Nusa Dua, CNN Indonesia --
Menteri Pariwisata Arief Yahya selalu mengambil tiap kesempatan yang ada untuk memperbaiki pariwisata Indonesia. Kali ini Arief meninjau pelaksanaan Bali & Beyond Travel Fair (BBTF) 2017. Ia mendorong BBTF bisa dijadikan marketplace bagi lebih banyak seller dan buyer dari luar negeri.
Arief membuat suatu analogi, ia mengajak orang membayangkan tidak ada toko yang dibangun di sawah. Pertokoan banyak didirikan dalam suatu kawasan seperti mal. Ia menjelaskan, jika ada yang mendirikan toko bangunan sendirian, maka sudah pasti kesuksesannya tidak sama.
Ia menambahkan, rivalnya memang banyak dan persaingannya juga ketat. Namun
opportunity untuk mendapatkan
revenue dari transaksi lebih besar. Maka ia minta BBTF jangan membatasi diri, jangan eksklusif, dan jangan berpikir hanya mengejar
quality tourism.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan didikotomi antara
mass tourism dan
high end market, dua duanya kita membutuhkan," tegasnya.
Arief juga mencontohkan pengalamannya menjadi komisaris Telkomsel selama 10 tahun. Ia yang mengelola
market dengan
spending rata-rata per bulan hanya Rp 35 ribu, dalam sebulan
revenue-nya bisa sebesar Rp 5 triliun.
Bisa diandingkan dengan
quality market,
premium customers yang satu pihak
spending-nya bisa Rp 1 miliar per bulan.
"Jumlahnya kan kecil, setahun hanya Rp 5 triliun. Sama dengan sebulannya yang
mass product," jelasnya.
Ia mengajak para pelaku pariwisata jangan khawatir dengan
outbound.
"Kalau tidak lewat kita, mereka akan jualan melalui
marketplace mana saja. Bisa melalui ITB Berlin, WTM London, Fitur Spanyol, MATTA Malaysia, NATTAS Singapore dan lainnya. Maka dari itu, sebaiknya transaksi dilakukan di Bali. Jadikan Bali sebagai
tourism hub, menjadi
marketplace. Minimal transaksinya di Indonesia," paparnya.
BBTF 2017 telah digelar sejak tahun 2014. Tahun ini acara yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua Bali pada 7-11 Juni 2017 menajdikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai
co-host.
Total
seller yang berpartisipasi sebanyak 174 dari 19 provinsi dan terdapat 198
buyer dari dalam dan luar negeri. Transaksi yang terjadi dalam BBTF 2017 mencapai Rp 5,6 trilliun.
Kegiatan ini menjadi ajang pertemuan
travel agent di luar Bali yang ingin mencari
partner hotel dan biro perjalanan di Bali. Ajang ini juga diharapkan mampu menghadirkan wisatawan nusantara dan mancanegara ke Bali.
"Bali sudah siap dan memiliki
branding yang kuat. Orang akan lebih tertarik untuk datang karena ini Bali. Jika MICE di Singapura orang hanya menikmati hotel, di Bali bisa menikmati hotel dan beragam atraksi yang menarik," katanya.
Negosiasi bisnis antara
buyer dan
seller berlangsung lancar di mana
buyer yang hadir memenuhi seluruh janji pertemuan yang dibuat pada hari kedua BBTF 2017. Pada sesi tersebut, kedua belah pihak memiliki waktu yang cukup untuk berdialog mengenai produk pariwisata dan melakukan negosiasi untuk kerja sama jangka panjang.
"BBTF 2017 benar-benar berbeda dengan yang lalu dan terlihat banyak perkembangan. Pertemuan-pertemuan kami dengan
buyer yang sudah dijadwalkan sebelumnya berlangsung dengan baik. Hari ini kami bertemu dengan
buyer potensial," ungkap Asisten Manajer Penjualan Discovery Kartika Plaza Hotel Bali, Nanda Purnomo Samsul.
Delegasi dari Australia Debby Hunter mengatakan BBTF 2017 menghadirkan penempatan stan-stan sangat baik dan memudahkan dirinya memenuhi pertemuan yang sudah dijadwalkan.
BBTF 2017 juga menyediakan waktu dan tempat bagi para peserta pameran untuk mempresentasikan produk mereka pada media. Dalam kesempatan ini, Denpasar Tourism Board memperkenalkan kembali keunikan Kota Denpasar kepada dunia.
"Saat ini kami merubah strategi promosi kami ke gaya promosi yang lebih muda dan trendi. Sebagai contoh, saat ini kami bekerja sama dengan Yayasan Pembangunan Sanur dan juga memfasilitasi dan menjembatani komunitas, industri pariwisata, dan pemerintah," ujar Kepala Denpasar Tourism Board, Ida Bagus Sidharta.
Ia menambahkan, setiap dua tahun sekali Denpasar Tourism Board mendapatkan hibah untuk pendanaan promosi pariwisata dari pemerintah. Terakhir, mereka mendapatkan bantuan US$ 200.000.