Ketika anjay menjadi sebuah perdebatan terkini karena dianggap tak pantas diucapkan namun di pihak lain ada yang beranggapan bahwa kata-kata tersebut terdengar biasa saja, para orang tua juga punya perdebatannya sendiri. Ada yang setuju dan ada yang setuju kata-kata ini 'dilarang' karena dianggap kasar.
Indah Mutiara Putri mau tak mau membiarkan anak-anaknya hampir tiap saat mengakses gawai. Ketika tugas sekolah usai, gawai pun berganti jadi sarana hiburan. Gelak tawa terdengar dari salah satu sudut rumah saat Cinta dan Erika, kedua buah hatinya, berjoget dan mengunggahnya di aplikasi TikTok.
Perempuan yang akrab disapa Puput ini pun menyadari kosakata yang diucapkan sang anak kadang berasal dari video TikTok. Sebelum kata 'anjay' ramai diperbincangkan seperti sekarang, Puput kerap mengingatkan anak-anaknya untuk tidak melontarkan kata itu. Menurutnya, 'anjay' seperti mengandung unsur hinaan. Ia menduga ini merupakan plesetan dari 'anjing'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang biasa aja ngomongnya bahkan, sekarang ada stikernya di Whatsapp. Cuma kita orang Jawa kata itu saru (tidak sopan) aja. Makanya saya tetap bilang ke anak-anak, itu saru," kata Puput pada CNNIndonesia.com melalui telepon pada Senin (31/8).
Dalam sebuah keterangan tertulis, Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) larang kata 'anjay' dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan kata 'anjay' adalah salah satu bentuk kekerasan atau bullying sehingga pelakunya dapat dipidana.
"Lebih baik jangan menggunakan kata 'anjay'. Ayo, kita hentikan sekarang juga," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/8).
Puput pun sependapat dengan Komnas PA. Ia teringat saat lomba 17-an lalu, teriakan 'anjay' cukup santer dilontarkan. Saat lomba karaoke dimulai, peserta maju dan disambut dengan riuh 'anjay'. Suasana tampak seru dan menyenangkan tapi buat Puput ia tidak ingin anak-anaknya turut dalam keseruan 'anjay'.
"Kenapa sih Bun, itu kan lagi nge-tren," ujar Puput menirukan sang anak. "Jangan itu enggak sopan."
Di sisi lain, Lilis Setyaningsih menilai kata 'anjay' masih terbilang 'halus'. Bagaimana tidak? Justru ia menemui ada kata-kata lain yang lebih kasar tetapi justru 'anjay' yang mendapat perhatian lebih. Terlebih, lanjutnya, kata ini sudah digunakan sejak beberapa tahun lalu.
Lilis pun mempertanyakan keberadaan Komnas PA saat 'anjay' muncul ke permukaan.
"Anjay itu sudah lama, kenapa baru sekarang, ke mana aja? Kalau itu dilarang, kata-kata lain apa kabar? Ada kata-kata kasar yang setipe, mending ngurusin hal lain," ujarnya dalam wawancara berbeda.
Meski dilarang, ia masih longgar dan tidak ambil pusing ketika sang anak, Anindita, mengucapkannya. Ia masih bisa menoleransi 'anjay' tetapi tidak untuk beberapa kata lain. Buatnya, ada kata-kata lain yang benar-benar tidak ingin ia dengar dari mulut sang anak. 'Anjay', kata dia, terlalu jauh dari unsur bully.
Senada dengan Lilis, Maria Yuliana Kusrini menganggap 'anjay' juga terdengar biasa saja. Ibu satu puteri ini mendengar ada lebih banyak kata kasar di luar sana. Ia pun merasa kadang kata 'anjay' digunakan untuk mengungkapkan kekaguman atau heran.
"Buat saya biasa aja. Kenapa cuma 'anjay', itu kan juga bisa (buat) pujian," ungkap perempuan yang akrab disapa Rini ini.
![]() Ilustrasi parenting |
Masing-masing orang tua punya strategi sendiri untuk membiasakan anak bertutur kata yang baik. Puput tak pernah bosan mengingatkan Cinta yang masih kelas 3 SD. Sedangkan Erika, anak sulungnya, kadang ia ingatkan atau ia selipkan saat mengobrol santai. Tak jarang ia pun melihat tren yang sedang berkembang lewat grup-grup Whatsapp sekolah atau komunitas. Mesin pencari Google pun kerap jadi temannya demi tidak ketinggalan informasi.
"Kami orang tua tuh kadang suka ketinggalan yang nge-tren. Anak-anak tahu apa-apa dari TikTok, orang tua belakangan tahunya. Saya ngikutin aja dari grup ada apa, yang biasanya lagi tren kan dibicarakan," imbuhnya.
Sedangkan Lilis jarang secara khusus mengambil waktu untuk membicarakan kata yang tidak pantas diucapkan. Ia kerap menyinggungnya dalam obrolan santai bersama sang anak. Ia pun percaya anaknya berada di lingkungan pergaulan yang baik dan saling mengingatkan.
Ia menekankan untuk tidak melontarkan makian berupa alat kelamin laki-laki maupun perempuan. Anak perempuan, kata dia, tidak pantas mengucapkannya.
"Anjay, anjrit ya sudahlah. Saya enggak bisa terima kalau dia mengucapkan alat kelamin laki-laki, alat kelamin perempuan. Itu aurat, enggak bisa disebut, diperlihatkan," ujarnya.
Sementara itu Rini memilih untuk lebih berhati-hati saat bertutur kata di depan anaknya. Menurutnya, cara ini pas untuk anaknya, Gabriela, yang masih kelas 1 SD. Selain itu, ia juga rela mendampingi sang anak saat bermain bersama teman-teman sebayanya.
Menurutnya, cara ini juga bisa mencegah sang anak menirukan kata-kata kasar dari temannya. Di sini, ia bisa langsung mengingatkan baik si anak yang berbicara dan sang anak yang mendengarnya. Kebiasaan ini pun berlanjut. Tak jarang Gabriela malah yang mengingatkan temannya.
"Kadang dia nonton, dia curhat, 'Ibu itu apa?' Saya menjelaskan. Kan kadang ada iklan pakai kata-kata yang 'ajaib'. Saya jelaskan, kalau yang enggak bagus saya bilang ke dia untuk tidak menirukan," katanya.
Bagaimana reaksi Anda ketika mendengar anak mengucapkan 'anjay?'
(els/chs)