Jakarta, CNN Indonesia -- Kemajuan suatu bangsa bisa ditakar dari kualitas pemudanya. Inilah yang membuat sejumlah organisasi filantropi menetapkan misi untuk memajukan potensi anak bangsa.
Cara yang digunakan bisa beragam, di antaranya memutus rantai
kemiskinan melalui
pendidikan, mengadvokasi kesetaraan dalam hak asasi, hingga memberi ruang bagi pemuda untuk menjadi wirausaha mandiri.
Filantropi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
philein yang artinya cinta dan
anthropos yang berarti manusia. Merupakan tindakan mencintai sesama dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri terdapat ratusan organisasi filantropi yang bermisikan mengubah kondisi sosial lewat berbagai bidang. Berikut adalah empat di antaranya.
CT Arsa Foundation "Giving others as part of millennials lifestyle."Slogan di atas jadi semangat CT Arsa Foundation untuk terus bergerak demi kemajuan pemuda Indonesia. CT Arsa Foundation merupakan yayasan yang didirikan dan dikelola oleh Chairul Tanjung dan sang istri Anita Ratnasari Tanjung dengan tujuan memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Yayasan ini juga memiliki misi agar generasi milenial memiliki semangat berbagi pada sesama.
Menurut Anita, pemuda harus menginspirasi dengan memberikan contoh mulia dengan kerja keras, kerja ikhlas, terutama dengan membantu masyarakat yang memerlukan.
CT Arsa mewujudkan misinya ini melalui 35 sekolah di berbagai wilayah termasuk di Medan, Sumatera Utara dan Sukoharjo, Jawa Tengah. Sekolah ditujukan bagi mereka yang kurang mampu tetapi memiliki prestasi gemilang.
"Kami ingin memberikan pendidikan berkualitas untuk kalangan pemuda tidak mampu. Mereka adalah agen perubahan bangsa sehingga mereka harus diberikan pendidikan yang berkualitas," kata Anita pada
CNNIndonesia.com melalui pesan suara, beberapa waktu lalu.
"Yayasan kami sudah meluluskan 95 persen anak didik ke perguruan tinggi top Indonesia seperti UI, UGM, ITB. Ini sesuai visi kami, mereka bisa memutus mata rantai kemiskinan dengan menolong keluarga, masyarakat, dan akhirnya untuk bangsa kita."
Dinda Shezaria Hardy Lubis adalah satu dari sekian ratus alumni SMA Unggulan CT Arsa Foundation Medan. Setelah melalui seleksi ketat, Dinda mampu melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas. Sebelumnya, dia berpikir ingin berhenti sekolah dan membantu sang ibu menghidupi keluarga.
"Sekolah full beasiswa sampai ke kebutuhan kecil termasuk pembalut, sabun. Selepas sekolah, kami diharapkan memberikan manfaat untuk orang lain. Ingat pesannya Bunda Anita,
giving others as part of millennials lifestyle," kata Dinda.
Kemajuan bangsa tak terlepas dari peran pemuda. Inilah alasan United in Diversity (UID) berkembang menjadi organisasi yang juga memfasilitasi ide pembangunan dari pemuda dan mendanainya melalui salah satu program yaitu Youth Development.
Youth Development membuka akses yang lebih besar bagi pemuda untuk menyalurkan inisiatif dan mengimplementasikannya di lingkungan sekitar. Semua pemuda Indonesia yang memiliki ide untuk membangun lingkungan sekitar dapat bergabung dalam Youth Action Forum yang dilakukan setiap tahun.
"Anak muda yang mengikuti program ini background-nya bisa berbeda-beda. Ada yang bekerja di pemerintah pusat, pemerintah daerah, memiliki NGO sendiri, bisnis sendiri, bekerja di perusahaan swasta, partai politik, media dan banyak lagi," papar Isra Ruddin, SDSN Youth Coordinator UID kepada CNNIndonesia.com.
Tahun ini, ada sekitar 700 pemuda dari 29 provinsi yang mendaftar dalam Youth Action Forum. Dari ratusan pendaftar, UID menyaring menjadi 60 peserta. Di tahun ini, peserta yang terpilih akan menjalani workshop selama beberapa hari, yaitu dari 26-30 Oktober 2019.
Selama workshop, peserta akan menjalani sejumlah pelatihan, termasuk diajak mengenal kondisi lingkungan secara langsung, sebagai bekal teori sebelum akhirnya peserta terjun langsung mengimplementasikan programnya ke daerah yang dituju.
"Setelah workshop, secara personal peserta diharapkan memiliki kapasitas kepemimpinan yang mampu melihat sistem secara lebih luas dan melakukan transformasi di lingkungan masing-masing, termasuk memiliki 'tools' yang bisa diterapkan di tempat masing-masing," kata Isra
Ada beberapa kriteria agar pemuda bisa terpilih menjadi bagian dari Youth Action Forum, yaitu memiliki jejak yang bagus di lingkungannya, memiliki pengaruh positif bagi lingkungan, memiliki peluang kontribusi, serta potensi menuju perkembangan lingkungan yang lebih baik. Suryani Indahsari, direktur eksekutif Mien R.Uno Foundation (MRUF) mengenang bagaimana masyarakat memandang konsep 'entrepreneur' alias kewirausahaan. Baru sekitar 3-4 tahun terakhir konsep ini cukup seksi dan dilirik. Namun jauh sebelum itu, MRUF sudah bergerak menyebarkan 'virus-virus' entrepreneur.
