Viral Berkat Pesan Sosial

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Jumat, 02 Jun 2017 06:19 WIB
Video viral menggunakan pesan sosial adalah bagian dari strategi pengiklan untuk mendapatkan brand awareness, brand sentiment dan juga brand recall.
Memanfaatkan momen hari Raya, video promosi sebuah pusat perbelanjaan jadi viral. (CNN Indonesia/Yohannie Linggasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari besar agama tak hanya dirayakan oleh pemeluknya. Media massa juga label-label produk turut merayakan alias memanfaatkan momentum hari raya untuk menyuntik pasar lewat iklan mereka. Rupanya, iklan yang mengandung pesan sosial memang ampuh membuat sebuah iklan jadi viral di media sosial.

Dalam minggu-minggu ini, iklan pusat perbelanjaan Ramayana yang ditayangkan di Youtube menjadi viral. Dalam iklan berdurasi 3 menit 16 detik itu bercerita tentang keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan seorang nenek. Keluarga kecil ini nampak agak kesal setiap kali sang nenek yang cerewet menegur keluarganya untuk tidak lupa menjalankan kewajiban-kewajiban dalam berpuasa, seperti mengajak tarawih, mengingatkan untuk berpuasa dan bangun untuk sahur.

Selain itu, mereka menuju pusat perbelanjaan, membeli pakaian untuk sang kakek demi merayakan Lebaran. Namun rupanya di akhir cerita, sang nenek dibawa ke makam kakek. Ternyata sang nenek menjadi linglung menganggap setiap hari adalah bulan puasa semenjak kepergian suaminya. 

Bicara soal hari raya, Indonesia dengan mayoritas pemeluk agama Islam otomatis meletakkan hari raya Idul Fitri sebagai hari yang dapat diangkat menjadi satu momentum. Berbeda dengan negara Barat dimana mayoritas adalah Nasrani, pusat belanja John Lewis di Inggris pun meluncurkan iklan yang nuansanya kental Natal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Head of Account Strategy GroupM Connect, Febe Kristiana, konten iklan dibuat berdasarkan gambaran kehidupan masyarakat dan secara tidak langsung mencerminkan nilai-nilai yang diterima masyarakat.

"Misalkan untuk Ramayana sendiri, menyasar ke millenials (Gen Y) atau pun Gen Z yang sudah sangat peka dan jeli dalam menilai iklan yang mereka terima," kata Febe saat dihubungi CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Rabu (31/5).

Ia mengatakan iklan yang terlalu menekankan pada penjualan produk atau hard sell hanya akan mendapat respon negatif dari calon konsumen. Hal ini sudah dipahami para label dan agensi iklan. Oleh karena itu, lanjutnya, mereka berusaha memproduksi iklan yang berhubungan dengan kehidupan target audience atau target konsumen label.

"Salah satu caranya lewat topik atau konten yang menjadi concern atau punya value buat si target audience. Misalnya, melalui pesan sosial," tambahnya.

Kendati tak melulu soal jualan, iklan dengan pesan sosial punya efek terhadap label. Febe menjelaskan pengukuran tingkat keberhasilan ini dapat dilihat dari brand awareness atau tingkat kesadaran konsumen terhadap label, brand sentiment atau respon positif-negatif konsumen terhadap label, dan brand recall atau sejauh mana konsumen dapat mengingat label produk.

"Bahkan kalau konten iklan sangat memiliki value yang tinggi untuk audience, (hal ini) dapat memengaruhi tingkat penjualan juga," jelasnya. (sys)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER