Jakarta, CNN Indonesia -- Kaori Shibo menajamkan pandangannya melalui kaca pembesar ke arah tanaman rambat di sebuah pohon di pedalaman hutan Jepang. Moss, jenis tanaman air yang hidup dengan merambat pada kayu atau batu, merupakan tanaman yang sedang diamatinya.
"Tunasnya sudah mulai tumbuh! Saya tidak pernah melihat jenis ini sebelumnya," kata Shibo antusias.
Bersama 20 orang lainnya, Shibo melakukan penjelajahan di Hutan Yatsugatake.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka tergabung dalam kelompok pecinta tanaman sejenis lumut atau bryophytes, seperti moss, liverworts, dan hornworts, Northern Yatsugatake Moss Association.
"Saat Anda memerhatikan tanaman hijau kecil ini, Anda langsung membayangkan habitat yang mengelilingi sekitarnya," kata salah satu anggota komunitas itu, Masami Miyazaki.
"Tanaman ini bagai hidup di dunianya sendiri," lanjutnya.
Komunitas Northern Yatsugatake Moss Association paling sering melakukan kegiatannya saat musim hujan.
Musim hujan memang menjadi waktu yang tepat untuk berburu tanaman ini.
Hutan Yatsugatake yang dikelilingi oleh Danau Shirakomanoike, menjadi lokasi favorit untuk pengamatan bryophytes.
Lebih dari 50 jenis tanaman bryophytes bisa diamati di hutan ini, seperti yang diungkapkan oleh peneliti flora sekaligus ketua komunitas ini, Masanobu Higuchi.
"Saya tertarik dengan tanaman moss bukan hanya karena bentuk atau warnanya. Saya terkesan dengan tanaman ini karena mereka bisa hidup di mana saja, itu sangat mengagumkan," kata Higuchi.
Dalam beberapa tahun terakhir jumlah pecinta tanaman moss semakin meningkat di Jepang.
Northern Yatsugatake Moss Association menawarkan paket penjelajahan sejak tahun 2011. Setiap tahunnya ada sekitar 40 orang yang mendaftar.
Namun tahun ini jumlah tersebut melebihi rekor, karena ada 140 orang yang mendaftar.
Penjelajahan dilakukan sebulan sekali sampai bulan Oktober.
 Kebun yang penuh dengan tanaman moss di Jepang. (AFP PHOTO / Quentin Tyberghien) |
Tanaman moss memang telah lama menjadi salah satu tanaman kesayangan di Jepang. Bentuknya yang unik serta perawatannya yang sederhana membuat banyak rumah memajangnya.
Pengelola taman Kuil Tofukuji di Kyoto, Chisao Shigemori, mengatakan kalau tanaman moss merupakan andalannya dalam dekorasi.
"Tanaman ini mampu memberikan nuansa hijau khas hutan dan pegunungan, seperti di habitatnya yang asli," kata Shigemori.
Tanaman moss yang memberi keindahan juga menjadi barang dagangan yang laku di Jepang.
Oichi Kiyomura atau yang disebut 'Raja Moss' menghabiskan harinya untuk menjelajah hutan dan gunung untuk mencari tanaman moss yang kemudian dijualnya kepada kolektor.
Sebelumnya ia menjadi pengelola kelab malam. Setelah pensiun ia menghabiskan masa tuannya di kaki Gunung Nikko, Kyoto, dan mulai menjalani bisnis tanaman moss.
Kiyomura mengaku setiap tahunnya ia mendapatkan untung hingga US$270 ribu (sekitar Rp3,8 miliar) dari bisnisnya.
Ia mengawali kecintaannya akan tanaman moss setelah diajak temannya mencari jamur di hutan. Temannya lalu memberitahu bahwa ada tanaman yang unik dan indah.
Selain kolektor tanaman moss, barang dagangannya juga laku dibeli pengrajin bonsai.
"Saya tidak menyangka bisa menjalani bisnis ini. Tapi saya sangat terkesan dengan tanaman serta komunitas pecintanya," ujar Kiyomura.
"Saya jatuh cinta dengan tanaman ini, bahkan melebihi cinta saya terhadap wanita," lanjutnya sambil tertawa.
Tak hanya mencari dan menjual, saat ini ia juga mulai mengembangkan budidaya tanaman moss di lahan miliknya yang lumayan luas.
Kiyomura berharap tanaman moss bisa membantu Jepang mengurangi efek rumah kaca yang ditimbulkan oleh pemanasan global.
Ia berpendapat kalau tanaman ini cocok ditempatkan di trotoar atau atap bangunan, sehingga kesan hijau bisa meredam keruwetan dan polusi di kota.
(ard)