Perempuan yang akrab disapa Sari ini menuturkan MRUF sejak 2008 fokus pada entrepreneur. Ia menganggap anak muda dengan segudang potensinya bakal memberikan manfaat jika terjun ke dunia kewirausahaan.
"Entrepreneur itu mindset. Misal sirup jadi es sirup. Es sirup memberikan impact lebih besar daripada saat dia cuma sirup. Berdagang itu bagian dari proses entrepreneur. Impactnya apa? Dengan entrepreneur, bisa sekolah, keluarga bisa diberdayakan, tetangga juga," jelas Sari saat ditemui di kantor MRUF di Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (23/10).
Melalui program utamanya, Entrepreneur Development Scholarship for Youth (ENVOY), MRUF memberikan pendampingan buat anak muda berusia 18-24 tahun dari kalangan menengah ke bawah.
Sari menjelaskan mereka yang ingin bergabung dengan ENVOY harus sudah memiliki usaha setidaknya selama enam bulan. Program sekaligus seleksi dilakukan di berbagai universitas termasuk di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur serta Sumatera.
Lolos seleksi, peserta sebanyak maksimal 30 orang akan memperoleh pelatihan dan pendampingan membangun bisnis. "Mereka akan diajari knowing yourself, knowing your business, financial literacy, expand your business juga sales booster," imbuhnya.
Salah satu alumnus ENVOY adalah Irfan Firmansyah yang memiliki label busana Muslimah Maera Indonesia. Irfan memulai usahanya dengan berjualan kaos kaki Muslimah saat sekolah menengah atas. Dia meraih beasiswa MRUF sekitar 2013.
Pada CNNIndonesia.com, Irfan bercerita bagaimana saat itu dia berkeliling berbagai kota untuk training, bahkan hingga tiga bulan sekali. Ia mengaku mendapatkan keahlian yang diperlukan untuk berjualan dari berbagai pelatihan tersebut.
"Materi yang dibahas langsung mendatangi usaha yang sesuai, sekaligus mengembangkan mindset entrepreneurship," kata Irfan melalui pesan singkat, Sabtu (26/10).
Kini, impiannya satu per satu terwujud. Usahanya berkembang pesat, bahkan busana-busana Maera Indonesia sudah masuk ke ranah ekspor.
"Selain itu hal yang luar biasa bagi saya secara pribadi, setelah menjadi alumni, MRUF tetap monitoring alumninya dengan program alumni development program," katanya. Kesetaraan merupakan salah satu esensi dasar yang melahirkan sumpah pemuda, yaitu bertumpah darah satu, bertanah air satu, serta berbahasa satu. Namun, untuk mewujudkan kesetaraan di masa sekarang, membutuhkan perjuangan dan bukan sekadar menyebarkan jargon.
Salah satu organisasi yang terus memperjuangkannya di Indonesia adalah Setara Institute. Melalui pelbagai riset mereka memetakan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi, serta intoleransi atas nama agama, suku, warna kulit, ataupun jenis kulit.
"Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat yang setara dalam konteks bernegara dan dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara mencari persoalan, melakukan riset, lalu advokasi," jelas Direktur Riset Setara Institute Halili kepada CNNIndonesia.com.
Setara Institute 'berjuang' untuk melakukan intervensi terhadap pelanggaran dengan menetapkan 5 area riset dan menentukan kota dengan tingkat toleransi paling tinggi dan paling rendah untuk kemudian menemukan masalah. Sejak tahun 2007, Setara Institute telah menghasilkan 12 riset.
Riset tersebut lalu digunakan untuk melakukan advokasi, yaitu komunikasi persuasif dengan tujuan untuk mempengaruhi sejumlah aktor dalam pengambilan kebijakan atau keputusan.
Halili menyebut aktor tersebut bisa berupa aktor negara dan non-negara.
Untuk aktor negara, Setara Institute melakukan advokasi dengan cara melobi aparat negara. Seperti pada kasus pembangunan Gereja Yasmin Bogor yang proses izinnya menggantung selama 13 tahun karena ditentang oleh kelompok intoleran.
Setara Institute juga menghasilkan riset produk hukum intoleran yang diharapkan dapat digunakan untuk mencari solusi atas kebebasan beragama. Dari Wali Kota, riset tersebut juga akan dibawa dalam rapat bersama Kementerian Hukum dan HAM dan Ombudsman RI.
Tak hanya advokasi kepada aparat negara, Setara juga memiliki agenda publik melalui pendidikan serta pelatihan untuk aktor-aktor strategis.
"Setara melakukan training kebinekaan kepada pelajar SMA dari 10 kota seperti Aceh, Sumut, Kalimantan, Jateng, Padang, Singkawang, Mataram, Dili, dan lainnya," imbuh Halili.
Selain pelajar, aktor-aktor strategis dari elemen masyarakat yang dirangkul oleh Setara ialah guru-guru, LSM, serta NGO untuk mewujudkan kesetaraan dalam keberagaman.