Jakarta, CNN Indonesia -- Panduan baru AS menyebutkan jika wanita hamil harus rajin mengecek tekanan darah setiap kali berkonsultasi kehamilan. Cek tekanan darah ini untuk mengecek preeklampsia, komplikasi fatal yang dapat merusak ginjang, hati, mata dan otak.
Seperti dilansir dari Reuters, walau banyak dokter selalu mengecek tekanan darah selama kehamilan, U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) memperbaharui panduannya untuk pertama kali semenjak 1996.
Panduan terbaru ini menekankan pentingnya dokter untuk mendeteksi dan merawat sejak dini peeklampsia sebelum kondisi ini meningkat dari masalah kecil menjadi yang mengancam jiwa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Preeklampsia adalah masalah kesehatan yang paling serius yang mempengaruhi wanita hamil,” ujar Dr. Maureen Phipps, peneliti kesehatan wanita di Universitas Brown melalui email.
“Karena kondisi ini sering ditemui dan kritis, USPSTF menawarkan dua rekomendasi terpisah untuk membantu wanita merendahkan risiko yang berkaitan dengan preeklampsia. Itu sebabnya pengecek preeklamsia ini direkomendasikan untuk semua wanita hamil. Bagi wanita yang berisiko tinggi alami kondisi ini dapat mengonsumsi aspirin dosis rendah sebagai pencegahan,” terang Phipps lebih lanjut.
Rekomendasi pengecekan ini berlaku bagi wanita yang tidak memiliki sejarah preeklampsia atau tekanan darah tinggi.
Panduan terpisah menyarankan konsumsi aspirin dosis rendah setelah 12 minggu kehamilan untuk wanita yang memiliki tekanan darah tinggi.
Preeklamsia bertumbuh cepat dan terbentuk setelah 20 minggu kehamilan.
Pemeriksaan tekanan darah tinggi di awal masa kehamilan dapat menunjukkan hasil normal bagi wanita yang memiliki kecenderungan preeklamsia.
Bagi wanita dengan preeklamsia yang mengalami tekanan darah yang meninggi, mereka akan mengeluarkan kadar protein yang berlebihan di air seni, selain keringat di kaki dan tangan.
Wanita yang terkena serangan jantung, kejang, kegagalan organ dan, beberapa kasus, kematian.
Bagi bayi, efeknya adalah komplikasi termasuk pertumbuhan lambat dalam rahim, lahir dengan berat bobot dan kematian.
Risiko terkena preeklamsia dapat dilihat dari sejarah obesitas, diabetes, penyakit ginjal, lupus atau radang sendi seseorang. Juga dilihat dari latar belakang ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami kondisi yang sama.
Karena risiko preeklampsia semakin bertambah dengan umur, terang Dr. Dana Gossett, dokter anak dan peneliti ginekologi di Universitas California, semakin muda wanita melahirkan anak risiko ini pun akan semakin rendah.
“Selain itu, penting untuk wanita mengorganisasikan masalah kesehatannya sebelum akan hamil. Tekanan darah tinggi seharusnya bisa dikontrol dengan baik. Begitu juga penyakit lainnya seperti penyakit ginjal, lupus. Wanita harus mencoba mencapai target berat badan idealnya sebelum hamil,” ujar Gossett yang juga penulis pendukung di JAMA.
Ditambahkan oleh Dr. Martha Gulati, ketua kardiologi di University of Arizona College of Medicine, mengecek tekanan darah di setiap kunjungan konsultasi kehamilan dapat mencegah komplikasi bagi ibu dan bayi.
“Ini adalah hal yang harus disiapkan setiap wanita sebagai tindakan prefentif. Kita dapat menyelematkan jiwa dan mencegah komplikasi dan kematian pada wanita hamil dengan tes sederhana, hemat biaya dan tidak perlu waktu yang terlalu lama.”
(sys)