Kesetaraan merupakan salah satu esensi dasar yang melahirkan sumpah pemuda, yaitu bertumpah darah satu, bertanah air satu, serta berbahasa satu. Namun, untuk mewujudkan kesetaraan di masa sekarang, membutuhkan perjuangan dan bukan sekadar menyebarkan jargon.
Salah satu organisasi yang terus memperjuangkannya di Indonesia adalah Setara Institute. Melalui pelbagai riset mereka memetakan berbagai pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi, serta intoleransi atas nama agama, suku, warna kulit, ataupun jenis kulit.
"Tujuannya adalah mewujudkan masyarakat yang setara dalam konteks bernegara dan dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara mencari persoalan, melakukan riset, lalu advokasi," jelas Direktur Riset Setara Institute Halili kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setara Institute 'berjuang' untuk melakukan intervensi terhadap pelanggaran dengan menetapkan 5 area riset dan menentukan kota dengan tingkat toleransi paling tinggi dan paling rendah untuk kemudian menemukan masalah. Sejak tahun 2007, Setara Institute telah menghasilkan 12 riset.
Riset tersebut lalu digunakan untuk melakukan advokasi, yaitu komunikasi persuasif dengan tujuan untuk mempengaruhi sejumlah aktor dalam pengambilan kebijakan atau keputusan.
Halili menyebut aktor tersebut bisa berupa aktor negara dan non-negara.
Untuk aktor negara, Setara Institute melakukan advokasi dengan cara melobi aparat negara. Seperti pada kasus pembangunan Gereja Yasmin Bogor yang proses izinnya menggantung selama 13 tahun karena ditentang oleh kelompok intoleran.
Setara Institute juga menghasilkan riset produk hukum intoleran yang diharapkan dapat digunakan untuk mencari solusi atas kebebasan beragama. Dari Wali Kota, riset tersebut juga akan dibawa dalam rapat bersama Kementerian Hukum dan HAM dan Ombudsman RI.
Tak hanya advokasi kepada aparat negara, Setara juga memiliki agenda publik melalui pendidikan serta pelatihan untuk aktor-aktor strategis.
"Setara melakukan training kebinekaan kepada pelajar SMA dari 10 kota seperti Aceh, Sumut, Kalimantan, Jateng, Padang, Singkawang, Mataram, Dili, dan lainnya," imbuh Halili.
Selain pelajar, aktor-aktor strategis dari elemen masyarakat yang dirangkul oleh Setara ialah guru-guru, LSM, serta NGO untuk mewujudkan kesetaraan dalam keberagaman.
(els/ayk)