PESONA JAWA TENGAH

Cerita Penjaga Satu-satunya di Bukit Sikunir

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Sabtu, 22 Apr 2017 17:10 WIB
Membaca Surat Yasin dan menyembur telinga pengunjung yang kesurupan jadi hal yang biasa dilakukan penjaga satu-satunya di Bukit Sikunir.
Suasana toilet umum dan mushola di Bukit Sikunir, kawasan Dieng, Jawa Tengah. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasar)i
Dieng, Wonosobo, CNN Indonesia -- Udara dingin pagi itu tak menghalangi pengunjung Bukit Sikunir untuk terus menapaki anak tangga satu persatu. Bukit ini memang terkenal dengan pemandangan matahari yang terbit berwarna keemasan atau golden sunrise.

Jadi tak heran banyak pengunjung yang sudah terlihat di Desa Sembungan yang berada di kawasan Dieng, Jawa Tengah, sejak dini hari.

Berbeda dengan objek wisata buatan, objek wisata alam sangatlah bergantung pada kondisi alam. Bisa dibilang, hal itu juga memengaruhi keberuntungan pengunjung yang datang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau beruntung, momen golden sunrise bisa dinikmati dengan kondisi langit cerah. CNNIndonesia.com yang sempat berkunjung pada Senin (17/4) bisa dibilang kurang beruntung, karena kumpulan awan menghalangi matahari terbit bersinar cerah.

Namun, bagi seorang Tamid Tahadi, selama masih ada pengunjung, tiap hari bisa jadi hari keberuntungan. Bagaimana tidak, tiap hari ia bisa memperoleh rupiah dari hasil menjaga toilet di Bukit Sikunir.

Dengan bersemangat, Tamid bercerita betapa padatnya pengunjung saat libur panjang kemarin, sembari menunjukkan foto-foto dari telepon genggam sederhananya.

"Saya setiap hari membersihkan kawasan sekitar toilet umum ini. Jadi tahu betul kondisi bukit. Pengunjung biasanya sangat ramai pada Jumat, Sabtu dan Minggu” kata Tamid.

Ramainya pengunjung juga membuat kawasan Bukit Sikunir menjadi kotor, karena banyak dari mereka yang masih membuang sampah sembarangan. Kebanyakan sampah berupa botol minuman dan jas hujan plastik.

Oleh Tamid, botol yang dikumpulkan biasanya dijual ke pengepul, sedangkan sampah lainnya dibakar di sisi selatan bukit.

Hidup untuk Sikunir

Sudah lima tahun Tamid hidup bersama Sikunir. Sebelumnya, ia bekerja sebagai pemandu wisata.

Dari pengakuannya, awalnya kondisi bukit tidaklah sebersih ini. Hatinya pun tergerak untuk membersihkan bukit setelah mengantar wisatawan asal Jakarta berkunjung.

“Beberapa tahun yang lalu saya mengantar mereka ke Bukit Sikunir. Sesampainya di sana, mereka berkata kalau pemandangannya sangat indah, tapi sayang kebersihannya tak terjaga,” ujar Tamid.

“Padahal pengunjung yang datang sudah diminta membeli tiket,” lanjutnya.

Tamid lalu bergabung dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sembungan, yang lalu mendaulatnya sebagai petugas kebersihan, dan satu-satunya, di Bukit Sikunir.

Dari Senin sampai Jumat, ia bekerja dari pukul 5 pagi. Pada Sabtu dan Minggu, ia bisa berangkat lebih awal, yaitu pukul 3 pagi.

Sesampainya di Bukit Sikunir, Tamid membuka seluruh pintu toilet pengunjung. Menjelang siang, saat wisatawan sudah sepi, ia lalu menguncinya kembali.

Sisa hari ia habiskan dengan berkeliling seputaran bukit untuk memunguti sampah, kadang tak terasa sampai pukul 6 sore.

“Sekarang pekerjaan saya jadi lebih enteng, karena sudah lebih banyak tempat sampah hasil kerja sama Pokdarwis dan Bank Indonesia,” kata Tamid.

Tamid Tahadi, penjaga kebersihan satu-satunya di Bukit Sikunir, kawasan Dieng, Jawa Tengah. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari)

Metode Menghalau Demit

Menjadi petugas kebersihan sekaligus penjaga toilet di Bukit Sikunir memberi pengalaman yang berkesan bagi Tamid.

Pernah saat pengunjung sedang ramai, air toilet malah berhenti mengalir. Setelah diselidiki, rupanya salah satu pipa penyambung pecah akibat tertimpa longsor.

Mau tidak mau, Tamid harus naik turun bukit untuk menangani masalah tersebut.

“Air mengalir melalui rangkaian 200 pipa. Kalau salah satu ada yang rusak, saya harus segera membetulkannya, kalau tidak kenyamanan pengunjung akan terganggu,” kata Tamid.

Selain masalah pipa, Tamid juga sering menemukan pengunjung yang kesurupan.

Membaca Surat Yasin sebanyak tiga kali dan menyembur telinga pengunjung yang kesurupan dengan air sudah menjadi metode menghalau dedemit yang biasa dilakukannya.

“Kalau ke sini jangan melamun. Biasanya pengunjung kalau sudah lelah lalu melamun. Itu yang bikin kesurupan,” ujar Tamid.

Menjadi penjaga Bukit Sikunir tak membuat Tamid kaya raya, begitu pengakuannya. Tiap bulan, ia mendapat gaji sebesar Rp300 ribu juga komisi 20 persen dari hasil menjaga toilet.

Ada banyak kesempatan bekerja di Jawa Tengah, tapi Tamid masih ingin mengabdi di Bukit Sikunir.

“Ini tempat wisata yang bagus, kalau tidak ada yang merawat akan sangat sayang,” pungkas Tamid sambil tersenyum.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER