Jakarta, CNN Indonesia -- Lazimnya, toko mainan dan taman bermain jadi penangkal kerewelan anak kecil yang selalu ampuh. Kalau anak sudah mulai nangis dan merengek tak karuan, terkadang hanya boneka atau mobil-mobilan terbaru yang bisa jadi pereda.
Meskipun semasa kecil saya juga senang dibelikan mainan, tapi orang tua tak sesering itu membawa saya ke toko mainan.
Kemungkinan besar karena waktu kecil saya selalu gampang bosan dengan mainan. Setiap dibelikan mainan baru, selang satu sampai dua jam kemudian saya pasti sudah acuh tak acuh dengan mainan yang sudah susah payah dibelikan orang tua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pengganti toko mainan, orang tua justru lebih senang membawa saya ke toko buku. Saya ingat betul, semasa kecil saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam dalam toko buku.
Berkaca pada masa kecil yang selalu dihibur oleh buku, sampai dewasa saya jadi suka membaca buku. Hingga kini, toko buku masih ampuh menjadi penangkal kerewelan saya ketika merasa bosan dan ingin bersantai.
Akhir pekan kemarin saya memutuskan untuk berburu buku di penjuru Jakarta. Selain cuci mata, wisata buku ini saya lakukan karena bosan dengan pilihan buku di toko yang ada di dalam mal.
Mengintip Jakarta dari Jembatan LayangPerhentian pertama saya dalam wisata buku kali ini adalah Perpustakaan Freedom Institute di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Karena sehari-hari saya sering menumpang Bus TransJakarta ke kantor, saya tahu kalau halte TransJakarta di dekat rumah melayani rute langsung ke Kuningan.
Dari Halte Seskoal, Bus TransJakarta nomer 13E membawa saya ke Halte Kuningan Madya yang berada tepat di depan Wisma Bakrie 1 hanya dengan tiket seharga Rp3.500 per orang.
 Bus TransJakarta koridor 13 yang melintas di atas jembatan. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Selain jam berangkat atau pulang kantor, kondisi bus terasa lengang.
Jalur TransJakarta yang melayani rute perjalanan dari Terminal Ciledug ini, bertempat di atas jembatan layang yang dikhususkan untuk Bus TransJakarta. Jadi tak perlu khawatir macet, seperti jalur-jalur Transjakarta lain yang justru banyak dikuasai mobil dan motor pribadi.
Dan karena berada di atas jembatan layang, sepanjang perjalanan saya bisa mengintip kehidupan orang-orang Jakarta dari ketinggian.
Saking asyiknya menikmati suasana Jakarta, tak terasa bus yang saya tumpang sudah tiba di pemberhentian Kuningan Madya. Saya lekas turun dari bus dan langsung melangkah ke Wisma Bakrie 1, tempat tujuan utama saya berada.
'Surga' Buku di Tengah PerkantoranSebelum pindah lokasi ke Wisma Bakrie 1, Perpustakaan Freedom Institute bertempat di Jl Proklamasi, Jakarta Pusat.
Perpustakaan umum dan independen ini sempat tutup di akhir September 2015 selama dua tahun.
Namun di tahun 2017, Freedom Insitute kembali dibuka untuk umum dengan lebih dari 10 ribu judul buku yang siap dinikmati.
Perpustakaan Freedom Institue buka setiap hari mulai pukul 9 pagi sampai 5 sore.
Saya pribadi belum pernah mengunjungi perpustakaan ini. Tapi foto-foto yang beredar di internet kian menarik perhatian saya untuk melihat langsung koleksi buku di sini.
Dan benar saja, suasana dan interior perpustakaan sama indah dan nyamannya dengan foto-foto yang terpampang di internet.
 Suasana perpustakaan Freedom Insitute. (CNN Indonesia/Feybien Ramayanti) |
Sejumlah rak-rak buku besar berdiri di setiap sudut ruangan. Terdapat beberapa sofa dan meja belajar yang bisa dimanfaatkan jika ingin mengerjakan tugas atau bekerja bebas dari gangguan.
Sebelum menyerbu buku-buku di rak, saya harus mengisi lembar formulir terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu anggota perpustakaan. Kartu ini dapat diperoleh gratis hanya bermodalkan KTP.
Setelah mendapat kartu anggota, saya langsung kalap mengkurasi satu per satu koleksi buku yang ada di setiap rak. Rak pertama yang saya kunjungi adalah rak sastra dan fiksi.
Selain sastra, juga terdapat banyak ragam buku lain, mulai dari sejarah, politik, hukum, sosial, filsafat, agama sampai jurnal-jurnal dalam dan luar negeri.
Setiap rak diberi label sesuai dengan kategori buku di dalamnya. Penataannya juga rapi, jadi tak perlu bingung kalau ada kategori spesifik yang ingin dituju.
Kebanyakan buku di sini justru berbahasa Inggris ketimbang Bahasa Indonesia. Koleksi yang tersedia menurut saya bagus-bagus dan cukup variatif.
Sayangnya, buku di sini tak bisa dipinjam untuk dibawa pulang. Pengunjung hanya bisa membaca buku di tempat atau memesan jasa fotokopi buku dengan waktu kerja kurang lebih lima hari.
Bagi yang ingin membuka laptop untuk bekerja, perlu diketahui kalau jaringan Wi-Fi yang disediakan tak terlalu bisa diandalkan.
Wisata berburu buku masih berlanjut ke halaman berikutnya...
Beburu Buku Murah di Sarang Buku BekasSetelah dihadapkan dengan ragam buku-buku menarik, hasrat ingin belanja buku tiba-tiba muncul. Saya kembali menumpang Bus TransJakarta ke Plaza Festival, Kuningan.
Keluar bus di Halte GOR Sumantri, saya langsung diantar tepat di depan Plaza Festival yang tak jauh lokasinya dari Wisma Bakrie 1.
Biasanya, Blok M Square jadi tujuan saya kalau ingin berburu buku bekas. Namun dari informasi yang saya dapat di internet, Plaza Festival juga punya lokasi menjual buku bekas.
Tak seperti di Blok M Square, toko buku bekas di Plaza Festival hanya ada satu, yakni Sarang Buku Bekas.
Buku-buku di sini tertata rapih dalam rak dan diberi label sesuai kategori. Ada buku berbahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
 Rak-rak buku bekas di Sarang Buku. (CNN Indonesia/Feybien Ramayanti) |
Kalau sedang berbelanja buku bekas di Blok M Square, saya suka bingung sendiri menyortir buku-buku yang dijajakan karena tak ditata rapi dan tak ada labelnya.
Hanya saja, harga buku di Blok M Square memang lebih murah ketimbang di Plaza Festival.
Satu buku bekas di Blok M Square bisa saya dapat dengan membayar Rp30 ribuan saja, itupun masih bisa ditawar. Sedangkan di Sarang Buku Bekas, setiap buku sudah diberi label harga di bagian belakang buku.
Kalau buku masih dalam kondisi sempurna dan cukup tebal, harganya bisa mencapai Rp50-70 ribu.
Alhasil saya hanya pulang dengan satu buku berjudul Anything is Possible karya Elizabeth Strout dengan harga Rp50 ribu.
Menikmati Cokelat Hangat dan Mengolah KreatifitasPuas wisata buku di kawasan Kuningan, saya pindah ke Kemang, Jakarta Selatan. Tujuan saya sekarang adalah toko buku Aksara yang baru direnovasi beberapa waktu lalu.
Sayangnya karena penurunan jumlah pengunjung, toko buku kaum hipster ini harus menutup beberapa gerainya di berbagai pusat perbelanjaan di Jakarta.
Sebagai gantinya, Aksara memilih fokus pada gerai di Jl Kemang Raya dengan renovasi ruang.
Seteleh direnovasi, saya belum pernah menginjakan kaki ke toko Aksara yang baru.
Saya ingat beberapa waktu lalu, sebuah unggahan foto di akun Instagram Aksara menyatakan bahwa toko Aksara yang baru tak sekedar toko buku biasa, namun juga berperan sebagai pusat kegiatan.
Dan ternyata benar, kini Aksara justru didominasi dengan kafe Ruang Seduh yang mengisi sebagian besar ruang toko buku.
Suasana Ruang Seduh di tengah toko buku Aksara Kemang. (CNN Indonesia/Feybien Ramayanti) |
Masih banyak buku-buku unik berbahasa Indonesia dan Inggris yang dijajakan di sini. Berbagai pernak-pernik seperti kartu ucapan, kertas kado dan lilin aromaterapi juga bisa ditemukan di sini.
Ketika sedang sibuk melihat-lihat buku, sebuah ruangan penuh peralatan seni memikat perhatian saya. Dipisahkan dengan jendela dan pintu berkaca bening, saya iseng memasuki area tersebut dan bertanya-tanya langsung ke penjaga gerai.
Ternyata ruang itu adalah salah satu bagian dari studio Ganara Art.
 Studio Ganara Art. (CNN Indonesia/Feybien Ramayanti) |
Ganara Art adalah sebuah studio seni yang sudah bergabung dengan Aksara sejak 2015.
Berawal sebagai wadah kreatifitas bagi anak-anak, kini Ganara Art mulai melebarkan sayapnya bagi orang-orang dewasa yang juga ingin menikmati kelas melukis, tembikar dan kegiatan seni lainnya.
Jika ingin melihat jadwal dan mengikuti kelas di sini, bisa langsung kunjungi akun Instagram Ganara Art di
@ganaraartspace.
Selesai memuaskan rasa penasaran, saya memutuskan untuk memesan cokelat panas di Ruang Seduh.
Suasana di kafe ini cukup nyaman dengan penerangan yang terang. Bagi pengunjung yang ingin belajar atau bekerja, Ruang Seduh bisa dijadikan pilihan.
Terdapat beberapa
bean bag yang tersedia untuk pengunjung yang ingin bersantai sambil menikmati hidangan kopi maupun non-kopi.
Lelah berburu buku dan keliling-keliling Jakarta Selatan, menikmati cokelat hangat sambil membaca buku baru rasanya cocok menjadi penutup hari ini.