Curhat Puteri Indonesia 2015 Saat Jadi Korban Bullying

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Minggu, 23 Jul 2017 14:22 WIB
Hidup Anindya Kusuma Putri, Puteri Indonesia 2015 tidaklah sempurna. Perjalanan hidupnya diwarnai dengan dua kali menjadi korban bullying.
Hidup Anindya Kusuma Putri, Puteri Indonesia 2015 tidaklah sempurna. Perjalanan hidupnya diwarnai dengan dua kali menjadi korban bullying. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak mudah memang mengubah trauma bullying atau perundungan menjadi sebuah motivasi untuk sukses. Namun Puteri Indonesia 2015 Anindya Kusuma Putri berhasil mengubah trauma tersebut menjadi prestasi.

Kepada CNNIndonesia.com, Anin -panggilan akrab Anindya Kusuma Putri- mengungkapkan bahwa semasa kecil dia juga pernah dibully.

Kasus bullying atau perundungan yang menimpa murid sekolah di Thamrin City dan juga di kampus Gunadarma tak ayal mengingatkannya pada masalah bullying yang dialaminya waktu kecil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu kecil saya tomboi sekali, bahkan semua teman saya laki-laki, enggak ada teman perempuan," katanya saat berkunjung ke CNNIndonesia.com.


"Setelah itu teman-teman perempuan berpikir,'ngapain sih temenan sama Anin, dia kan mainnya sama laki-laki. Sudah enggak usah ditemani."

Anin sadar, hal tersebut mungkin seringkali dianggap bukan masalah biasa di dunia anak dan dianggap bukan masalah besar. Namun, kenyataannya, bagi dia dan juga anak-anak yang mengalami masalah serupa, ini adalah masalah yang menyedihkan.

Dia mengakui hal tersebut sempat membuat mentalnya sedikit ciut. Hal itu juga membuat dia merasa takut untuk mendekati teman-teman perempuan.

"Saya jadi berpikir, kenapa mereka sensi banget, memang salah saya apa? Kenapa tidak mau berteman. Saya juga tidak akan melukai mereka kok," ucapnya sembari mengenang.


Beruntung, Anin akhirnya bisa mengatasi masalah yang menimpanya itu. Perlahan dia bangkit dan mengatasi ketakutannya untuk berteman dengan teman-teman perempuan.

Bertahun-tahun kemudian, perempuan kelahiran 3 Februari 1992 ini tak lagi mengalami bullying dalam hidupnya. Hidupnya terbilang tenang dengan sedikit riak-riak masalah di kehidupan pribadinya.

Namun sayang, perempuan yang kini didapuk jadi juru bicara Kementerian Pemuda dan Olahraga ini pada akhirnya harus kembali menghadapi masalah yang pernah menghantuinya di masa kecil. Anin kembali alami bullying.

[FOC] Curhat Puteri Indonesia 2015 Saat Jadi Korban BullyingFoto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma


Ironisnya, bullying yang dihadapinya kali ini terjadi saat dia tengah berjuang untuk Indonesia. Bullying ini terjadi saat dia terpilih menjadi Puteri Indonesia 2015 sampai saat dia mewakili Indonesia di ajang Miss Universe.

"Saat itu, saya mengalami bullying secara verbal bukan sosial media. Bullying lewat sosial media," ucapnya.

"Secara fisik memang enggak sakit, tapi secara mental kena banget."


Ada banyak spekulasi dan cercaan yang diterima Anin saat terpilih menjadi Puteri Indonesia 2015. Semua cercaan dialamatkan padanya lewat media sosial.

"Banyak yang bilang kenapa pilih Anin, dia kan tomboi banget, enggak bisa jalan di catwalk, jalannya kaya robot," kata putri perwakilan Jawa Tengah tersebut.

"Selain itu ada juga yang bilang saya (bisa menang) nyogok, ayahnya korupsi, dan lainnya."

Kata-kata hinaan dan kalimat kasar yang menyakitkan juga dilontarkan tak cuma kepada Anim secara pribadi. Tak tanggung-tanggung, netizen juga melontarkan cacian kasar yang menyakitkan kepada orang tuanya. Termasuk menyebut Anin dan ibunya sebagai perempuan tak benar.

Kata-kata itu membuat Anin terpuruk. Mentalnya sempat runtuh. Dia mengaku sempat mengurung diri di kamar dan merasa depresi.


Cyber bullying yang dialaminya ini tak cuma karena masalah kemenangannya jadi Puteri Indoensia 2015. Kontroversi dan cyber bullying yang dialaminya pun juga merambat sampai menjelang keberangkatannya ke Miss Universe 2015. Semuanya karena masalah baju renang yang dipakainya.

Kala itu dia menggunakan bikini yang dianggap oleh beberapa orang Indonesia tak sesuai dengan adat ketimuran serta terlalu seksi. Dia sempat putus asa.

"Tapi perlahan-lahan saya harus bangkit karena saya bawa nama Indonesia ke dunia. Jadi saya tidak boleh down terus."

Empat hari terpuruk menghadapi cyber bullying, Anin pun bangkit dari putus asanya. Dukungan keluarga, teman, dan juga doa membuat dia tegar menghadapi cyber bullying.

"Saya diam saja, enggak mau merespons. Mau direspons seperti apapun akan percuma, dari mereka juga akan berkata kasar," ujarnya.

"Jadi daripada buang waktu (untuk menjawab dan klarifikasi.red) respons mereka dengan tindakan dan perbuatan positif saja."


Anin sendiri mengungkapkan bahwa pembuktian dengan tindakan dan prestasi adalah cara terbaik untuk menjawab cyber bullying yang dialaminya.

"Akhirnya saya bisa buktikan ke mereka kalau saya tidak seperti yang mereka kira. Mereka pun akhirnya bisa bilang kalau ternyata Anin juga bisa jalan di catwalk dan jalannya enggak kaya robot," katanya diiringi tawa kecil.

Agen anti-bullying

Pernah merasakan sendiri dan prihatin akan maraknya kasus bullying yang terjadi pada murid sekolah dasar di Thamrin City dan juga mahasiswa Gunadarma membuat perempuan berambut panjang ini merasa prihatin.

Untuk menghindari tersebut terulang lagi, Anin pun meminta generasi muda untuk lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

"Menurut saya, kita harus engaged anak-anak muda khususnya di sekolah-sekolah untuk jadi agen anti-bullying. Ingatkan mereka untuk berani menegur dan menghentikan aksi bullying," katanya.

"Kebanyakan orang akan cuek ketika melihat orang yang tidak dikenal mengalami bullying. Walau dia bukan teman atau orang yang kita kenal, kalau melihat bullying harus ditegur dan dihentikan. Bayangkan kalau itu (bullying) terjadi dengan teman, adik, atau keluarga kita yang lain." (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER