Paris, CNN Indonesia -- Show dari rumah mode
Schiaparelli menjadi pembuka di pagelaran Paris Couture Week musim panas 2020 yang akan berlangsung hingga Kamis (23/01).
Sang desainer, Daniel Roseberry, tampaknya sudah mulai menjajaki area surealis yang lebih dalam, tanpa melupakan pesona kewanitaan yang menurutnya memiliki dualisme peran yang penting. Ia juga kini menggali ide-ide orisinal Schiaparelli dengan melihat arsip-arsip karya Elsa di dekade 1930-an.
Ide ini sebelumnya amat dihindarinya ketika memamerkan koleksi perdana dalam debutnya pada Juli 2019 lalu. Namun kini dia merangkulnya dalam koleksi terbaru di Paris Couture Week.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua karya Elsa Schiaparelli di tahun 1938, phoebus cape dan sketelon dress dibangkitkan melalui sebuah mantel berbahan wool satin dengan hiasan payet di bagian punggung yang berbentuk matahari dan sebuah gaun sutera crepe berwarna hitam.
"Dalam sejarah, menjadi seorang wanita berarti harus sesekali menyembunyikan sebagian dari diri Anda - bahaya bila Anda terlalu kuat, terlalu bergairah, terlalu subversif. Hidup layaknya Elsa Schiaparelli, dengan mimpi dan imajinasinya yang aktif, penuh gegap gempita, pemberontak, dan ambisius, memerlukan keberanian. Dan perempuan-perempuan seperti itu yang saya kagumi," katanya.
 Foto: CNN Indonesia/Fandi Stuerz Koleksi Schiaparelli |
Aksesori yang biasanya dijadikan sebagai pelengkap koleksi pakaian menjadi highlight di koleksinya ini. Ornamen-ornamen berbentuk berbagai macam barang seperti bunga hingga kunci gembok tidak hanya menghiasi look yang diperagakan.
Sebuah gaun yang diperagakan lengkap dengan bustier ketat berwarna biru, namun juga merayap hingga ke seluruh tubuh sang model. Sebuah earpiece yang menggantung di satu telinga berbentuk menyerupai tanaman Kantong Semar atau
Dionaea muscipula.Tak cuma itu, adapula aksesori meliuk-liuk dua dimensi yang menyiratkan pesona layaknya patung-patung Giacometti.
Namun, di balik kemewahan hiasan dan ornamen itu, Roseberry memamerkan potongan-potongan klasik dan siluet-siluet yang memerlukan teknik dressmaking yang tinggi. Kombinasi antara sisi artistik dan sisi seductive dalam dualisme kreasi pakaian sehari-hari dan gaun malam.
Di satu sisi, setelan-setelan santai dengan pesona warna hitam, cokelat, krem, dan butterscotch memiliki kesan ringan dan nyaris mengesankan sisi ketidakpedulian pada apapun. Untuk gaun malam, warna-warna terang biru royal, shocking pink, hijau mint, dan oranye terang diperlihatkan melalui siluet-siluet mengembang, seperti pada gaun 'Chandelier' yang menyerupai gumpalan awan cumulus yang terlihat berat namun dibuat dengan sangat baik.
 Foto: CNN Indonesia/Fandi Stuerz Koleksi Schiaparelli |
Koleksi yang sekaligus menjadi show haute couture pertama di dekade baru ini menjadi sebuah pengingat, bahwa di tengah-tengah modernisasi dan perkembangan teknologi, sensibilitas seni dan tradisi konstruksi pakaian tetap memiliki makna terpenting bagi kelanjutan dunia couture.
(chs)