Budapest, CNN Indonesia -- Eropa bukan cuma Perancis atau Italia saja. Negara-negara di Eropa Timur, seperti Rusia dan Hungaria, juga menarik untuk dikunjungi.
Tahun ini Rusia sedang bersiap menjadi tuan rumah ajang olahraga Piala Dunia 2018. Sedangkan Hungaria sejak beberapa tahun terakhir dikenal sebagai tempat pesta yang murah meriah. Siapa yang tidak ingin berpesta di Eropa dengan segelas bir seharga 465 Hungary Forint (sekitar Rp25 ribu)?
Pecinta sepakbola bisa datang ke Moskow, ibu kota Rusia. Pecinta pesta bisa datang ke Budapest, ibu kota Hungaria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga tahun lalu sebanyak 11 juta turis telah datang ke Hungaria.
Negara ini berbatasan dengan Austria, Slovakia, Rumania, Serbia, Kroasia, Ukraina, dan Slovenia. Jika sedang berkunjung ke salah satu negara tersebut, Budapest bisa dengan mudah dikunjungi dengan pesawat, kereta, kapal sampai perjalanan darat.
Bandara utama di Budapest bernama Bandara Internasional Budapest Franz Liszt. Nama bandara ini diambil dari nama komposer musik legendaris Hungaria, Franz Liszt.
Stasiun kereta utamanya bernama Keleti pályaudvar (Eastern Railway Station), Déli pályaudvar (Southern Railway Station) and Nyugati pályaudvar (Western Railway Station). Kereta antarnegara biasanya berangkat dan pergi dari Keleti pályaudvar.
Jika pilihannya mendarat di bandara, turis bisa menuju pusat kota Budapest dengan perjalanan kereta berdurasi sekitar 15 menit atau perjalanan bus berdurasi sekitar 30 menit.
Akhir pekan kemarin saya berkesempatan mengunjungi Budapest dan moda transportasi dari bandara menuju pusat kota yang saya pilih adalah bus dengan tarif 900 HUF (sekitar Rp50 ribu) per orang.
Budapest berasal dari dua wilayah, yakni Buda dan Pest. Kedua wilayah ini dipisahkan oleh Sungai Danube yang membagi wilayah barat masuk ke Buda dan wilayah timur masuk ke Pest.
 Sungai Danube yang membelah Budapest. (Thinkstock/Fazon1) |
Wilayah Buda dan Pest dihubungkan oleh Jembatan Széchenyi yang menjadi ikon kota ini.
Ada 23 distrik di sini yang ditempati oleh 1,7 juta jiwa penduduk. Kota in masih memiliki banyak bangunan kuno bergaya Gotik meski penduduknya sudah berkehidupan modern. Kondisi itu membuat Budapest ditasbihkan sebagai Paris dari Timur.
Tarif angkutan umum di Budapest disebut termurah se-Eropa.
Untuk berkeliling, turis bisa naik bus, trem, kereta atau taksi. Tiga moda transportasi yang disebutkan pertama tarifnya berupa satu harga yakni 353 HUF (sekitar Rp19 ribu) per orang.
Turis sebaiknya membeli Travel Card yang dijual mulai dari harga 1.657 HUF (sekitar Rp89 ribu) per orang dengan masa berlaku sehari. Pilihan masa berlakunya ada yang sampai seminggu jika ingin lebih hemat.
Musim terbaik datang ke sini sekitar bulan Mei (menjelang musim panas) dan bulan September sampai November (menjelang musim gugur). Di "musim-musim menjelang" ini turis belum banyak berdatangan.
Berikut ini rangkuman lancong semalam saya selama di Budapest:
08.00 - Babka RestaurantKota Budapest memiliki medan jalanan yang serba lebar. Di pinggir jalan-jalan utama ada banyak gang kecil yang menarik untuk dijelajahi.
Jadi objek berfoto di Budapest tak hanya di museum atau kastelnya saja, pemukiman penduduk yang berarsitektur Neo-Renaissance masih banyak berdiri di gang-gang kecilnya.
