Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi
kesehatan mental dan fisik saat masa kehamilan memengaruhi jenis kelamin si jabang
bayi yang dikandung. Studi terbaru menemukan,
ibu hamil yang mengalami stres memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mempunyai anak berjenis kelamin laki-laki.
Penelitian yang dipublikasikan di
Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan, ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi dan tanda-tanda stres fisik lainnya memiliki empat anak laki-laki untuk setiap sembilan anak perempuan atau rasio 4:9. Stres fisik sendiri diartikan sebagai kondisi saat fisik mengalami tekanan yang besar.
Sedangkan ibu yang mengalami stres mental memiliki dua anak laki-laki untuk setiap tiga anak perempuan atau rasio 2:3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rahim adalah 'rumah' pertama yang sangat berpengaruh. Kita tahu bahwa anak laki-laki lebih rentan dalam rahim," ujar peneliti dari Columbia University Irving Medical Center, Catherine Monk, mengutip
CNN.Selain berpengaruh pada jenis kelamin bayi yang dilahirkan, stres juga membuat ibu berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur atau kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh studi lain yang mendapati pola penurunan kelahiran anak laki-laki terkait dengan peristiwa yang traumatis. Misalnya, saat pembunuhan Presiden Kennedy dan Serangan 11 September di New York.
Studi ini juga menemukan, ibu hamil yang tertekan secara fisik lebih mungkin melahirkan prematur ketimbang ibu hamil yang stres secara mental. Sedangkan, ibu hamil yang tertekan secara mental memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami banyak komplikasi kelahiran seperti persalinan yang lebih lama.
Namun, saat calon ibu mendapatkan dukungan sosial dari orang terdekat, risiko kelahiran prematur justru menghilang. Bahkan, saat semakin banyak dukungan yang diterima, semakin besar pula peluang memiliki bayi laki-laki.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)