Jakarta, CNN Indonesia -- Bicara soal kuliner, Indonesia punya sederet makanan yang kelezatan rasanya diakui masyarakat dunia. Sate salah satunya. Popularitas sate dibuktikan dari kemudahan makanan ini ditemukan, mulai restoran bintang lima hingga kaki lima.
Salah satu kedai sate yang melegenda adalah Rumah Makan Sate DJ. Uniknya, rumah makan yang berada di Jalan Jenderal Sudirman Bandung ini hanya satu-satunya yang tidak membuka cabang. Justru karena itulah omzet sate DJ per hari mencapai Rp23 juta. Bagaimana bisa?
Pemilik Sate DJ Muhammad Munip menceritakan tentang perjalanan usaha sate keluarga yang berdiri sejak tahun 1984 ini. Awalnya, kata Munip, Sate DJ adalah sate Madura seperti pada umumnya yang memakai bumbu kacang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru pada 2004 kami ubah konsep. Sejak itu, Sate DJ dikenal dengan sate tanpa bumbu kacangnya, kami ganti dengan bumbu rahasia," ujar Munip mengutip situs resmi Grab, Rabu (25/3).
Munip mengatakan, salah satu alasan tidak membuka cabang adalah untuk mempertahankan keautentikannya. "Jadi orang-orang cukup tahu saja bahwa Sate DJ hanya ada di Jalan Jenderal Sudirman Bandung."
Kendati demikian, Munip tidak menampik saat ini teknologi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha kuliner. Cara-cara yang telah Munip lakukan harus seiring dengan perkembangan zaman.
Omzet MeningkatOleh karena itu, dia memutuskan bekerja sama dengan GrabFood agar dapat memasarkan produknya lebih luas. Terbukti, omzet dan produksi satenya meningkat.
"Waktu itu ada perwakilan GrabFood ke sini menawarkan untuk bergabung. Saya tentu tertarik karena juga tidak ingin ketinggalan dengan usaha kuliner lain yang sudah bergabung ke layanan online," ujarnya.
Munip mengaku, sebelum bekerja sama dengan Grab, Sate DJ hanya menjual 10 ribu tusuk per hari. Namun, setelah menjadi mitra merchant GrabFood rata-rata 15 ribu tusuk sate habis terjual.
"Perubahan paling terasa dari segi komersial. Pendapatan kami menjadi tambah tinggi. Jadi, ketika bergabung dengan GrabFood, omzet kami per harinya selalu naik. Dari GrabFood, omzet per hari saja sebanyak 50-60 persen. Sisanya penjualan dari dine-in," ujar pria berusia 27 tahun tersebut.
Tak hanya bagi penjual, keuntungan lainnya yang Munip rasakan pengaruh aplikasi pesan-antar makanan seperti GrabFood juga menguntungkan para pembeli.
"Bagus sekali order
online seperti ini sangat efisien bagi pelanggan yang nggak sempat ke resto. Jadi praktis bagi berbagai pihak," ujarnya.
(fef)