Babka Restaurant yang berada di jalan Pozsonyi út 3 menjadi perhentian pertama saya untuk sarapan.
Turis millennial pasti senang datang ke sini, karena interiornya bergaya vintage yang romantis.
Menu yang ditawarkan beragam, mulai dari menu Amerika, Eropa sampai khas Hungaria, yakni roti berisi telur orak-arik yang dilapisi krim keju.
Sarapan dengan ukuran cukup besar ini dihargai 1.675 HUF (sekitar Rp90 ribu) per porsi.
10.00 - Gedung Parlemen HungariaPerut yang kenyang coba saya ratakan kembali dengan berjalan kaki menuju objek wisata yang pertama, Gedung Parlemen Hungaria.
Dari Babka Restaurant, objek wisata yang sangat populer di kalangan turis ini hanya berjarak tujuh menit berjalan kaki.
Datang di pagi hari sangat disarankan karena belum banyak turis yang menyerbu.
 Gedung Parlemen Budapest. (Dok. Barbara Erling) |
Gedung Parlemen Hungaria berada tepat di tepi Sungai Danube.
Sang arsitek Imre Steindl memulai pembangunannya pada tahun 1885. Sekitar 19 tahun kemudian gedung ini dioperasikan sebagai kantor perdana menteri dan stafnya.
Sebanyak 40 juta batu bata dan 40 kilogram emas murni menjadi bahan penyusun gedung terluas ke-dua di Eropa setelah Gedung Parlemen Inggris ini.
Harga tiket masuk ke objek wisata ini 5.868 HUF (Rp315 ribu) untuk orang dewasa.
11.00 - Gereja St. Stephen's BasilicaGereja St. Stephen's Basilica berjarak sekitar 13 menit berjalan kaki dari Gedung Parlemen Hungaria.
Gereja Katolik ini mengambil nama dari raja pertama Hungaria, Stephen.
Berarsitektur Neo-Klasik, bangunan ini dibuka pada tahun 1905. Sama seperi Gedung Parlemen Hungaria, gereja ini juga diserbu turis setiap harinya.
Tak ada tiket masuk yang dibebankan. Namun jika ingin menatap pemandangan seluruh sudut kota Budapest dari kubah menaranya, turis dikenakan tiket 558 HUF (Rp30 ribu) per orang.
Puas memandangi kemegahan arsitektur gereja terbesar ke-tiga di Hungaria ini, saya menikmati jajanan kaki lima yang khas berupa kue dadar gulung garing bernama Kürtőskalács.
12.00 - Sziget EyeTak terasa lelah berjalan kaki menjelajah Budapest, karena di setiap sudutnya ada banyak hal yang menarik dan Instagram-able. Jalur pejalan kakinya juga sangat nyaman, meski tetap harus waspada dengan para pesepeda yang juga ikut berbagi jalan.
Belum lagi beragam jajanan kaki lima yang menggiurkan seperti Kürtőskalács, Lángos (dadar tepung berkeju), Fried Cheese (burger), sampai Kolbász (sosis babi, potongan kentang dan paprika goreng).
Setelah dua objek wisata kuno, kali ini saya mencoba menjajal Sziget Eye, alias kincir angin Budapest.
 Sziget Eye, alias kincir angin Budapest. (Thinkstock/Assja) |
Mirip seperti London Eye, wahana permainan ini berada di tengah alun-alun kota, Erzsébet Square. Jaraknya hanya enam menit berjalan kaki dari St. Stephen's Basilica.
Untuk naik ke atasnya turis hanya perlu membayar 2.793 HUF (sekitar Rp150 ribu).
Dari ketinggian sekitar 65 meter, pemandangan ke seluruh penjuru kota menjadi sajian utamanya.
Tapi disarankan naik wahana ini pada sore hari menjelang malam karena lampu-lampu kota mulai terlihat.
Bersambung ke halaman selanjutnya...
12.30 - KantinSaat saya di Indonesia, kata kantin berarti pusat jajanan di sekolah. Di Budapest ada nama restoran serupa yakni Restaurant Barri Jueu Kantin.
