Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi para pegiat alam liar maupun pencinta lingkungan di Indonesia, nama Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) mungkin sudah tidak terlalu asing. Sebagai salah satu organisasi pecinta alam tertua di Indonesia, Mapala UI sudah berkali-kali melakukan ekspedisi ke pelosok Nusantara.
Belum lama ini, tim ekspedisi Mapala UI yang didukung sejumlah pihak, baru saja merampungkan kegiatan di Papua Barat bertajuk Ekspedisi Bumi Cenderawasih yang tergolong sukses.
Mengutip Antara, Rabu (5/8), fokus kegiatan yang dimulai sejak akhir Juli hingga Agustus ini, diarahkan kepada tiga kegiatan yakni uji coba paralayang, telusur gua, dan arung jeram. Tujuannya adalah menguak potensi wisata minat khusus di Bumi Cenderawasih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paralayang dan telusur gua bertempat di Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), sedangkan arung jeram dilakukan di Sungai Prafi, Kabupaten Manokwari.
Tim paralayang yang dikoordinir Agung Viandika dan didampingi oleh pendiri paralayang tandem di Puncak Bogor, David Agustinus Teak, tidak mengalami hambatan berarti untuk menemukan titik take off dan landing di seputaran danau kembar Anggi. Uji coba terbang dilakukan baik solo maupun tandem, semuanya berhasil.
Sementara itu tim telusur gua yang dikoordinir Anindio Dwiputra, menemukan banyak gua di Distrik Testega. Dari rekaman video, tampak anak-anak Mapala UI itu, menembus jauh ke dalam rongga bumi yang belum pernah diketahui apalagi dimasuki pihak manapun.
Seperti kebanyakan gua, lokasi ini dipadati oleh stalagtit dan stalagmit. Bahkan beberapa bebatuan muda sedang dalam proses bertumbuh. Tak hanya itu, tim juga merekam serangga endemik yang bertahan hidup di dalam gua dan anggrek khas Papua.
Tim arung jeram yang dikoordinir Salsabilah Altje, juga sukses melakukan ujicoba pada jeram sejauh dua kilometer. Mulai dari yang berarus sedang hingga deras, dan jeram ekstrem. Hal tersebut berujung pada kesimpulan bahwa Sungai Prafi layak jadi destinasi untuk kegiatan minat khusus.
[Gambas:Instagram]Ekspedisi ini membuka mata banyak pihak di daerah terkait tentang banyaknya potensi yang bisa dikembangkan untuk wisata minat khusus. Terlebih perkembangan pariwisata global mulai mengarah kepada wisata minat khusus.
Sektor pariwisata pun sudah terbukti memberikan sumbangan besar bagi pembangunan di beragam daerah.
Seiring dengan 'ditemukannya' destinasi wisata minat khusus tersebut, maka Papua Barat tidak saja memiliki kekayaan maritim seperti di Raja Ampat, Teluk Triton, dan Kepulauan Auri. Semenanjung Kepala Burung Tanah Papua itu pun kaya akan obyek wisata.
Saat ini tinggal melihat kemauan pemerintah daerah untuk melakukan promosi lewat berbagai instrumen media termasuk media sosial, membuka akses yang mudah ke destinasi, menyiapkan masyarakat sekitar agar memiliki cara pandang berbasis wisata lingkungan, dan lainnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus mempersiapkan warganya agar mampu menjadi guide, memberdayakan warga untuk membuat kerajinan cindera mata, dan melibatkan warga dalam menyiapkan infrastruktur pendukung seperti home stay. Ini semua akan berdampak ada perkembangan ekonomi masyarakat sekitar.
(agr)