Kota Venesia Italia masih terlihat sepi, bahkan setelah pemerintah Italia mencabut aturan penguncian wilayah yang sebelumnya diterapkan demi menekan angka penyebaran virus corona di Negara Pasta itu.
Wakil Presiden Asosiasi Pendayung Gondola, Maurizio Carlotto, mengaku miris melihat sepinya gondola-gondola yang menjadi daya tarik Venesia.
"Tahun lalu, ada sekitar 200 orang yang naik vaporetto [bus air], sekarang hanya 10 orang," katanya kepada AP, seperti yang dikutip pada Senin (31/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tahun depan kondisinya masih seperti ini, saya tidak tahu berapa banyak orang yang bekerja di sektor pariwisata dapat bertahan. Karena bukan hanya kami [pemilik gondola], tetapi juga hotel, restoran, pertokoan dan lainnya. Perekonomian kota bertumpu pada pariwisata, sehingga semua kota terpengaruh olehnya," lanjutnya.
Menurut dewan kota, turis yang dengan pengeluaran terbesar mayoritas berasal dari luar Eropa, namun kini pembatasan perjalanan membuat mereka tak bisa datang ke Venesia.
Turis dari luar kawasan Schengen, seperti dari Amerika, China, Australia, dan Kanada, biasanya menyumbang sekitar 70 persen pendapatan kota dari sektor pariwisata. Kini, jumlah kedatangan mereka nihil.
Sisanya, saat ini Venesia didatangi sekitar 15 persen merupakan penduduk Italia dan sekitar 40 persen merupakan penduduk dari negara Eropa lainnya. Namun, pengeluaran berwisata mereka tak begitu besar.
Anggota Badan Pariwisata Venesia, Paola Mar, berharap dengan diselenggarakannya Festival Film Venesia pada awal September dapat menggairahkan kembali bisnis pariwisata di kotanya.
"Bulan September sampai Oktober nampaknya sudah ada pemesanan di awal, jumlahnya sekitar 20 sampai 30 persen," katanya.
Meski demikian, Mar kurang yakin bahwa keramaian turis yang datang saat festival film pada tahun ini akan sama dengan tahun lalu.
"Sudah jelas bahwa aktor, aktris, atau sutradara yang datang pasti tidak sebanyak tahun lalu. Tapi dengan ditambahnya pemutaran film, semoga turis tetap berdatangan, sehingga seluruh sektor pariwisata di Venesia bisa kembali memulai usahanya," lanjutnya.
Stefania Stea, pemilik hotel Ca 'Nigra di Venesia, adalah Wakil Presiden Asosiasi Pemilik Hotel Veneto.
Dia dan rekan-rekannya tidak mengharapkan peningkatan dramatis dalam bisnis, karena Festival Film Venesia berlangsung di Lido, sebuah pulau terpisah ke pusat kota.
Mereka justru biasanya mendapatkan cuan dari penyelenggaraan pameran seni Biannual yang tahun ini dibatalkan.
"Sekarang kami hanya bisa berharap pada festival film, tapi sebagian besar acara penyelenggaraannya di Lido. Jadi kami tak terlalu berharap besar," katanya.
Di Lido minggu ini, para pekerja sibuk mempersiapkan penambahan ke-77 Festival Film Venesia, acara besar pertama di Venesia sejak bulan-bulan penguncian karena virus corona.
Hotel mewah Excelsior yang biasanya menampung banyak selebriti dan publik figur dari dunia perfilman telah dibuka kembali setelah ditutup berbulan-bulan.
Penyelenggara festival telah merilis pedoman ketat bagi pengunjung acara tersebut.
Mereka diharuskan memakai masker wajah selama pemutaran dan melalui pemindai termo di titik masuk.
Antrean penggemar akan dijauhkan dari karpet merah untuk menghindari keramaian.
Italia adalah negara pertama di Eropa yang terkena virus corona dengan kasus terbanyak di kalangan lansia.
Rumah sakit di utara kewalahan dengan pasien dan tidak ada cukup tempat tidur di unit perawatan intensif.
Sejauh ini lebih dari 35 ribu orang telah meninggal akibat virus di Italia dan negara itu telah mencatat hampir 264 ribu infeksi, menurut Universitas John Hopkins.