Jakarta, CNN Indonesia -- LIPI tidak menyarankan penggunaan
kantong plastik hitam untuk mewadahi daging kurban
Idul Adha. Hal ini diungkap
LIPI menanggapi imbauan Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Pemkot Palangka Raya memberikan imbauan karena kantong plastik hitam adalah hasil dari plastik daur ulang dan mengandung timbal berbahaya.
Lebih lanjut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menganjurkan penggunaan besek sebagai wadah pembungkus daging kurban Idul Adha. Ini pun diterapkan di beberapa tempat di Jakarta termasuk di Masjid Istiqlal. Besek atau wadah dari anyaman bambu dinilai lebih ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyoal wadah daging kurban Idul Adha, tak hanya Jakarta yang punya cerita, daerah-daerah lain di Indonesia pun tak mau kalah. Berikut sejumlah wadah unik yang digunakan untuk membungkus daging kurban Idul Adha.
1. Besek Warga Jakarta gunakan besek untuk membungkus daging kurban. Warga mengaku plastik yang digunakan membungkus ramah lingkungan karena terbuat dari bambu. (CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Demi mengurangi penggunaan kantong plastik, beberapa titik masjid dan yayasan di Bali menggunakan besek sebagai wadah daging kurban. Daging tidak langsung dimasukkan ke dalam besek tetapi diberi alas daun pisang terlebih dahulu baru kemudian diikat dengan janur.
"Menggunakan besek ini, sudah diserukan di seluruh Provinsi Bali, hingga ke seluruh Kabupaten untuk tidak menggunakan kantong plastik, ini salah satu juga gerakan kami untuk mendukung program pemerintah Provinsi Bali," kata Wakil Ketua DWP LDII, H. Hardilan di Denpasar seperti dikutip dari Antara (11/8).
Selain di Bali, Polres Blitar pun memanfaatkan besek guna mendukung program go green pemerintah dan dikerucutkan menjadi
zero waste.
Zero waste berarti meniadakan atau mengurangi sampah plastik yang sulit diurai alam.
2. Daun pisang Warga di Bandung menggunakan bongsang yang dilapisi daun pisang untuk membungkus daging kurban (CNN Indonesia/Huyogo) |
Warga Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur memanfaatkan sumber daya alamnya yang banyak dan beragam. Mereka menggunakan daun pisang untuk membungkus daging kurban Idul Adha.
Kepala desa Kalimanis, Mujiono menuturkan inisiatif penggunaan daun pisang pun mendatangkan manfaat sebab daging menjadi lebih harum. Selain itu, mereka yang mendapat jatah daging kurban pun senang karena daging dalam kondisi segar.
"Suatu terobosan yang dapat kami aplikasikan di desa, sehingga mampu menjadi pelopor bagi masyarakat untuk kembali ke alam, seperti zaman mbah-mbah dulu, meminimalkan sampah plastik di Desa Kalimanis," kata dia.
Komitmen untuk mengurangi sampah plastik pun diamalkan oleh Wali kota Surabaya Tri Rismaharini. Dia membagikan daun pisang berjenis calathea yang dipetik dari depan rumah dinasnya di Jalan Sedap Malam dan Taman Surya.
"Tadi saya ngumpulin daun-daun di kediaman untuk saya bagi ke warga yang memotong hewan-hewan kurban, supaya menggunakan daun untuk keperluan tersebut," ungkapnya.
[Gambas:Video CNN]
3. Daun jatiYogyakarta punya cara berbeda demi mengurangi sampah plastik. Takmir Masjid Margoyuwono di Kecamatan Keraton, Yogyakarta menggunakan daun jati untuk mengemas daging kurban Idul Adha. Menurut Sekretaris Takmir Masjid Margoyuwono, Hartoko pemanfaatan daun jati sudah berlangsung lama.
"Dulu setelah dibungkus daun jati masih dibungkus plastik. Sekarang plastiknya sudah dikurangi. Saya pernah tanya [soal penggunaan daun dan ternyata] daun jati sama daun ketela itu bisa membuat dagingnya lebih empuk sama mengurangi bau prengus," kata dia.
Sekitar dua ribu lembar daun jati digunakan untuk membungkus potongan daging sapi dan kambing. Masing-masing masyarakat mendapat tiga kilogram per bungkus.
4. Kantong dari singkongKenampakan pembungkus daging di Masjid Al-Murabbi, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat serupa dengan kantong plastik sekali pakai. Namun jangan salah, kantong satu ini merupakan kantong yang terbuat dari singkong.
"Plastik dari singkong ini bisa hancur sendiri sehingga ramah lingkungan, beda dengan plastik biasa," kata Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Murabbi, Mundarwiyarso, di Bandung.
Menurut dia kantong ini lebih praktis dan murah daripada besek yang disarankan pemerintah. Kantong ramah lingkungan ini diproduksi di Bekasi dengan harga Rp20ribu per 100 lembar. Artinya, satu plastik hanya dihargai Rp200.
5. Kotak makan mistingStrategi go green berbeda diterapkan oleh warga RW 07 Cibunut, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat. Warga masih menggunakan plastik tetapi plastik yang bisa digunakan berkali-kali. Ketua RW 07 Herman Sukmana berkata pihaknya menyiapkan sekurangnya 800 misting atau kotak makan untuk mengganti kantong plastik.
Pada perayaan Idul Adha tahun lalu, warga sebenarnya sudah memanfaatkan bongsang atau besek untuk mewadahi daging kurban. Namun besek dirasa kurang praktis dari segi pengolahan pascapakai.
"Besek bisa diurai tapi kan tidak termanfaatkan. Jadi kita gunakan misting, walau bahannya plastik tapi bisa dipakai tahun berikutnya lagi," kata Herman pada
CNNIndonesia.com saat ditemui di Masjid At-Taqwa, Minggu (11/8).
Meski demikian, masih ada sejumlah daerah yang masih menggunakan kantong plastik sekali pakai seperti terjadi di Papua dan sejumlah daerah lain.
"Kita memang sudah persiapkan kantong plastik untuk daging kurban baik itu untuk peserta kurban maupun penerima daging kurban kita menggunakan kantong plastik yang standar," kata Ketua Panitia Idul Fitri dan idul kurban Masjid Asy Syarif Permunas II Waena, Kota Jayapura, Sarimo Dwi Hartono, di Jayapura.
Mayoritas masjid di Sumatera Barat pun masih menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk membungkus daging kurban Idul Adha. Sejumlah masjid termasuk Masjid Ar Raudhah Gunung Pangilun, Padang masih belum bisa menyanggupi imbauan pemerintah terkait pengurangan sampah plastik.