Jakarta, CNN Indonesia -- Penelitian di Inggris mendapati sekitar 75 persen makanan berbahan beras untuk bayi dan balita mengandung kadar arsenik yang seharusnya dihindari. Temuan itu beranjak dari studi terbaru yang mereka lakukan, seperti dilansir dari
The Huffington Post, baru-baru ini.
Bayi dan balita sangat lemah terhadap efek arsenik, yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dalam jangka waktu lama, karena mereka masih dalam masa pertumbuhan.
"Penelitian ini menunjukkan adanya kontak langsung bayi jika terekspos makanan yang mengandung arsenik," ungkap Proesor Andy Meharg, ketua penelitian dari Institute for Global Food Security di University Belfast, Queen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di masa pertumbuhannya bayi masih lemah dan mudah terkena dampak arsenik khususnya dalam tumbuhkembang, IQ dan sistem ketahanan tubuh," ujarnya.
Penelitian itu meneliti sejumlah makanan untuk anak-anak, bayi dan balita per Januari 2016. Diterbitkan di jurnal PLOS ONE pada Jumat (4/5), laporan itu menyebutkan hampir 50 persen produk makanan bayi berbahan beras mengandung kadar arsenik inorganik.
Kelebihan konsumsi dari bahan ini akan menyebabkan masalah atau gangguan pada tumbuh kembang anak, sakit jantung, diabetes dan menyerang saraf.
Oleh karenanya, dianjurkan para orangtua memerhatikan pemberian asupan makanan pada anak-anak berbahan beras, dengan pemberian makanan bervariasi.
Food Standards Agency menyatakan beras dan produk yang terbuat dari beras dapat diseimbangkan dengan konsumsi makanan jenis lainnya.
"Kami menganjurkan agar orangtua memberikan makanan pada anak, khususnya di bawah lima tahun, agar tidak memberikan minuman dari beras sebagai pengganti susu ASI, susu sapi atau susu formula, karena tidak tepat," ujar juru bicara FSA.
Di luar itu, Profesor Meharg mendorong perusahaan yang memproduksi makanan bayi dan balita agar lebih memperhatikan kadar arsenik dalam produk yang mereka jual untuk mencegah terjadi gangguan kesehatan di masa mendatang pada anak-anak.
(rah)