LANCONG SEMALAM

Perjalanan 'Amfibi' Demi Gapai Gunung Anak Krakatau

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Minggu, 10 Sep 2017 11:06 WIB
Perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau bisa dibilang panjang dan melelahkan. Tapi, legenda gunung ini memang membuat penasaran untuk datang.
Gunung Anak Krakatau yang masih sering 'batuk'. (AFP PHOTO/Jewel Samad)

09.30 WIB - Sampai di Pulau Sebesi

Tiba di Pulau Sebesi, saya menyempatkan diri untuk berkeliling pulau lebih dulu, sembari menikmati pantai cantik di pulau ini sampai matahari terbenam.

Karena terkena letusan gunung, tanah di Sebesi terkenal subur. Di pulau ini, warganya kebanyakan berprofesi sebagai peladang. Komoditinya berupa kelapa, sawit, pisang, hingga kakao. Sebagian besar hasilnya dikirim ke pusat kota Lampung. 

Dari cerita warga setempat, sejak Gunung Krakatau meletus pada 1883 silam, seluruh isi Pulau Sebesi raib, termasuk masyarakat asli yang mendiami pulau kecil ini.  Baru sekitar tahun 1930-an, muncul para pendatang, mulai dari masyarakat Lampung yang 'iseng' melihat-lihat isi pulau ini. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Instagram]

Pendatangnya beragam, sampai pelayar-pelayar dari Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang hendak ke Pulau Sumatera, namun diterjang ombak dan terdampar di pulau ini, bak kisah-kisah penjelajah samudera.

Saat ini, masyarakat Sebesi merupakan campuran dari berbagai suku, mulai dari Lampung, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, yang telah beranak pinak.


Tercatat, 134 tahun berselang sejak meletusnya Gunung Krakatau, penduduk Sebesi telah mencapai tiga ribu jiwa.

Pulau Sebesi pun kini kian menarik, dan jadi salah satu destinasi wisata Lampung. Sebab, Sebesi yang dikelilingi perairan pesisir selatan Lampung, punya pantai cantik, sehingga bisa dipakai untuk berenang hingga snorkeling.

Perjalanan saya ke Gunung Anak Krakatau berlanjut ke halaman berikutnya...

Perjalanan 'Amfibi' Demi Gapai Gunung Anak Krakatau

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER