Jakarta, CNN Indonesia -- Tiap tahun, dunia merayakan pekan
ASI sedunia yang jatuh pada 1-7 Agustus. Perayaan ini bertujuan untuk mendorong aktivitas menyusui demi kesehatan bayi di seluruh dunia.
Komitmen perihal ASI dan menyusui terpatri dalam Innocenti Declaration yang ditandatangani pada 1990 oleh pemangku kebijakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
UNICEF, dan organisasi-organisasi lain yang melindungi, menggaungkan, dan mendukung pemberian ASI.
Tahun ini WHO bekerja sama dengan UNICEF beserta mitra kerja lain untuk mempromosikan pentingnya kebijakan yang ramah keluarga. Harapannya, ada kebijakan yang memperbolehkan menyusui dan membantu orang tua untuk semakin intim dengan bayi mereka di awal masa kehidupannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly/WHA), forum bagi WHO menaungi 194 negara anggotanya, menetapkan target untuk meningkatkan pemberian ASI tingkat global hingga setidaknya 50 persen pada 2025. Namun dengan ditetapkannya Sustainable Development Goals, WHO memperpanjang target hingga 2030. Pada 2018, WHA menetapkan target baru yakni 70 persen capaian di 2030.
Kemudian melihat laporan Global Breastfeeding Scorecard di 2018, tampaknya dunia mesti semakin menggalakkan pentingnya ASI. Dari laporan disebut, tingkat pemberian ASI masih begitu rendah daripada yang diperlukan demi kesehatan ibu dan anak. Kurang dari setengah bayi baru lahir mulai disusui di satu jam pertama kehidupan mereka.
"Sebanyak 41 persen bayi berusia kurang dari 6 bulan secara eksklusif disusui, jauh dari target global sebanyak 70 persen di 2030. Sementara lebih dari dua pertiga ibu terus menyusui setidaknya selama setahun. Pada usia dua tahun, tingkat menyusui turun menjadi 45 persen," tulis organisasi dalam laporannya.
Global Breastfeeding Scorecard menyebut tiap negara berkesempatan membuat perubahan demi mendorong ibu untuk menyusui. Mendorong ibu untuk memberikan ASI menjadi tanggung jawab berbagai pihak.
Pemangku kebijakan bisa mengatur sedemikian rupa supaya ibu terdorong untuk menyusui di satu jam pertama bayi lahir. Pemerintah bisa mengatur kebijakan untuk melindungi dan mendorong aktivitas pemberian ASI. Dari sini, ibu pun tak ragu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.
Tak dimungkiri, ASI mendatangkan kesehatan yang lebih baik buat ibu dan bayi. Melansir laman resmi WHO, peningkatan aktivitas menyusui bisa menyelamatkan lebih dari 800ribu kehidupan tiap tahun. Kebanyakan dari mereka adalah bayi di bawah usia enam bulan.
Di sisi lain, ibu pun bisa memperoleh manfaat dari menyusui. Ibu bisa dijauhkan dari risiko kanker payudara, kanker ovarium, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Diperkirakan aktivitas menyusui bisa mencegah 20 ribu kematian ibu tiap tahun akibat kanker payudara.
(els/fef)