Jakarta, CNN Indonesia --
Disfungsi ereksi bukan hanya gangguan saat
berhubungan seksual. Disfungsi ereksi pada
pria dapat menjadi indikasi
penyakit jantung dan risiko kematian dini.
Studi terbaru yang dipublikasikan di
Journal of the Endocrine Society menunjukkan, disfungsi ereksi dapat meningkatkan risiko kematian dini, berapa pun kadar testosteron pria tersebut. Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi cukup lama saat berhubungan seksual.
"Gejala seksual dapat menjadi tanda awal untuk peningkatan risiko dan kematian akibat kardiovaskular," kata peneliti Leen Antonio dari KU Leuven-University Hospitals, dikutip dari
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antonio menjelaskan, penyakit pembuluh darah dan kadar testosteron dapat memengaruhi fungsi ereksi.
Hasil studi ini didapat setelah menganalisis data dari 2 ribu pria berusia 40-79 tahun pada 2003-2005. Peneliti menganalisis beberapa gejala seksual seperti disfungsi ereksi, kebiasaan ereksi pada pagi hari, dan hormon seks para partisipan.
Setelah ditindaklanjuti 12 tahun kemudian, 12 persen pria meninggal dunia. Peneliti mendapati, mayoritas pria yang meninggal dunia itu mengalami disfungsi ereksi dengan kadar testosteron normal.
Peneliti lalu menyimpulkan, pria dengan disfungsi ereksi dan kadar testosteron normal memiliki risiko kematian 51 persen lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Sementara pada pria dengan disfungsi ereksi dan kadar testosteron rendah punya risiko kematian dini yang lebih tinggi.
Untuk mengurangi risiko kematian dini, cegah atau obati disfungsi ereksi yang dialami. Menangani disfungsi ereksi dapat dilakukan dengan mengatasi penyebab disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh beberapa penyebab di antaranya arteri yang tersumbat atau penyakit kardiovaskular yang dapat menghambat aliran darah untuk membuat ereksi.
Gangguan seksual ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, stres, gangguan tidur, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, masalah saraf akibat operasi prostat, dan lain-lain.
"Harus diingat bahwa gejala seksual menjadi tanda peringatan awal status kesehatan yang buruk serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Penting untuk mendiskusikan gejala seksual dengan dokter Anda," ujar Antonio.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)