Hari ke-dua09.30: ColosseumMemasuki bulan Februari, hujan masih sesekali turun di kota Roma. Pagi ini saya harus mengunjungi Colosseum dalam kondisi hujan dengan intensitas sedang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk sampai di Colosseum, saya harus menempuh perjalanan dengan taksi sejauh 2,3 km dalam waktu 30 menit.
Bangunan bersejarah bekas arena gladiator terlihat kokoh dari jarak 500 meter. Di masanya, bangunan ini dirancang untuk menampung 50.000 penonton saat menyaksikan pertarungan antara manusia dan hewan.
Beragam peninggalan seperti baju besi yang pernah dipakai oleh gladiator hingga maket Colosseum tersimpan dengan apik di sini.
Meskipun terasa kurang memuaskan, namun pengunjung tetap bisa menjelajah sejarah dan sisi lain Colosseum melalui museum yang berada di lantai atas sisi dalam ruangan.
Hujan membatasi pengunjung -- termasuk saya dalam mengeksplorasi setiap sisi Colosseum.
09.30-13.30: Kota suci VatikanCuaca 'ajaib' ternyata tak hanya terjadi di Jakarta, ketika di Roma saya harus kecewa saat hujan membasahi pagi di Colosseum. Seketika hujan berhenti dan cuaca kembali cerah saat saya dan rombingan bergegas ke kota suci, Vatikan.
Jarak menuju Vatikan sekitar 4,1 km yang harus ditempuh selama nyaris satu jam.
 Pintu masuk Vatikan. (CNN Indonesia/Ervina Anggraini) |
Layaknya masuk ke dalam satu negara, setiap pengunjung harus melewati petugas keamanan untuk melalui 'metal detector'.
Meski tak harus membawa paspor, namun pengunjung tidak diizinkan mengambil foto atau video saat memasuki gerbang pemeriksaan.
Antrian pengunjung memasuki Vatikan di akhir pekan bisa sangat panjang, sekitar 30 menit untuk melewati gerbang utama. Paus dipastikan juga akan keluar menyapa pengunjung setiap hari Rabu. Sayang, saat itu saya berkunjung sehari lebih awal sehingga tak bisa bertemu Paus.
Dari semua bangunan yang ada di Vatikan, hanya Basilika Santo Petrus yang boleh dimasuki pengunjung. Bangunan megah yang menghadap alun-alun di Vatikan merupakan gereja Katolik terbesar yang pernah dibangun.
 Basilika Santo Petrus. (CNN Indonesia/Ervina Anggraini) |
Untuk menjelajah bagian dalam Basilika Santo Petrus, diperlukan waktu minimal dua jam -- belum termasuk antrian memasuki gerbang Vatikan. Tradisi menyebut bangunan ini merupakan tempat Santo Petrus, salah satu rasul Yesus yang menjadi Paus pertama disalib dan dikuburkan.
Sebagai situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO, Vatikan membuat saya berdecak kagum atas kekayaan arsitektur dan keindahan lukisan yang menggambarkan kisah perjalanan hidup Yesus.
 Vatikan, objek wisata yang selalu penuh turis. (CNN Indonesia/Ervina Anggraini) |
Di sisi kanan saat keluar dari Basilika Santo Petrus, saya disuguhi pemandangan petugas pengawal Vatikan yang merupakan tentara Swiss. Seragam dengan wana mencolok menjadi ciri khas utama pengawal paus Paus.
Di balik pos pengamanan, konon merupakan komplek pemukiman dan tempat Paus beraktivitas setiap hari.
13.30-16.00: Castel Sant'AngeloPuas menjelajah Vatikan, saya dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Castel Sant'Angelo. Jaraknya yang dekat membuat pengunjung bisa berjalan kaki selama 15 hingga 30 menit.
Letaknya di tepi sungai Tiber dengan bentuk silinder terasa mencolok dari kejauhan. Bangunan yang kini menjadi museum dulunya merupakan benteng dan kastil di zaman Kaisar Romawi Hadrian.
Sebuah patung malaikat di atap kastil menggambarkan kekokohan bangunan Castel Sant'Angelo. Setiap sudut bangunan baik di dalam maupun luar ruangan terasa kental bernuansa abad-17.
Saya bisa bereksplorasi setiap sudut bagian luar dan dalam Castel Sant'Angelo. Dari sini juga, pengunjung bisa melihat suasana kota Roma dan Vatikan dari kejauhan.
 Castel Sant'Angelo. (CNN Indonesia/Ervina Anggraini) |
(ard)