Pandemi virus corona telah mencegah pengunjung setia pesta terbitnya matahari musim panas (summer solstice) di Stonehenge, Inggris, berdatangan pada tahun ini.
Lingkaran batu kuno di barat daya Inggris itu biasanya didatangi ribuan orang untuk menandai hari terpanjang dalam setahun di belahan bumi utara.
Tetapi Inggris telah melarang pertemuan massal sebagai bagian dari langkah-langkah untuk menahan penyebaran COVID-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai gantinya, English Heritage, pengelola Stonehenge, menyiarkan secara langsung momen summer solstice.
Dari keterangan resmi mereka, lebih dari 3,6 juta orang menyaksikan saat fajar menyingsing pada pukul 04.52 hari Minggu (21/6) waktu setempat.
Stonehenge, salah satu situs Warisan Dunia, diyakini berumur 4.500 tahun.
Bebatuan kuno itu dikenal karena keterpaduannya dengan pergerakan matahari.
![]() |
Lihat juga:Enam Bangunan Bersejarah Diduga Buatan Alien |
Beberapa pengunjung setiap nekad datang langsung untuk menyaksikan momen terbitnya matahari musim panas ini.
Mereka memilih berkumpul di lapangan dekat Stonehenge meskipun hujan turun sejak pagi.
Salah satu pengunjung, Raja Arthur Pendragon, mengatakan suasana di lapangan itu "sangat basah," tetapi ia tidak gentar.
"Anda tidak dapat mencegah terbitnya matahari," katanya kepada BBC, seperti yang dikutip dari AP pada Senin (22/6).
"Matahari akan tetap terbit, dan kami ada di sini untuk merayakannya."
Secara sederhana dikutip dari LangitSelatan, summer solstice berupa keberadaan matahari di titik paling utara menandai berlangsungnya siang yang panjang di belahan utara atau malam terpendek sepanjang tahun.
Pada saat itu, matahari tidak akan terbit tepat di timur tapi agak lebih ke utara dari arah timur, dan akan terbenam juga lebih ke utara dari arah barat.
Momen summer solstice terjadi dua kali setahun, masing-masing di belahan bumi utara dan selatan, yang juga banyak disebut orang sebagai dimulainya musim panas.