Jakarta, CNN Indonesia -- Data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan 2015 menunjukkan prevalensi osteoporosis pada perempuan meningkat seiring pertambahan usia. Bahkan angka tertinggi patah tulang dialami oleh perempuan usia 95-99 tahun sebanyak 1.680 kasus.
Salah satu penyebabnya adalah menopause, di mana kadar hormon estrogen turun. Risiko osteoporosis saat memasuki masa menopause dapat dicegah, asal dipersiapkan.
Ungkapan itu disampaikan Wakil Ketua Perkumpulan Menopause Indonesia Cabang Jakarta Raya (Permi Jaya), dokter Ni Komang Yeni Dhanasari, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurutnya, persiapan diri itu baiknya dimulai sedini mungkin atau bahkan mulai dari sekarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita, perempuan, kan ingin menua dengan cantik, elegan, jadi persiapan baiknya dilakukan dari sekarang," katanya di sela-sela seminar dengan tema "Sehat Reproduksi Milik Segala Usia" di Menteng, Jakarta Pusat.
Dokter Yeni berkata, gaya hidup sehat termasuk olah raga dan asupan nutrisi yang baik bagi tubuh membantu meringankan keluhan saat memasuki masa menopause.
Selain itu, perlu adanya positive mental attitude atau sikap mental positif selama menopause. Menopause merupakan tahapan normal yang dialami setiap wanita. Umumnya, perempuan Asia akan mengalami menopause pada usia 50-52 tahun.
Menopause terbagi dalam tiga tahap, yakni perimenopause, menopause dan post menopause. Pada tahap perimenopause, kadar hormon estrogen dan progesteron menurun.
Biasanya terjadi pada usia 40-an atau 3-5 tahun sebelum menopause. Pada tahap ini, perempuan akan mengalami keluhan-keluhan seperti sulit tidur, depresi, rasa cemas, hot flash atau semburan panas pada wajah dan dada, infeksi saluran kemih, vagina kering atau nyeri saat berhubungan seksual.
Saat tahap ini, lanjut dokter Yeni, diharapkan ada dukungan dari lingkungan terutama suami. Tak jarang gejala mood swing atau mood yang berubah-ubah bisa berakibat pada runtuhnya rumah tangga, akibat tidak ada pengertian dari suami.
Sikap mental positif sangat diperlukan yakni menerima keluhan atau ganggaun yang dialami sebagai proses yang wajar. Namun, bila keluhan itu sulit diterima dan lingkungan tidak bisa mengontrol, maka terapi hormon dapat diambil.
"Soal terapi, kita lihat lagi apakah keluhan itu bisa diterima atau tidak. Kalau keluhan tidak bisa diterima, intensitasnya berat, lingkungan mungkin tidak bisa mengontrol, maka bisa dilakukan terapi," ucap dokter Yeni.
Terapi hormon estrogen bisa dilakukan jika didapat gangguan vasomotor (muka kemerahan, keringat malam, baik disertai dengan atau tanpa bangun di malam hari).
Terapi ini tidak bisa dilakukan jika perempuan punya riwayat atau faktor resiko kanker payudara, kanker endometrium, penyakit thromboemboli atau sumbatan pembuluh dara ibu akibat gumpalan darah atau air ketuban, atau kelainan hiperkoagulasi, yakni darah cenderung menggumpal.
Dokter Yeni menambahkan, terapi estrogen punya manfaat positif antara lain meningkatkan produksi kolagen dan elastin, meningkatkan kelembaban kulit, mencegah kulit kering dan keriput dan meningkatkan kadar air pada dermis.
(rah)