PESONA JAWA TENGAH

Sangiran, Objek Wisata yang Siap Menandingi Candi Borobudur

Elisa Valenta | CNN Indonesia
Minggu, 23 Apr 2017 12:32 WIB
Selain Candi Borobudur dan Candi Prambanan, Jawa Tengah juga memiliki objek wisata Situs Manusia Purba Sangiran yang tak kalah mendunia.
Situs Sangiran merupakan salah satu situs Manusia Purba yang terbesar dan terpenting di dunia. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Sangiran, Sragen, CNN Indonesia -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memiliki konsep besar dalam mengembangkan potensi wisata Situs Manusia Purba di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Di bawah kepemimpinan Menteri Pariwisata Arief Yahya, Sangiran menjadi salah satu dari empat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar, Hari Untoro Drajat, memaparkan, ke depannya Situs Manusia Purba Sangiran akan dipromosikan sebagai objek wisata budaya dunia dari wilayah Jogja, Solo, Semarang (Joglosemar).

Guna mencapai target tersebut, Kemenpar telah menyiapkan beberapa strategi yang akan direalisasikan dalam beberapa tahun ke depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Situs Manusia Purba Sangiran akan dikembangkan sebagai objek wisata budaya dunia, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Jadi saat datang ke Joglosemar, wisatawan tidak hanya terkonsentrasi di Candi Borobudur atau Candi Prambanan saja," ujar Hari saat diwawancara oleh CNNIndonesia.com pada Jumat (21/4).

"Kemenpar memiliki perhatian khusus untuk mengembangkan wilayah yang sangat luas itu, karena yang sekarang menjadi pusat yang dikunjungi baru satu," ujar Hari.

Di samping terus melakukan pengembangan secara terpadu, pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pelestarian secara sistematis terhadap Situs Manusia Purba Sangiran, sejak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1996 lalu.

Dalam rangka pelestarian dan pengembangan Situs Manusia Purba Sangiran, maka pada 2004 telah diselesaikan Rencana Induk Pengembangan Sangiran (Master Plan), yang diikuti dengan pembuatan Detail Engineering Design (DED) Pelestarian Situs Sangiran pada 2007, yang antara lain memuat kebijakan-kebijakan pengembangan situs, dengan melibatkan para stake-holders di daerah dan para pakar (termasuk dari kalangan universitas).

Berbekal Master Plan tersebut, pemerintah mengembangkan Museum Sangiran menjadi lima klaster, yaitu Museum Purba Sangiran Klaster Krikilan, Museum Purba Sangiran Klaster Ngebung, Museum Purba Sangiran Klaster Bukuran, Museum Klaster Purba Sangiran Dayu, dan Museum Lapangan Manyarejo.

Namun, dari kelima klaster tersebut, saat ini baru Klaster Krikilan yang masih menjadi pusat kunjungan para wisatawan.

Sebagai objek wisata, Klaster Krikilan memang sudah dilengkapi dengan sarana penunjang aktivitas wisata, seperti area kantin, toko souvenir sampai tempat parkir.

Hari berpendapat, perlu adanya sistem transportasi yang terintegrasi dari satu klaster ke klaster lainnya, agar jumlah kunjungan wisatawan bisa merata dan lebih meningkat.

“Wisatawan banyak yang belum tahu atau bingung mengenai cara mengunjungi klaster lainnya. Sistem trasnportasi terintegrasi harus segera dibangun untuk mengatasi hal itu,” kata Hari.

Selain Situs Manusia Purba, pemerintah juga mendorong masyarakat Sangiran untuk meningkatkan potensi wisata di kawasannya.

Cara hidup dan interaksi antar di sana ternyata juga memiliki keunikan dan nilai tersendiri yang dapat menambah nilai wisata Sangiran.

"Budaya masyarakat Sangiran itu sangat menarik, memiliki ciri khas. Konsep wisata berbasis komunitas sangat bisa diterapkan di sini,” pungkas Hari.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER