Mengenal Risiko dan Komplikasi Usai Operasi Jantung

CNN Indonesia
Selasa, 21 Apr 2020 19:59 WIB
An ECG heart monitor printout with a stethoscope
Ilustrasi: Operasi jantung berpotensi memunculkan risiko yang terjadi selama atau sesudah penanganan dilakukan. (Foto: Istockphoto/clubfoto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap tindakan operasi jantung terbuka akan memunculkan risiko komplikasi. Masing-masing risiko tersebut secara spesifik bergantung pada prosedur yang ditempuh. Selain risiko umum terkait operasi, risiko lain berhubungan dengan saat anestesi.

Risiko tersebut bervariasi dari satu jenis operasi jantung ke operasi lainnya, termasuk pencangkokan bypass arteri koroner, perbaikan cacat bawaan, perbaikan cacat katup dan lain sebagainya.

Risiko individual Anda dari komplikasi akibat operasi jantung hanya dapat ditentukan oleh dokter bedah yang menangani. Sebab diagnosa tersebut bergantung pada kondisi kesehatan Anda, prosedur yang ditempuh dan faktor-faktor pribadi seperti usia juga jenis kelamin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman Very Well Health, risiko meningkat pada pasien tertentu. Di antaranya pada mereka yang berusia 70 tahun atau lebih tua, pasien yang sebelumnya pernah menjalani operasi jantung, dan mereka yang memiliki kondisi kronis seperti diabetes, penyakit arteri koroner dan, tekanan darah tinggi.


Dalam beberapa kasus, tingkat risiko bisa ditekan dengan mengonsumsi obat yang diresepkan, mengubah gaya hidup termasuk memakan makanan bergizi sebelum operasi dan berhenti merokok.

Potensi komplikasi bisa terjadi selama atau sesudah masa operasi. Beberapa komplikasi umum yang terjadi ketika operasi jantung biasanya dialami selama beberapa jam saat operasi dan berhari-hari saat masa pemulihan di rumah sakit.

Itu sebab, pasien dimonitor secara ketat dengan pengawasan petugas hingga tes laboratorium untuk mengamati komplikasi tersebut. Berikut beberapa risiko yang mungkin terjadi.

Perdarahan
Kondisi ini dapat terjadi di lokasi sayatan atau dari area jantung tempat operasi dilakukan.

Irama jantung tak menentu
Dalam kasus yang jarang terjadi, alat pacu jantung eksternal atau permanen mengalami gangguan dan perlu perbaikan.

Kerusakan jantung iskemik
Kerusakan jaringan jantung ini disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke jantung.

Mengenal Risiko dan Komplikasi Usai Operasi Jantung(CNN Indonesia/Laudy Gracivia)


Gumpalan darah
Gumpalan dapat terbentuk di dalam dan sekitar jantung atau, pada jalur perjalanan melalui aliran darah.

Stroke
Sering disebabkan oleh gumpalan yang terbentuk dalam darah setelah operasi.

Kehilangan darah
Dalam beberapa kasus, transfusi mungkin diperlukan.

Bedah darurat
Jika masalah ditemukan setelah operasi, operasi darurat boleh jadi ditempuh untuk memperbaiki permasalahan.


Infeksi luka dada
Kondisi ini lebih umum dialami pasien dengan obesitas atau diabetes, atau mereka yang pernah dioperasi sebelumnya.

Kemungkinan risiko lain di antaranya kesulitan bernapas, radang paru-paru hingga kematian. Risiko kematian meningkat pada operasi di mana jantung berhenti di tengah menjalankan prosedur.

Dikutip dari National Heart, Lung, and Blood Institute, dalam beberapa tindakan operasi jantung, jantung harus dihentikan agar ahli bedah dapat menyelesaikan prosedur. Langkah ini dilakukan lantaran jantung yang memompa darah adalah target bergerak, sehingga jika tak dihentikan akan mempersulit operasi.

Alasan lain, beberapa operasi memerlukan ahli bedah guna membuat sayatan di jantung untuk bekerja di dalam ruang jantung. Hal ini berpotensi mengakibatkan perdarahan yang tidak terkendali jika jantung tetap memompa. (nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER