutubaru dan encim dengan olahan baru penuh warna. Langkah itu terus ia lakoni dengan konsistensi hingga kini.

Kain perca
Usai menggelar peragaan busana tunggal Controverchic yang membuatnya dikenal, lulusan Akademi Seni Rupa dan Desain ISWI, Bunka dan Lasalle itu rutin menggelar peragaan busana hampir setiap tahun.

Perancang yang juga aktif berorganisasi di Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (2004-2015), dan kini di Indonesian Fashion Chamber itu juga menerbitkan buku yang ia beri judul Fashion is My Playground.

Di dalam bukunya itu, ia merangkum sejumlah peragaan busana yang pernah ia lakukan, dari mulai Controverchic (2007), Java Dolls (2008), Tea Time (2008), Popi-Popi (2009), Blythe’s Dream (2009)’, Imaginary Friends (2009), Grandma I Miss You (2010), Unconsciuos Mind (2010), dan Intoxicating Blossoms (2011).

Lenny Agustin, di Antara Kebaya, Kain Perca dan KeluargaLenny Agustin dan kain tradisional di butiknya di bilangan Setiabudi, Jakarta. (Foto: CNN Indonesia/Rahman Indra)
Hampir di setiap koleksi rancangannya Lenny selalu mengolah kain tradisional entah itu tenun Makassar, batik Pekalongan, atau songket Palembang.

Untuk koleksi rancangan Java Dolls, misalnya, Lenny menggunakan batik taplak Pekalongan motif buketan. Yang unik adalah ketika ia memanfaatkan sumbu kompor yang dibungkus percaan batik untuk membuat motif kawung. Padu padan rancangannya yakni potongan kebaya dengan detil frill yang menyatu, blus renda berkerah cheongsam dengan rok dari taplak meja.

Dalam lima tahun terakhir, Lenny tidak hanya bergelut dengan kain tradisional tapi juga turut melatih sejumlah pengrajin lokal di daerah. Untuk koleksi rancangannya Spring/Summer 2016 misalnya ia melatih sekitar 40 pengrajin bordiran di Pontianak Kalimantan hampir setahun.

Hasil kerajinan tangan yang trendi menjadi karya yang kemudian ia peragakan pada publik. Tak sampai di situ, ia juga memberikan tawaran kerja pada pengrajin yang ia latih untuk kemudian mengembangkan bisnis sendiri.

"Terakhir, proyek yang sama juga saya lakukan di Lasem dan Kediri," ujarnya menambahkan. 

Awal 2017 lalu, Lenny mengembangkan sayapnya untuk berkolaborasi dengan para perancang busana dari negara-negara ASEAN. Ia menjadi penanggungjawab peragaan busana ketika Indonesia menjadi tuan rumah yang berlangsung di Hotel Gran Melia Jakarta. Terkait hal ini, Lenny mengatakan dirinya saling mengenal perancang busana dari negara tetangga dari media sosial lalu berkumpul dan saling berbagi bersama. 

Warna-warna yang kuat membuat tampilan kebaya jadi sangat fun.
Perpisahan Gavin

Di tengah obrolan telpon genggamnya berbunyi. “Iya, nanti jam enam acaranya dimulai, Gavin mau meet and greet, sekaligus farewell,” ujarnya menjawab panggilan.

Ia lalu pamit sebentar untuk memilih beberapa tas rancangannya. Pada seorang perempuan, ia mengatakan tas-tas itu akan menjadi hadiah buat beberapa kategori tamu yang akan datang pada acara Gavin, putra pertamanya yang kini berusia 18 tahun.  Lenny memiliki tiga anak, dua lainnya perempuan yakni Deedra (16), dan Nyra (12).

“Maaf ya, obrolannya terputus, soalnya jadi panitia buat urus acara perpisahan Gavin juga,” ujarnya. 

Gavin, kata Lenny, akan melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Putranya itu menggelar perpisahan untuk penggemarnya yang mengenal ia sebagai penari yang imperson sosok Michael Jackson dengan nama panggung GavinMJ, sejak 2009 lalu.

Bicara soal Gavin, Deedra, atau Nyra ketiga anaknya yang kini beranjak dewasa membuat wajah Lenny lebih semringah dari sebelumnya. Dengan penampilannya yang funky, dengan rambut pendek dan dicat warna pelangi itu, mungkin di luar sana banyak yang tak menduga kalau ia adalah ibu dari tiga orang anak.

“Dan mereka sekarang sudah pada beranjak dewasa,” ujarnya menambahkan.

Istri dari Sofian Susantio ini menuturkan menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarga itu sebuah keharusan. Justru dukungan untuk terus berkarya dalam karier, kata dia, datang dari keluarga.

Setelah hampir lebih dari satu dekade berkarya Lenny masih menyisakan satu impian terbesarnya yang ia terus pendam dan yakini.

“Impian saya adalah melihat kain tradisional Indonesia dipakai dalam keseharian warga dunia,” ujarnya lugas sembari tersenyum. (rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER