PESONA SABANG

Keindahan Sabang Mengawali Niat Jepang Menjajah Indonesia

Gilang Fauzi | CNN Indonesia
Selasa, 23 Mei 2017 18:15 WIB
Sejarah mencatat, Sabang merupakan kota pelabuhan terpenting ketimbang Singapura pada abad ke-19. Jepang pun tergiur ingin menguasainya.
Benteng peninggalan Jepang yang terletak di kawasan Anoi Itam, Sabang Pulau Weh, Aceh. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Sabang, CNN Indonesia -- Sabang tak hanya menawarkan keindahan panorama laut dan hutan lindung, tetapi juga menyuguhkan kilasan sejarah mengenai pulau vulkanik kecil di ujung utara Pulau Sumatera itu sempat menjadi tempat strategis pendudukan Jepang di Indonesia semasa Perang Dunia II.

Kota besar di Pulau Weh, Aceh, itu dijadikan sebagai pelabuhan militer dan garis pertahanan terdepan pasukan Jepang dalam menghadapi serangan Sekutu pada 1942.

Tak heran, jika kemudian terdapat banyak peninggalan benteng beserta tempat berlindung (bunker) Jepang yang tersebar di sekeliling garis pantai dan perbukitan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benteng itu dibangun sebagai pos pengintai untuk memperkuat pertahanan mereka.

Melalui Sabang pula proses penjajahan Jepang ke wilayah lain Indonesia bermula.

Sejarah mencatat, Sabang pada abad ke-19 merupakan kota pelabuhan terpenting ketimbang Temasek (Singapura).

Terletak di lokasi strategis Selat Malaka, Sabang menjadi lokasi ideal bagi lalu lintas bisnis para pedagang dari Eropa, India, Timur Tengah, dan Asia Timur.

Ketika Perang Dunia II meletus, Jepang menjadikan Sabang sebagai pelabuhan militer dan garis pertahanan udara terdepan di Indonesia.

Benteng dan bunker pertahanan itu kini menjadi artefak sejarah dan bisa dikunjungi di kawasan Ujung Kareung, Bukit Sabang, dan sepanjang Pantai Kasih.

Berdasarkan penuturan beberapa warga setempat, benteng pertahanan itu konon terkoneksi satu sama lain dengan penghubung terowongan rahasia, yang kini jejaknya tak lagi terlacak karena sudah terimbun tanah dan usia.

Keindahan Sabang Mengawali Niat Jepang Menjajah IndonesiaWisatawan menjelajah bekas Benteng Jepang yang terletak di kawasan Anoi Itam, Sabang, Pulau Weh, Aceh. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Napak Tilas Benteng 

CNNIndonesia.com pada Sabtu (20/5) berkesempatan menjajal salah satu lokasi benteng Jepang yang keberadaannya belum banyak diketahui publik, terutama wisatawan.

Lokasi benteng yang terletak di kawasan Aneuk Laot itu bahkan cukup sukar dijamah karena tertutup hutan rapat.

Terletak sekitar delapan kilometer dari Danau Aneuk Laot, dari arah Sabang, jalur yang ditempuh mengarah ke timur dan keluar dari jalan utama.

Jalan seukuran badan mobil itu memaksa kendaraan menanjak dengan kemiringan di beberapa kelokan nyaris 30 derajat.

Tak sampai 10 menit perjalanan, jalur aspal bakal menemui jalan buntu ditandai pohon besar yang menjadi petanda masuk hutan tak terurus.

Untuk sampai ke lokasi, orang perlu berjalan kaki ke dalam hutan dengan mengandalkan jalan setapak yang sudah tertutup belukar. Pohon Jelatang adalah ancaman.

Tumbuhan liar itu bisa membuat kulit gatal dan panas berhari-hari jika orang tak awas dengan keberadaannya. Pohon itu hampir ada di setiap ruas jalan setapak yang dilalui.

Jarak tempuh dari jalan setapak menuju lokasi benteng tak sampai lima menit, tapi cukup membuat peluh keringat mengucur di sekujur badan.

Benteng beserta bunker Jepang di Aneuk Laot sudah tak berbentuk rupa, menyisakan reeuntuhan bangunan dan gorong-gorong yang sebagian tertimbun tanah.

Mukilis berdiri di atas reruntuhan bunker masa pendudukan Jepang di kawasan Aneuk Laot, Sabang, Pulau Weh, Sabtu (19/5). (CNN Indonesia/Gilang Fauzi)

Satu hal yang pasti, benteng pertahanan ini diyakini terkoneksi dengan pos pengintaian di perbukitan Sabang yang terletak di sepanjang kawasan pantai timur.

Di balik reruntuhan benteng masih terdapat meriam-meriam yang menjadi senjata andalan para pasukan Jepang dalam menghadapi serangan Sekutu. Benteng di puncak ketinggian kawasan Aneuk Laot ini dibuat sebagai pos pengintai yang mengarah ke danau di arah barat.

Selain benteng, bunker dan gorong-gorong, terdapat pula kamar-kamar peristirahatan seukuran 2x2 meter berjejer dalam satu lorong. Suasana ruangan yang gelap itu cukup memberi kesan ngeri dan membuat bulu kuduk merinding.

Potensi Wisata

Kompleks benteng pertahanan Jepang di Aneuk Laot mustahil dipetakan sebelum dipugar secara utuh. Benteng itu kini berdiri di atas lahan satu hektare milik warga setempat.

Cucu dari sang pemilik tanah yang ditemui CNNIndonesia.com, Muklis, mengatakan bahwa keberadaan benteng bersejarah itu hampir tak tersentuh, karena sukar diakses publik.

Bukti kehadiran Jepang di Sabang tak hanya ditandai dengan keberadaan benteng di perbukitan. Jepang dalam hal ini juga telah meninggalkan tugu yang menjadi monumen penjagalan terhadap para prajurit Belanda dan Sekutu yang banyak ditangkap Jepang sepanjang 1942-1945.

Keindahan Sabang Mengawali Niat Jepang Menjajah IndonesiaTugu yang menjadi simbol monumen penjagalan semasa pendudukan Jepang di kawasan Aneuk Laot, Sabang, Pulau Weh, Aceh. (CNN Indonesia/Gilang Fauzi)

Tugu penjagalan itu kini berdiri di pekarangan rumah milik warga tidak jauh dari kawasan Aneuk Laot mengarah ke Iboih.

Penjagalan dilakukan secara bertahap dan telah memakan korban ratusan jiwa. Penjagalan terhenti setelah Hiroshima dibom Sekutu dan memaksa pasukan Jepang pulang kembali ke Negeri Matahari Terbit.

Wakil Wali Kota terpilih Sabang (2017-2022) Suradji Djunus yang ditemui CNNIndonesia.com mengatakan, keberadaan benteng Jepang yang terbengkalai itu merupakan bukti bahwa Sabang memiliki segudang nilai sejarah, yang berpotensi menjadi objek wisata alternatif di Pulau Weh.

"Sabang tak hanya memiliki keindahan alam wisata, melainkan juga telah menjadi saksi sejarah yang menambah nilai historis daerah," kata Suradji.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER