Bedah Onkoplastik, Harapan Baru Pasien Kanker Payudara

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Selasa, 22 Agu 2017 20:20 WIB
Perkembangan dunia kesehatan beri harapan baru bagi penyintas kanker payudara. Jika tak ingin operasi angkat seluruh payudara, bisa jalani bedah onkoplastik.
Perkembangan dunia kesehatan beri harapan baru bagi penyintas kanker payudara. Jika tak ingin operasi angkat seluruh payudara, bisa jalani bedah onkoplastik. (Foto: Thinkstock/EHStock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kanker selalu jadi momok dalam dunia kesehatan termasuk salah satunya kanker payudara. Menurut data Cancer Biology & Medicine 2014, insiden kanker di Indonesia sebanyak 48.998 dengan angka kematian akibat insiden sebanyak 19.750 kasus. Jumlah ini diperkirakan terus meningkat.

Dari seluruh penyakit penyebab kematian di Indonesia, kanker payudara menempati posisi kesebelas dengan penyakit pembunuh nomor satu adalah stroke.

Bagi mereka yang menderita kanker payudara, mengunjungi rumah sakit untuk berobat bakal jadi hal yang paling menakutkan. Ahli bedah payudara Alfiah Amiruddin menuturkan, mastektomi atau operasi pengangkatan seluruh payudara selalu jadi momok pasien kanker payudara. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wanita Indonesia dikenal suka pakai kebaya, anggun, bisa dibayangkan dia berbusana tanpa ada payudara. Oleh karena itu, dulu orang malas dan takut ke rumah sakit karena menghindari mastektomi," kata Alfiah pada CNNIndonesia.com saat ditemui usai seminar Kongres Indonesia Diaspora di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (22/8).


Menurut Alfiah, pasien kanker payudara harus diberi penjelasan detail mengenai teknik atau alternatif operasi kanker. Alternatif teknik operasi kini ada breast oncoplastic surgery atau BOC. Pasien tak perlu takut soal payudara yang akan 'dibabat' saat operasi, karena dengan metode bedah onkoplastik ini, lanjut Alfiah, tumor atau kanker akan dibuang dari tubuh pasien tanpa harus mengubah bentuk dan ukuran payudara.

"Breast oncoplastic surgery itu bukan hal yang baru, sudah lama. Mungkin di negeri ini, sejak beberapa tahun yang lalu orang terpaku dengan mastektomi, orang belum melihat peluang lain," ucapnya.

Sebelum mengambil tindakan operasi, pemeriksaan jelas dilakukan pada pasien. Tak semua kasus kanker payudara dapat diatasi dengan metode bedah onkoplastik tersebut. Ada sekian faktor yang dilihat, termasuk rasio besaran kanker dengan besaran payudara.


"Perlu dicari treatment yang cocok bagi pasien, misal bisa saja dilakukan skin sparing mastectomy, membuang semua isi dari payudara itu dengan menekan kulit serta puting yang ada di atasnya," jelasnya.

Sementara itu, Teguh Aryandono, dokter dari jurusan bedah Fakultas Kedokteran UGM mengatakan, rata-rata pasien kanker payudara di Indonesia masih berusia muda yakni usia 35-44 tahun, sehingga breast oncoplastic surgery dirasa lebih baik bagi mereka. Apalagi di usia muda, tampilan memang masih jadi perhatian.

"Bedah ini lebih baik, dapat memperbaiki kualitas hidup pasien, karena rata-rata pasien masih muda," kata Teguh dalam presentasinya.

Meski kini pengobatan maupun teknik operasi semakin mumpuni, baik Teguh maupun Alfiah tetap menekankan pada deteksi dini penyakit kanker. Menurut Teguh, perlu adanya riset yang sifatnya kolaboratif khususnya dalam hal deteksi dini.



Bagi Alfiah, semakin dini deteksi kanker, maka harapan hidup pasien akan semakin tinggi. Deteksi dini akan menjauhkan pasien dari terapi-terapi yang memakan biaya mahal.

"Kami tidak pernah bosan untuk mendorong orang-orang melakukan deteksi dini. (Deteksi dini) membuat kita sadar, dan memahami hormonal treatment costnya mahal," tutupnya.
(rah)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER