Jakarta, CNN Indonesia --
Geliat pariwisata di Bromo Tengger Semeru (BTS) semakin bergairah. Setelah event Menari di Atas Awan, lembaga peduli lingkungan Laskar Hijau bersama Disparbud Lumajang menggelar Rawat Ruwat Ranu.
Event yang disiapkan untuk menyambut Ramadan ini juga digelar sebagai bentuk kampanye pelestarian lingkungan melalui jalan kebudayaan. Event ini akan digelar pada Sabtu (20/5/2017) di Ranu Klakah, Desa Tegalrandu, Kecamatan Klakah.
Meski
event ini baru pertama digelar, namun Pemkab Lumajang mendukung sepenuhnya. Karena ini adalah bagian dari wisata budaya yang berangkat dari kearifan lokal,’’ kata, Kadisparbud Lumajang Deni Rohman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Deni,
event ini tidak hanya untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya pelestarian lingkungan di kawasan ranu atau danau. Tetapi juga untuk menggali potensi wisata di Lumajang.
Kalau danaunya kering. Apa yang menarik bagi wisatawan. Lagi pula bila danau kering, maka tentu akan berpengaruh pada lingkungan sekitarnya. Karena itu Pemda mendukung sekali
event ini,’’ ujarnya.
Pada 2006 hingga 2010, kegiatan semacam ini pernah dilakukan oleh Laskar Hijau dengan tema ‘Maulid Hijau’. Bedanya, panggung yang kali ini digunakan mengapung di atas air dengan ukuran 20x10 meter.
Panggungnya ditopang dengan pelampung puluhan tangki kecil atau drum agar bisa menopang panggung di atas air. Untuk menuju panggung yang berada di atas ranau atau danau kecil itu dari tepi danau, terhubung jembatan kayu yang ditopang drum dengan panjang jembatan sekitar 20 meter dari tepi ranu.
Kegiatan Rawat Ruwat Ranu akan dimulai pukul 12.30 WIB dengan istigasah kubra bersama warga sekitar Ranu Klakah dan dihadiri oleh Bupati Lumajang. Kemudian dilanjutkan pagelaran budaya yang meliputi seni tari, musik, dan teater dari seniman-seniman Lumajang, Malang, dan Probolinggo.
Mereka berpartisipasi secara sukarela karena kepeduliannya terhadap pelestarian budaya dan lingkungan. Panggung ini adalah panggung rakyat, siapapun boleh hadir menyaksikan dan menampilkan karya seninya,’’ kata penggagas
event yang juga Ketua Laskar Hijau, A'ak Abdullah Al-Kudus.
Menurut A'ak, yang akrab dipanggil Gus A’ak, kegiatan Ruwat Ranu diperlukan karena Gunung Lemongan merupakan benteng ekologi Kabupaten Lumajang wilayah utara yang memiliki total 13 Ranu (Maar).
Tujuh Ranu berada di wilayah Kabupaten Lumajang. Sedangkan sisanya berada di Kabupaten Probolinggo.
Ranu-ranu ini memiliki fungsi yang sangat vital bagi masyarakat khususnya untuk air minum, irigasi, perikanan juga wisata,’’ jelasnya.
Gus A'ak menjelaskan, illegal logging yang terjadi pada kisaran 1998-2002 telah meluluh lantakkan kawasan hutan lindung di Gunung Lemongan dan berdampak langsung pada 13 ranu yang indah itu. Salah satunya Ranu Klakah.
Meskipun begitu, 25 mata air di Ranu Klakah harus mati akibat terjadi perusakan hutan di Gunung Lemingan. Saat ini hanya enam mata air yang tersisa.
Padahal ranu ini menjadi tumpuan irigasi bagi 620 hektare areal persawahan yang ada di sekitarnya. Degradasi ekologi ini juga terjadi pada ranu-ranu yang lain. Bahkan Ranu Kembar di Desa Salak, Kecamatan Randuagung saat ini cenderung mengering.
Kondisi kerusakan inilah yang memantik para relawan Laskar Hijau untuk melakukan gerakan konservasi di Gunung Lemongan dan di ranu-ranu yang ada di sekitarnya sejak 2005. Selain melakukan penghijauan, para relawan ini juga melakukan kampanye-kampanye pelestarian lingkungan, salah satunya di bidang kebudayaan.