CATATAN PERJALANAN

Perjalanan 15 Jam Demi Gairah MotoGP Buriram

Ahmad Bachrain | CNN Indonesia
Sabtu, 12 Okt 2019 16:41 WIB
Saya harus melalui perjalanan udara dan darat selama 15 jam sebelum bisa bertemu dengan Marc Marquez dan Valentino Rossi di MotoGP Buriram.
Perjalanan udara dan darat selama 15 jam harus ditempuh sebelum bisa bertemu dengan Marc Marquez dan Valentino Rossi di MotoGP Buriram. (CNN Indonesia/ Ahmad Bachrain)
Fase hidup Kukang

Bus yang saya tumpangi akhirnya berangkat pukul 16.30, molor 15 menit. Melihat ke kanan kiri, rasanya hanya saya yang menumpang sebagai turis mancanegara di sini, karena selebihnya wajah-wajah lokal. Mungkin mereka mau pulang kampung.

Meski memakan waktu enam jam, perjalanan bus ke Buriram cukup menyenangkan. Apalagi interior bus tersebut terbilang cukup mewah hanya dengan tiket harga 299 Baht (sekitar Rp138 ribu).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Busnya terdiri dari dua dek, saya duduk di tingkat dua. Jarak antara kursi satu dengan lainnya cukup jauh sehingga masih bisa meregangkan kaki. Kursi bus yang empuk juga bisa direbahkan sehingga tidur bisa lebih nyenyak. Pendingin udaranya juga terasa sejuk dan setiap penumpang diberikan selimut.

Di awal perjalanan, kenek bus membagikan camilan berupa roti dan minuman ringan. Masuk pukul 19.00, bus membawa penumpang ke sebuah rest area yang terdiri dari restoran-restoran dan sejumlah toko.

Saya sempat merogoh Baht dari kantong untuk membayar makan malam tersebut. Namun salah satu penumpang mencegah saya dengan bahasa isyarat karena dirinya mungkin tak bisa berbahasa Inggris.

"Free, free, free, no money," katanya.

Dia kemudian meminta tiket saya dan menyobek bagian pinggirnya. Bagian yang disobek itu rupanya kupon untuk makan. Maklum saya tidak paham betul, karena tiket bertuliskan huruf Thailand.

Usai berhenti makan dan kembali ke dalam bus, saya melalui fase hidup Kukang; tidur, terbangun, tidur, bangun lagi, sampai akhirnya tiba di terminal bus Buriram tepat pukul 22.30.

Sesampainya di Terminal Buriram, saya sempat merasa was-was mencari taksi di kota kecil mirip Cibinong ini.

Pikiran saya mulai tenang setelah melihat sejumlah orang berlari mengejar bus rombongan kami. Persis di Indonesia, mereka ternyata menawarkan tumpangan berupa ojek atau taksi.

Saya memilih tumpangan taksi. Rupanya jarak dari terminal ke hotel saya tidak jauh dengan menggunakan taksi, hanya sekitar 10-15 menit.


Wisata ala roda dua

Perjalanan 15 Jam Demi Gairah MotoGP BuriramCandi Buriram dekat Chang Arena. (CNN Indonesia/ Ahmad Bachrain)

Di Buriram saya menginap di dua tempat: Hotel Fortune dua malam dan sisanya di Hostel The Moon Boxes hingga Senin (7/10) malam.

Sempat berpikir naik taksi atau ojek online untuk transportasi harian di sini. Tapi rupanya cukup mahal juga. Dalam jarak sekira hampir 20 menit saja harus bayar setara Rp50 ribu. Rupanya harga transportasi di sana ikut naik karena gelaran MotoGP.

Setelah saya pikir-pikir, lebih baik sewa sepeda motor sehari Rp400 ribu. Jadilah saya sewa kendaraan roda dua yang disediakan hostel tempat saya menginap. Hitungan bisa lebih murah karena saya akan lebih banyak mobilitas ke sejumlah tempat, bukan hanya ke Sirkuit Internasional Buriram tempat saya meliput.

Saya sempat bertanya kepada pemilik hostel apakah perlu SIM Internasional untuk naik motor di sini. Ia menjawab tidak perlu, karena motornya pun tidak memiliki plat, sama seperti banyak motor sewa yang ada di Buriram.

Polisi di sini juga disebutnya jarang menindak pengendara kendaraan bermotor yang tak memiliki kelengkapan, kecuali jika terjadi kecelakaan atau kemacetan parah

Sejak saat itu si motor matic merah-putih setia mengantar saya ke penjuru Buriram. Mulai dari pergi ke sirkuit, mencari makan, sampai menyenangkan diri untuk wisata di tengah waktu senggang bekerja.

Untuk urusan wisata, saya baru sempat melakoninya pada Senin (7/10), seusai menuntaskan berita kemenangan Marc Marquez di MotoGP Buriram.

Hari itu saya berkesempatan menyambangi Thunder Castle, markas salah satu klub sepak bola raksasa Thailand, Buriram United. Jaraknya tak jauh dari Chang Arena, tempat MotoGP berlangsung.


Saya juga menyempatkan melancong ke taman hutan Khao Kradong, yang dalam bahasa Khmer yang berarti bukit kura-kura, karena mirip seperti hewan tersebut. Jalannya menanjak dan memutar, namun bisa dilalui kendaraan roda dua bahkan bus.

Di kaki bukit ada ceruk besar yang merupakan bekas kawah yang sudah tak aktif berusia 900 ribu tahun bernama Pak Plong. 

Perjalanan 15 Jam Demi Gairah MotoGP BuriramPak Plong, bekas kawah berusia 900 ribu tahun di kaki bukit Khao Kradong. (CNN Indonesia/ Ahmad Bachrain)

Di bagian puncak bukit itu ada patung Suphatthara Bophit Buddha raksasa yang menjadi pusat sembahyang umat Budha di Buriram. Patung itu juga menjadi ikon kota Buriram.

Perjalanan 15 Jam Demi Gairah MotoGP BuriramPatung raksasa Suphatthara Bophit Buddha di Khao Kradong. (CNN Indonesia/ Ahmad Bachrain)

Sebenarnya ada satu tempat lagi simbol kebanggaan orang Buriram, yakni candi Hindu peninggalan Kekaisaran Khmer, Phanom Rung, di Distrik Isan, Provinsi Buriram Selatan. Posisinya dekat dengan perbatasan Kamboja.

Namun jarak dari Buriram ke sana mencapai 73 kilometer atau satu jam lebih. Itu pun jika menggunakan kendaraan roda empat.

Saya urungkan niat ke sana karena waktu terbatas dan harus menyimpan tenaga untuk kembali ke Jakarta pada esok hari.

Lagi-lagi bakal menjalani fase hidup seperti Kukang di dalam bus yang melaju selama enam jam ke depan.

Buriram, semoga kita bisa berjumpa lagi!

(ard)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER