"Kayak makan di kondangan ya," kata salah seorang pelanggan Di Warteg, siang itu.
Di Warteg merupakan Warteg kekinian yang memiliki konsep prasmanan. Pelanggan bisa mengambil lauk sendiri sesuai dengan porsi masing-masing, persis seperti saat makan di kondangan.
Saat saya datang sekitar pukul 12.30 untuk makan siang di Di Warteg, sejumlah lauk telah habis. Hanya tersisa beberapa pilihan lauk dan sayuran dengan jumlah yang terbatas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika ingin menikmati menu lengkap Di Warteg, sebaiknya datang lebih pagi karena Warteg ini memang menjadi pilihan populer pekerja di kawasan Kemang.
 Foto: CNN Indonesia/ Puput Tripeni Juniman |
Saya mengambil nasi merah, orek tempe, dan kakap asam manis. Kakap memang bukanlah lauk yang umum dijumpai di warteg pada umumnya. Namun, tampilannya yang menggoda membuat saya menjatuhkan pilihan pada kakap asam manis.
Setelah mengambil lauk, pengunjung bisa langsung duduk di meja besar di tengah Warteg bergabung dengan pembeli lain. Ada juga meja yang menempel ke sisi dinding persis seperti Warteg kebanyakan.
Di Warteg juga memiliki rasa seperti makan di Warteg tradisional. Rasa nasi merah merupakan perpaduan pulen dan perak, walaupun sebenarnya nasi merah bukanlah hal lazim yang untuk sebuah Warteg.
Orek tempe punya bumbu yang tak terlalu manis. Sedikit berbeda dengan Warteg kebanyakan keras dan kering. Daging kakap juga lembut dan kriuk karena digoreng dengan tepung terlebih dahulu. Bumbu serai dan jahe juga terasa pada kakap.
Setelah makan, jangan lupa untuk membayar dengan mengingat kembali makanan yang sudah masuk ke perut.