Kantin terletak di jalan Andrássy, yang masuk sebagai kawasan Situs Cagar Budaya UNESCO, bersama Sungai Danube dan Persimpangan Kastel Buda.
Di tengah suasana kuno, restoran ini memiliki dekorasi bergaya minimalis kekinian.
Tapi mereka tetap menyediakan menu khas Hungaria seperti Sup Goulash, makanan serupa semur daging di Indonesia.
Di Budapest, "semur" ini dibumbui dengan banyak rempah yang jadi hangat saat diteguk ditenggorokkan. Paprika menjadi salah satu campuran sayurannya. Dagingnya juga dipotong tebal.
Makan semur ala Budapest kurang lengkap jika tak sambil menyesap bir atau wine.
Satu set menu Sup Goulash, dari makanan pembuka sampai penutup, dihargai 2.793 HUF (sekitar Rp150 ribu) per orang.
14.00 - Jembatan SzéchenyiJembatan Széchenyi dibangun atas rancangan William Tierney Clark dan Adam Clark yang dibuka pada tahun 1849.
Arsitekturnya yang kuno menjadi daya tarik turis berfoto di sini. Jembatan dengan hiasan rantai besar dan patung singa ini sempat menjadi lokasi video musik Katy Pery yang berjudul 'Firework.'
Tak hanya Széchenyi, secara total ada tujuh jembatan yang melintas di atas Sungai Danube, yaitu; Árpád, Margaret, Elisabeth, Liberty, Petőfi, dan Rákóczi.
Nama Széchenyi bukan cuma populer sebagai nama jembatan saja. Budapest yang terkenal sebagai kota spa juga punya Mata Air Panas Alam Széchenyi.
Objek wisata alam ini juga sempat menjadi lokasi syuting film 'Grand Budapest Hotel.'
 Mata Air Panas Alam Széchenyi. (Dok. Barbara Erling) |
Ada dua ruangan yang bisa menjadi tempat berendam turis di sini, di dalam dan di luar ruangan.
Di luar ruangan suhu air panasnya berkisar 27 sampai 38 derajat Celcius. Sedangkan di dalam ruangan berkisar 18 sampai 38 derajat Celcius.
Kolamnya juga dibangun dengan beragam kedalaman. Yang paling dalam sekitar 1,7 meter.
Dibuka sejak tahun 1918, hingga saat ini Mata Air Panas Széchenyi masih menjadi objek wisata andalan turis di Budapest.
Tiket masuk per orang sekitar 6.051 huf (sekitar Rp325 ribu) untuk bisa berendam seharian.
18.00 - Benteng CitadellaBukit Gellért juga menjadi salah satu lokasi memandangi Budapest dari ketinggian.
Di atas bukitnya ada Benteng Citadella yang gagah berdiri sejak tahun 1851. Arsiteknya Emmanuel Zitta dan Ferenc Kasselik. Benteng besar ini memiliki 60 unit meriam yang aktif digunakan saat zaman penjajahan Hungaria versus Austria.
Selain pemandangannya yang indah, turis juga tak dikenakan tiket masuk ke objek wisata sejarah ini.
19.00 - Kongko malamBangunan kuno yang berjajar di Budapest masih berfungsi dengan baik. Saat ini kebanyakan pemiliknya ialah pengusaha muda yang bergerak di industri perkongkoan.
Szimpla Kert, Instan, Fogasház, Doboz dan Hard Pop Café merupakan beberapa tempat kongko berupa bar dan restoran yang selalu ramai saat malam menjelang.
Minuman favorit turis di sini ialah Unicum, sejenis alkohol lokal yang konon katanya dibuat dari 40 jenis rempah. Sepintas rasanya mirip Jägermeister dari Jerman.
Harga sebotol Unicum berukuran satu liter 5.000 HUF (sekitar Rp267 ribu).
Selain itu juga ada Tokaji, wine putih lokal dari Pulau Margitsziget yang ditasbihkan sebagai yang terbaik.
Malam di Budapest berlangsung hingga menjelang dini hari. Setelah muka terasa menghangat saya memutuskan kembali ke hotel.